PKB Minta PBNU Hentikan Polemik: Jangan Ajak Jamaah untuk Kisruh
Liputan6.com Jenis Media: News
Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid mengaku, tidak perlu adanya rembuk bersama terkait kekisruhan antara PKB dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Apalagi, permasalahan atau kekisruhan yang saat ini tengah terjadi disebutnya PBNU yang memulainya.
"Enggak perlu (rembuk bersama) hentikan saja kekisruhan itu. Dia yang membuat kisruh, kok kita yang menghentikan," kata Jazilul kepada wartawan di Kantor DPP PKB, Jakarta, Jumat (2/8/2024).
Lalu, terkait dengan PBNU yang sudah dianggap masuk ke ranah politik. Hal itu tidak akan diurusi atau dicampuri, apalagi dengan membentuk tim untuk merebut PKB.
"Itulah produk politik yang dibuat PBNU artinya berpolitik. Kalau sudah berpolitik dia keluar jalur, kita untuk apa diurusi. Kalau sudah keluar jalur, kita juga bisa membuat PBNU, bisa juga buat tim-tim gitu. Tapi kan bukan wewenang kita," ujarnya.
"Gini maksud kita, sudahlah kita lihat jamaah kita, jangan diajak kisruh. Padamkan api-nya saja. Kalau sudah selesai ya sudah, tidak ada kasus pengambilan PKB, itu selesai," pungkasnya.
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saifullah Yusuf alias Gus Ipul sebelumnya mengatakan saat ini pihaknya sedang mendiskusikan untuk membentuk tim lima panitia khusus (pansus) terkait Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Menurut Gus Ipul, tim lima merupakan upaya dari PBNU untuk meluruskan sejarah sekaligus mengembalikan PKB ke pemilik sahnya yakni PBNU.
"PBNU sedang berdiskusi. Jika diperlukan, pembentukan tim lima akan segera dilakukan," kata Gus Ipul seperti dikutip dari siaran pers, Jumat (26/5).
Gus Ipul beralasan, saat ini elite di PKB banyak membuat pernyataan melenceng dari fatsun awal berdirinya. Bahkan ada upaya yang nyata dan sistematis dari para elite partai guna menjauhkan PKB dari struktural Nahdlatul Ulama (NU).
"Pernyataan elite-elite PKB yang ahistoris. Ada tanda-tanda mereka akan membawa lari dari sejarah berdirinya PKB," ucap Gus Ipul.
Sentimen: negatif (64%)