Sentimen
Informasi Tambahan
Event: Pilkada Serentak
Kasus: pembunuhan
Tokoh Terkait
Yusak Farchan
Politikus di balik ‘seksinya’ kasus pembunuhan Vina
Alinea.id Jenis Media: News
“Jadi, kalau soal politisasi tidak. Cuma pada akhirnya, (kasus) ini ditumpangi oleh person-person yang (ingin) mendapat simpati publik lebih besar.”
Kunto menilai, para figur yang sedang “berjuang” maju pilkada tidak akan mendapat respons yang besar dari masyarakat. Sebab, sekalipun terlihat peduli pada kasus pembunuhan Vina, mereka tidak mendorong perubahan substantif yang berdampak pada masyarakat.
“Kalau kemudian bisa masuk ke hal yang substantif dalam pilkada misalnya, dia (bisa) berjanji menumpas geng motor di daerahnya. Jadi lebih oke,” kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI tersebut.
“Tapi kalau dia hanya sebatas gimik, dalam artian sok peduli karena memang lagi ramai diperbincangkan, akhirnya akan jadi gimik belaka.”
Politikus atau calon kepala daerah yang ikut-ikutan dalam kasus pembunuhan Vina sebagai ajang meningkatkan popularitas, menurut Kunto, belum akan mampu mendongkrak elektoral kalau tak ada gebrakan berarti bagi masyarakat.
Meski begitu, Kunto tak mempermasalahkan politikus nimbrung dalam kasus Vina, selama mereka tidak mengganggu proses hukum dan penyelidikan, serta tak membuat opini publik yang mempersulit aparat penegak hukum bekerja.
“Sebenarnya masih sah-sah saja dilakukan model riding the wave ini,” ucap Kunto.
Namun, secara etik memang politikus atau calon kepala daerah tidak tepat menunggangi kasus pembunuhan Vina untuk kepentingan popularitas, demi menarik perhatian publik. Kunto memandang, publik juga sebaiknya tidak perlu terjebak dengan permainan riding the wave yang dilakukan politikus atau calon kepala daerah.
“Media juga jangan terlalu kasih panggung ke orang-orang seperti ini,” ujar Kunto.
Sementara itu, analis politik dari Citra Institute Yusak Farchan menilai, kasus pembunuhan Vina memang rentan dijadikan ajang tebar pesona para politikus yang berkepentingan maju Pilkada 2024. Alasannya, calon kepala daerah butuh isu untuk mendompleng pemberitaan agar mendapatkan perhatian publik.
“Politik itu soal timing. Saya kira, ini bagian dari strategi komunikasi politik dengan memanfaatkan peristiwa yang sedang ramai menjadi sorotan publik,” ujar Yusak, Rabu (29/5).
Senada dengan Kunto, Yusak pun menyebut, politisasi kasus pembunuhan Vina untuk kepentingan elektoral tidak akan membawa banyak dampak pada elektabilitas kandidat, kecuali hanya sebatas efek popularitas sematas.
“Saya kira masyarakat sudah cerdas membaca manuver-manuver para politikus atau kandidat yang akan bertarung di pilkada,” tutur Yusak.
“Kalau para politikus punya kepedulian dan pembelaannya terhadap keadilan hukum di kasus Vina, harusnya tidak perlu menunggu momentum pilkada.”
Sentimen: negatif (66.7%)