Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam
Event: Rezim Orde Baru
Institusi: UIN
Kasus: HAM
Tokoh Terkait
Refleksi 26 Tahun Reformasi, Mahasiswa Jambi Tolak Kebijakan Rugikan Rakyat
Gatra.com Jenis Media: Nasional
Jakarta, Gatra.com – Mahasiswa lintas kampus di Jambi, aktivis, dan berbagai elemen lainnya menolak segala kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat Indonesia, bangkitnya Orde Baru (Orba), dan otoritarian.
Ini merupakan pesan dan sikap dari acara Refleksi Reformasi 26 Tahun Reformasi bertajuk “26 Tahun Reformasi Mau Dibawa ke Mana?” yang dihelat di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS), Jambi, pada Jumat sore.
Presidium Pena 98, Cecep Suryana, dalam keterangan pada Sabtu, (29/6), menyampaikan, Refleksi 26 Tahun Reformasi ini untuk mengingatkan bahwa pernah ada rezim otoriter pada Orba.
Lebih lanjut Cecep dalam acara diskusi publik dan pameran seni yang merupakan salah satu rangkaian acara tersebut, menyampaikan, rezim otoritarian yang berkuasa selama 32 tahun tersebut dipimpin Soeharto.
“Rezim otoritarian yang dipimpin oleh Soeharto selama 32 tahun dan diruntuhkan oleh gerakan rakyat dan mahasiswa karena kekuasaannya militeristik dan antindemokrasi,” ujarnya.
Lebih lanjut Cecep menyampaikan, gaya-gaya ala Orba tersebut seakan kembali bangkit di era Reformasi, di antaranya dengan kembali hadirnya wacana multifungsi TNI yang mengeliminir supremasi sipil.
“Ke depan, jika ini terus dibiarkan akan sangat bahaya bagi kesehatan demokrasi,” ujaarnya.
Rektor UIN STS Jambi, Prof. Dr. As'ad Isma, yang turut hadir dalam acara gelaran BEM kampus tersebut, menyampaikan, selaku pihak yang terlibat dalam gerakan mahasiswa 98, mendukung acara tersebut.
“Saya sebagai rektor, tetap mendukung penuh jiwa-jiwa kritis mahasiswa karena memang waktu itu saya juga terlibat dalam gerakan mahasiswa,” ujarnya.
Menurut Prof. As'ad, selama 26 tahun era Reformasi, sudah membuahkan berbagai hal positif. Namun demikian, masih ada sektor yang malah kembali mundur ke belakang dan perlu diperbaiki. Menurutnya, ini tugas semua elemen, khususnya dalam mengawal demokrasi agar sesuai koridor.
Koordinator Daerah Pena 98 Jambi, Topan Alfayet, menyampaikan, pihakya menyambut kegiatan di kampus UIN STS yang merupakan kampus pergerakan. Ia menyatakan siap setiap saat untuk berdiskusi dengan mahasiswa dan elemen lainnya untuk menjaga spirit perjuangan Reformsi 98.
“Mari tetap memelihara jiwa kritis sebagai perwujudan dari mahasiswa yang merdeka,” ujarnya.
Selain diskusi, acara napak tilas tersebut juga diisi dengan seni, di antaranya ratusan replika tengkorak manusia dan nisan sebagai simbol korban dari kekerasam rezim Orba, di antaranya peristiwa Kedung Ombo, Semanggi, petrus, Marsinah, Wiji Tukul, dan berbagai tragedi kemanusiaan dan HAM lainnya yang hingga saat ini pelakunya belum diadili.
Selain mahasiswa, acara tersebut juga dihadiri oleh akademisi, budayawan, dan aktivis. Acara tersebut untuk kembali mengingatkan momentum sejarah pergerakan mahasiswa dan berbagai elemen lainnya pada 1998 dalam menumbangkan Orba.
18
Sentimen: negatif (66.5%)