Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Islam, Budha, Hindu
Kab/Kota: bandung, Surabaya, Sukabumi, Yogyakarta, Pekalongan
Tokoh Terkait
4 Ormas Islam Terbesar di Indonesia, Paling Berpengaruh dan Paling Banyak Diikuti
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Di Indonesia, keberadaan organisasi masyarakat (ormas)Islam memiliki peran yang signifikan dalam mempengaruhi dan membentuk dinamika sosial serta keagamaan.
Diantara beragam organisasi tersebut, terdapat empat ormas dengan pengikut terbanyak serta dinilai paling berpengaruh di tanah air. Masing-masing memiliki sejarah panjang dan nilai-nilai yang khas, mencerminkan beragam pemahaman dan praktik Islam di negeri ini.
Keempat organisasi ini tidak hanya menjadi wadah untuk pengembangan spiritualitas, tetapi juga aktor penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Berikut daftarnya:
Nahdlatul Ulama (NU)Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi masyarakat Islam di Indonesia dan salah satu yang memiliki jumlah pengikut terbesar. Didirikan pertama kali pada 31 Januari 1946 di Surabaya oleh KH. Hasyim Asy’ari, seorang pemimpin pesantren di Jawa Timur.
Ormas ini bertujuan untuk mempertahankan tradisi Islam yang sesuai dengan akidah Asy’ariyah dan fiqih Mazhab Syafi’i, serta untuk melindungi kepentingan ekonomi anggotanya.
Pendekatan keagamaan ormas cenderung tradisionalis, mengizinkan budaya lokal diterapkan selama masih dalam koridor ajaran Islam.
Nahdlatul Ulama memiliki perbedaan pandangan yang signifikan dengan Muhammadiyah dan Persatuan Islam (Persis), yang mengusung modernisasi. NU juga berbeda dengan gerakan Salafi yang menolak adat istiadat lokal atau pengaruh tradisi Hindu dan Budha pra-Islam di Jawa.
Seiring waktu, Nahdlatul Ulama tumbuh pesat dan meluas melalui dakwah di berbagai wilayah. Menurut Kementerian Agama (Kemenag), pada tahun 2021, jumlah pengikut Nahdlatul Ulama mencapai 95 juta anggota, menjadikannya organisasi Islam terbesar di Indonesia dan dunia.
MuhammadiyahMuhammadiyah, organisasi Islam terbesar di Indonesia setelah NU, didirikan pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Nilai yang dianut oleh Muhammadiyah berbeda dengan NU karena organisasi ini masih membuka ruang ijtihad untuk mengadaptasi hukum Islam dengan perkembangan zaman.
Penyebaran nilai-nilai Muhammadiyah dimulai di Kraton Yogyakarta atas gagasan Muhammad Sangidu, seorang sahabat Kyai Ahmad Dahlan. Di bawah kepemimpinan Dahlan, Muhammadiyah mulai tersebar ke wilayah lain seperti Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan. Dalam waktu singkat, organisasi ini merambah ke Sumatera Barat, Sulawesi, dan Kalimantan.
Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah memiliki pengikut yang signifikan di berbagai daerah Indonesia. Menurut Kementerian Agama tahun 2019, jumlah pengikut Muhammadiyah mencapai lebih dari 60 juta orang di seluruh Indonesia. Namun, survei LSI yang dilakukan oleh Denny JA menunjukkan penurunan jumlah pengikut Muhammadiyah dari 9,4 persen pada tahun 2005 menjadi 5,7 persen pada tahun 2018.
Persatuan Islam (PERSIS)Persatuan Islam atau PERSIS, didirikan pada 12 September 1923 di Bandung oleh sekelompok Muslim yang tertarik dalam bidang pendidikan dan aktivitas keagamaan, dipimpin oleh Haji Zamzam dan Haji Muhammad Yunus.
Tujuan organisasi ini adalah menyebarkan pemahaman Islam yang murni sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, serta menawarkan perspektif yang berbeda dari Islam tradisional yang dianggap terpengaruh oleh budaya lokal.
Sebagai salah satu organisasi masyarakat tertua di Indonesia, PERSIS telah menyebarkan pemahaman Islamnya di beberapa provinsi, seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, dan Gorontalo.
Persatuan Umat Islam (PUI)PUI, organisasi Islam terbesar terakhir di Indonesia, didirikan pada 21 Desember 1917 di Jawa Barat. Organisasi ini terbentuk dari penggabungan dua organisasi massa Islam, yaitu Perikatan Oemmat Islam (POI) dari Majalengka dan Persatoean Oemmat Islam Indonesia (POII) dari Sukabumi, dengan pendiri utamanya termasuk K.H. Abdul Halim, K.H. Ahmad Sanusi, dan Mr. R. Syamsuddin.
Dalam pengajaran nilai-nilai agama, PUI mengambil pendekatan pemahaman madzhab Syafi’i yang merujuk langsung pada Al-Qur’an dan Sunnah melalui interpretasi ulama mereka dalam Al-Irsyad al-Islamiyyah.
Meskipun jumlah pengikutnya tidak tercatat secara pasti, dari informasi di situs resminya, PUI memiliki 23 pengurus wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia. ***
Sentimen: positif (99.9%)