Sentimen
Positif (88%)
25 Jul 2024 : 06.38
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Katolik

Event: Rezim Orde Baru

Partai Terkait

Hamzah Haz, Gus Dur, dan Moral Bagus bagi Masa Depan Bangsa

Kompas.com Kompas.com Jenis Media: Nasional

25 Jul 2024 : 06.38
Hamzah Haz, Gus Dur, dan Moral Bagus bagi Masa Depan Bangsa

DUA puluh tiga tahun lalu, Guru Bangsa Indonesia, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur mengumumkan dekrit presiden. Beberapa jam setelah itu, dia diberhentikan dari jabatannya sebagai presiden.

Beberapa jam berikutnya, Megawati Soekarnoputri menjadi presiden RI. Selanjutnya, Hamzah Haz terpilih dan dilantik jadi wakil presiden.

Setelah dilantik jadi wakil presiden, Kamis, 26 Juli 2001, Hamzah Haz, menemui Gus Dur yang beberapa jam masih di Istana Kepresidenan, sebelum berobat ke Amerika Serikat.

Pada 29 Oktober 1999, Gus Dur mengangkat Hamzah Haz sebagai Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan.

Hanya satu bulan jadi menteri kabinetnya Gus Dur, Hamzah Haz mengundurkan diri dengan alasan ingin konsentrasi dalam partainya, PPP (Partai Persatuan Pembangunan).

Kamis pagi, 26 Juli 2001, setelah bertemu Gus Dur, di Istana Merdeka, Hamzah Haz sempat mengatakan kepada wartawan,“Gus Dur adalah tokoh NU yang sangat saya (Hamzah Haz) hormati, dan beliau adalah idola saya. Kami sama-sama orang NU.”

Tiga bulan setelah Gus Dur lengser, dan Hamzah Haz sudah jadi wakil presidennya Megawati, menyatakan dirinya sebagai sosok penentu Gus Dur jadi presiden, bukan Amien Rais.

Dalam pidatonya tanpa teks di depan para Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Istana Merdeka Selatan, Jumat 26 Oktober 2001, Hamzah Haz nenyatakan dirinya adalah orang yang cukup menentukan naiknya Gus Dur ke kursi presiden pada Oktober 1999.

Dia menolak pendapat yang mengatakan Amin Rais yang menentukan Gus Dur jadi presiden.

“Seandainya Ketua Umum PPP waktu itu bukan orang NU (dirinya), belum tentu Gus Dur jadi presiden,” ungkapnya.

Hamzah Haz mengungkapkan pada pertemuan yang sangat kritis dari tengah malam sampai pagi hari, pada pertengahan Oktober 1999, akhirnya dia memutuskan PPP mengajukan nama Gus Dur untuk jadi calon presiden di depan fraksi-fraksi partai lain.

Menurut Hamzah Haz, kalau tidak ada keputusan PPP, tidak akan ada yang jadi presiden saat itu.

“Waktu itu yang diminta untuk maju jadi calon presiden adalah Amien Rais, Akbar Tanjung dan saya sendiri. Doktor Amien Rais tidak mungkin karena sudah jadi Ketua MPR dan telah mencalonkan Gus Dur. Saudara Akbar Tanjung juga tidak mungkin karena Partai Golkar terpecah... sedangkan saya jika maju bisa kalah dengan Ibu Megawati. Jadi bukan Doktor Amien Rais yang menentukan, karena pada pukul 03.30 waktu itu, Doktor Amien Rais meninggalkan pertemuan dan entah pergi ke mana,” demikian Hamzah Haz berkisah tentang naiknya Gus Dur jadi presiden (Kompas, 28 Oktober 2001).

Tahun 2012, setelah dirinya tidak lagi jadi wakil presiden, dalam tulisannya yang dimuat dalam buku Megawati, Anak Putra Sang Fajar, Hamzah Haz mengatakan, ”Saya telah mengundurkan diri dari dunia politik... Kegiatan saya sekarang ini adalah mempersiapkan bekal untuk akhirat.”

Tiga belas tahun kemudian, pada Rabu, 24 Juli 2024, Hamzah Haz wafat pada usia 84 tahun, menyusul Gus Dur.

BJ Habibie, Gus Dur, Megawati yang didampingi Hamzah adalah empat tokoh yang mencoba memperbaiki kapal Republik Indonesia yang menjadi oleng (rusak) setelah 32 tahun di bawah nahkoda pemimpin Orde Baru, Soeharto.

Kapal itu selamat dari bencana. Kerja keempat tokoh itu cukup lumayan, hingga bisa menyelenggarakan lima kali pemilihan presiden secara langsung.

Kembali kita kenang Gus yang lengser dari kursi presiden, Senin, 23 Juli 2001 dan wafat pada Rabu 30 Desember 2009.

Warisan Gus Dur untuk bangsa ini jauh melampaui warisan bangunan fisik, seperti jalan raya, berdirinya gedung-gedung/kota baru di atas bongkahan batu bara yang panas membara, pabrik-pabrik terbesar di dunia yang bikin rusak alam dan seterusnya.

Gus Dur jadi presiden antara lain bukan karena menebar janji akan membuat mobil buatan Indonesia. Bukan seperti itu. Ketika Gus Dur jadi presiden tidak berjuang untuk posisi anak-anak dan menantunya.

Rohaniwan Katolik, Franz Magnis - Suseno, tanggal 4 Januari 2010, mengatakan seperti ini. Apa yang ditinggalkan sesudah Gus Dur pergi?

Sentimen: positif (88.8%)