Sentimen
Positif (50%)
8 Jun 2024 : 14.36
Informasi Tambahan

BUMN: Garuda Indonesia

Hewan: Anjing

Kab/Kota: Cengkareng, Kemayoran, London, Sydney

Pernah Heboh di Komik Tintin, Bandara Ini Korban Gusur Era Soeharto

8 Jun 2024 : 21.36 Views 3

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Pernah Heboh di Komik Tintin, Bandara Ini Korban Gusur Era Soeharto

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemuda asal Belgia bernama Tintin tak bisa terbang langsung dari London ke Sydney, Australia. Ketiadaan pesawat yang bisa mengudara 16 ribu Km nonstop membuatnya harus berhenti di Bandara Kemayoran (KMO), Jakarta, Indonesia.

Di Kemayoran, Tintin tidak sendirian. Dia bersama Professor Calculus, Kapten Haddock, dan tentunya anjing Snowy. Saat kakinya pertama kali menginjak tanah Indonesia, Prof. Calculus kaget dan takjub.

"Itu! Lihat! Kemajoran!...Apakah ini Djakarta atau bukan?" kata Professor Calculus kepada Tintin dan Kapten Haddock.

-

-

Ketakjuban Prof. Calculus memang bukan kejadian faktual, melainkan cuplikan dari serial komik Tintin dalam seri Penerbangan 714 ke Sydney yang terbit pada 1968. Meski fiksi, ketakjuban tersebut tentu dapat dimengerti. 

Sebab, Bandara Kemayoran adalah bandara bersejarah di dunia yang jadi lokasi transit utama banyak penerbangan di dunia. Di bandara itu juga berdiri tegak menara Air Traffic Control pertama di Asia. Sayang, semua itu kini tinggal sejarah.

 

Foto: Penampakan Bandara Kemayoran tempo dulu. (Dok: PPK Kemayoran)
Penampakan Bandara Kemayoran tempo dulu. (Dok: PPK Kemayoran)

Berjaya di udara

Dalam Batavia, 1740: Menyisir Jejak Betawi (2010) Bandara Kemayoran dibangun pertama kali pada 1934 untuk menambah kas pemerintah karena kala itu penerbangan sipil dunia sedang ramai. Pemerintah kolonial butuh waktu 6 tahun untuk memulai operasional sebagai bandara komersial. Pada 8 Juli 1940, bandara seluas 454 hektare itu resmi beroperasi. 

Pesawat pertama yang mendarat di sana adalah DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Koninklijk Nederlends Indische Luchvaart Maatschapij (KNILM). Kelak, perusahaan ini pula yang mengelola bandara internasional pertama di Tanah Air itu. 

Keberadaan Bandara Kemayoran disambut positif banyak pihak di dunia penerbangan. Sebab, kehadiran bandara bisa jadi tempat transit penerbangan jarak jauh dari dunia barat ke timur, atau utara ke selatan. Bandara punya dua landasan berukuran 2.475 x 45 meter dan 1.850 x 30 meter. 

Tak heran, ketika awal berdiri, Bandara Kemayoran jadi saksi bisu mendaratnya berbagai pesawat pabrikan perusahaan ternama, seperti Boeing dan Airbus. 

Bahkan, kurang dari sebulan sejak beroperasi, Bandara Kemayoran sudah dimeriahkan oleh pameran udara pertama di Hindia Belanda. Pameran tersebut diselenggarakan untuk memeriahkan peringatan HUT Ratu Belanda tiap 31 Agustus. Sayang, kejayaan bandara di zaman penjajahan berlangsung singkat imbas invasi Jepang pada 1942. Serangan Jepang membuat Bandara Kemayoran rusak. 

Di zaman kemerdekaan, bandara tersebut masih beroperasi. Dalam Aviapedia: Ensiklopedia Umum Penerbangan (2011) diketahui, pemerintah melakukan revitalisasi dan menjadikan bandara itu sebagai basis operasi Garuda Indonesia dan pesawat militer. Operasionalnya pun diserahkan kepada Angkasa Pura.

Berbagai pesawat modern nan canggih, baik sipil atau militer, pernah mendarat di sana. Saat penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada 1955, Bandara Kemayoran jadi tempat mendarat banyak tamu dan pejabat penting berbagai negara. Tempat ini pun makin terkenal tatkala Tintin mempopulerkannya. 

Foto: Penampakan Bandara Kemayoran tempo dulu. (Dok: PPK Kemayoran)
Penampakan Bandara Kemayoran tempo dulu. (Dok: PPK Kemayoran)

Seiring berjalannya waktu, jumlah penerbangan dari dan ke Bandara Kemayoran makin meningkat. Pada periode 1980-an, terdapat 100 ribu penerbangan setiap tahunnya. Beban berat ini membuat alur penerbangan harus berbagi dengan Bandara Halim Perdanakusuma. Namun, tetap saja Bandara Kemayoran tak tertandingi.

Ramainya Bandara Kemayoran membuat pemerintah mulai berpikir memindahkan bandara tersebut. Apalagi di sekitar bandara makin dipadati penduduk yang meningkatkan potensi bencana. Pemerintah pun membangun bandara baru di kawasan Cengkareng.

Pada tahun 1975 hingga 1981, proses pembangunan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng dimulai dengan rencana pembangunan 3 landasan pacu, jalan aspal, 3 bangunan terminal internasional, 3 terminal domestik dan 1 terminal Haji di Bandara Soekarno-Hatta. Bandara ini pun mulai beroperasi pada tahun 1985 khususnya terminal 1, menggantikan Bandar Udara Kemayoran di Jakarta Pusat dan Halim Perdanakusuma di Jakarta Timur. 

Nama Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng pun berubah menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta pada 13 Agustus 1984. Namun setelah itu, Bandara Kemayoran justru diberhentikan tepat pada 31 Maret 1985. Lahan bekas bandara kemudian diberikan kepada pemerintah DKI Jakarta. Di tangan pemerintah DKI, kawasan tersebut diubah total dan hanya menyisakan beberapa bangunan.

Sebut saja seperti landasan pacu yang kini difungsikan menjadi Jl. Benyamin Sueb. Atau kawasan dalam bandara yang tiap tahun jadi arena Pekan Raya Jakarta (PRJ). Beberapa bagian bandara pun telah berstatus sebagai cagar budaya. 


[-]

(mfa/mfa)

Sentimen: positif (50%)