Sentimen
Negatif (65%)
18 Jun 2024 : 08.22
Informasi Tambahan

Event: Pilkada Serentak

Partai Terkait

Analisis Bos PPI soal Luka hingga Kesamaan Nasib Politik PDIP dan Anies

Detik.com Detik.com Jenis Media: News

18 Jun 2024 : 08.22
Analisis Bos PPI soal Luka hingga Kesamaan Nasib Politik PDIP dan Anies
Jakarta -

Politikus PDIP, Ganjar Pranowo, menilai partainya tak perlu memaksakan mendukung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta jika memang ternyata tak cocok. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai internal PDIP memiliki ragam pandangan soal peluang koalisi dengan Anies.

"Saya kira sikap internal PDIP pastinya cukup beragam, bahkan terbelah, terkait soal kemungkinan PDIP berkoalisi dengan Anies. Apa pun judulnya PDIP ini sempat memiliki konfrontasi politik yang cukup dahsyat ya dengan Anies," kata Adi kepada wartawan, Senin (17/6/2024).

Gesekan pada Pilkada DKI Jakarta 2017 dinilai tidak bisa dilupakan begitu saja. Terutama, misalnya menurut Adi, pada 2017 Basuki Tjahja Purnama atau Ahok dikalahkan dengan isu sentimen agama.

-

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi sepertinya itu lah yang kemudian membekas bagi PDIP. Jadi jangan karena hanya persoalan politik eletokral, luka politik 2017 yang dilakukan oleh Anies terhadap Ahok sebagai kader PDIP itu hilang begitu saja," ujarnya.

Adi tak heran dengan pernyataan Ganjar yang menurutnya mengarah pada situasi di internal PDIP yang tidak satu kata, ada yang pro koalisi dengan Anies dan ada yang kontra. Nama Anies, menurut Adi, muncul dari kader PDIP di Jakarta, namun belum ada keputusan final PDIP.

"Itu artinya ada pertimbangan-pertimbangan lain bagi PDIP yang tidak lantas memutuskan berkoalisi dengan Anies. Pertimbangan lainnya adalah bagaimana menjaga situasi dan perasaan politik kader PDIP yang tidak setuju dengan Anies, bukan hanya Jakarta, tapi scoup nasional," ucap Adi.

Sehingga, menurut Adi, pernyataan Ganjar relevan dan masuk akal soal jangan dipaksakan jika tidak dicocok. Bila hal tersebut juga didasarkan suara mayoritas di PDIP.

"Tidak cocok itu dalam arti kalau yang menolak berkoalisi dengan Anies itu jauh lebih besar ketimbang yang menerima, jangan terlampau dipaksakan berkoalisi dengan Anies," sebutnya.

Pada sisi lain, Ganjar menyebut dapat dibicarakan peluang PDIP berkoalisi dengan Anies. Hal ini yang menurut Adi sebagai garis besar bahwa internal PDIP belum satu suara.

"Itu yang saya kira, pernyataan Ganjar itu sebenernya ingin mengkonfirmasi bahwa perasaan, situasi, bagaimana kader-kader PDIP terkait dengan Anies itu tidak satu kalimat," ucap Adi.

Lebih jauh, Adi menilai Anies dan PDIP ada kecocokan terutama terkait pilpres 2024, yaitu ketika Anies dan calon PDIP tidak didukung oleh Jokowi. Tak hanya itu, kecocokan lainnya pendukung Anies dan PDIP mengklaim diperlakukan tidak adil dalam pilpres.

"Jadi kesamaan nasib politik ini sebenarnya menjadi trigger di mana Anies dan PDIP sangat mungkin membuka komunikasi untuk berkoalisi di pilkada Jakarta," jelanya.

Selebihnya, Anies dan PDIP dinilai memiliki perbedaan, terutama perbedaan pendukung di akar rumput. Pada level ideologi pun, Anies dan PDIP dinilai berbeda.

"Satu-satunya yang bisa mempertemukan Anies dan PDIP adalah kesamaan nasib, kesamaan sejarah, yang merasa diperlakukan tidak adil dalam konteks Pilpres 2024," imbuhnya.

Sentimen: negatif (65.3%)