Sentimen
Positif (96%)
30 Jun 2024 : 15.58
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Semarang

BKKBN Ingatkan Remaja Indonesia Jangan Sampai Menua Sebelum Kaya

30 Jun 2024 : 15.58 Views 3

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

BKKBN Ingatkan Remaja Indonesia Jangan Sampai Menua Sebelum Kaya

PIKIRAN RAKYAT - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dr. Hasto Wardoyo mengingatkan para remaja agar mereka jangan sampai menua sebelum kaya. Menurutnya, remaja merupakan penentu bonus demografi.

Hal itu disampaikan saat menghadiri acara Siap Nikah Goes to Campus di Universitas Negeri Semarang secara daring pada Rabu, 26 Juni 2024. 

“Pesan kuat kepada pemuda dan remaja, jangan sampai kita growing old before growing rich, atau menua sebelum kaya. Itu adalah pesan yang sangat sarat dengan makna, karena kita masuk ke bonus demografi,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara pada Sabtu, 29 Juni 2024. 

Menurut Hasto, Indonesia akan menghadapi populasi menua atau aging population, yang terhitung sejak saat ini hingga 2035. Nantinya, populasi menua itu akan berpotensi meningkatkan rasio ketergantungan para lanjut usia (lansia) pada penduduk usia produktif.

“Di tahun 2035 lansianya banyak. Jadi, generasi muda terkena sindiran generasi stroberi. Padahal, orang tua yang ada di tahun 2035 itu melimpah, pendidikan dan ekonominya rendah,” ujarnya. 

Oleh karena itu, ia menilai para pemuda yang tak hebat akan berdampak pada proses bangsa dalam meraih Indonesia Emas. 

“Jadi, kalau para remaja atau mahasiswa tidak hebat, maka berat sekali untuk kita meraih Indonesia Emas dan betul-betul mentransformasikan era bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan,” ucapnya. 

Singgung Nikah Mudah dan Angka Pernikahan

Dalam kesempatan tersebut, ia pun menyinggung soal nikah muda yang akan membawa masalah.

“Kalau remajanya kawin usia muda, kemudian setelah kawin jadi sebentar-sebentar hamil, dan pekerjaannya tidak jelas, kita jadi missed (kehilangan) bonus demografi,” tuturnya. 

Meski begitu, ia menyinggung angka pernikahan yang terus menurun seiring berjalannya waktu. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh persepsi anak muda yang berubah.

“Persepsi tentang pernikahan mengalami pergeseran, lama-lama orang merasa bahwa menikah itu suatu tradisi atau budaya yang tidak perlu, semakin begitu pola pikirnya. Ada beberapa penelitian yang menemukan bahwa keinginan atau persepsi terhadap pernikahan mengalami suatu penurunan,” katanya.

Berdasarkan data dari Kementerian Agama, angka pernikahan sebelum 2022 mencapai dua juta lebih. Sementara, pada 2022-2023, hanya 1,5-1,7 juta saja.

“Bangsa kita menikah itu tujuannya untuk prokreasi atau untuk mendapatkan keturunan. Kalau orang Jepang, menikah ada yang untuk rekreasi supaya hubungan suami-istri sah, ada juga security, supaya mereka mendapatkan tempat perlindungan, tetapi kalau laki-laki, tujuan utama mayoritasnya ingin memiliki anak. BKKBN punya survei, hampir 98 persen jawaban laki-laki ingin punya anak,” ujarnya.***

Sentimen: positif (96.2%)