Sentimen
Positif (72%)
26 Mei 2024 : 13.32
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Banyuwangi, Paris, Berlin

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Macron Tiba di Berlin, Kunjungan Kenegaraan Pertama Presiden Prancis ke Jerman dalam 24 Tahun

26 Mei 2024 : 13.32 Views 3

iNews.id iNews.id Jenis Media: Nasional

Macron Tiba di Berlin, Kunjungan Kenegaraan Pertama Presiden Prancis ke Jerman dalam 24 Tahun

BERLIN, iNews.id - Presiden Prancis, Emanuel Macron, mendarat di Jerman pada Minggu (26/5/2024) untuk kunjungan kenegaraan yang dijadwalkan berlangsung selama tiga hari. Kunjungan tersebut akan diisi dengan agenda pertemuan bilateral antara pemimpin kedua negara yang menjadi kekuatan terbesar Uni Eropa itu.

Reuters melansir, menurut rencana, Macron tak hanya menyambangi Ibu Kota Berlin, melainkan juga Kota Dresden di bagian timur Jerman, dan Kota Muenster di wilayah barat negeri panser itu. Meski Prancis dan Jerman bertetangga dan jarak antara Paris-Berlin (1.054 km) hanya setara jarak Jakarta-Banyuwangi (1.064 km), kedatangan Macron hari ini menjadi kunjungan kenegaraan pertama presiden Prancis ke Jerman dalam 24 tahun.

Baca Juga

Rusia Tak Main-Main! Ada Potensi Perang Nuklir jika Prancis Berani Kirim Pasukan ke Ukraina

Kunjungan itu akan dilihat para pengamat Eropa sebagai pemeriksaan terhadap kesehatan hubungan Jerman-Prancis yang akan mendorong pembuatan kebijakan Uni Eropa di masa mendatang. Apalagi saat ini, benua biru itu sedang menghadapi sejumlah tantangan besar, mulai dari perang Ukraina hingga kemungkinan terpilihnya Donald Trump sebagai presiden AS pada November nanti.

Macron dan Kanselir Jerman, Olaf Scholz, memiliki gaya kepemimpinan yang sangat berbeda. Keduanya secara terbuka berselisih mengenai banyak isu, mulai dari masalah pertahanan hingga energi nuklir, sejak Scholz menduduki tampuk kekuasaan di Berlin pada akhir 2021. Namun, akhir-akhir ini mereka telah mencapai kompromi di berbagai bidang, mulai dari reformasi fiskal hingga perubahan subsidi pasar energi, yang memungkinkan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan dan membentuk kakuatan yang lebih solid.

Baca Juga

Prancis Ogah Akui Negara Palestina saat Ini

“Ada ketegangan dalam hubungan Jerman-Prancis, namun hal ini sebagian disebabkan karena kedua negara telah membahas beberapa topik yang sulit,” kata Yann Wernert dari Jacques Delors Institute di Berlin. Dia mencatat bahwa kedua negara juga telah sepakat mengenai perlunya memperluas Uni Eropa ke kawasan timur benua biru.

Direktur pelaksana Eropa di lembaga pemikir Eurasia Group, Mujtaba Rahman, menilai kunjungan Macron sebagai upaya untuk menunjukkan kualitas hubungan dua negara pada tingkat politik tertinggi. “Tetapi masih ada kesenjangan mendasar mengenai sejumlah persoala. besar yang menghantui Uni Eropa,” tuturnya.

Baca Juga

Duh! Ratusan Polisi Jerman Diduga Ekstremis Sayap Kanan

Salah satu kesenjangan utama itu terletak pada pertahanan Eropa, khususnya jika Trump memenangkan Pilpres AS 2024 pada 5 November nanti. Para pakar pertahanan memandang Trump sebagai sekutu yang kurang dapat diandalkan oleh Eropa bila dibandingkan dengan saingannya dari Partai Demokrat, Presiden petahana Joe Biden.

Awal tahun ini, Trump mengatakan bahwa dia tidak akan melindungi para anggota NATO dari serangan Rusia di masa depan, jika negara-negara tersebut "pelit" mengeluarkan anggaran militer. Mantan presiden Partai Republik itu bahkan juga mengatakan tidak akan segan-segan mendorong Rusia berbuat sesuka hati terhadap negara semacam itu.

Baca Juga

Rusia Tak Ingin Cari Gara-Gara dengan Berlin, Kremlin: Kami Mencintaimu Orang-Orang Jerman!

Prancis, yang memiliki senjata nuklir, telah mendorong Eropa menjadi lebih mandiri dalam masalah pertahanan. Namun, Paris juga merasa dirugikan oleh keputusan Berlin untuk membeli sebagian besar peralatan militer Amerika untuk payung pertahanan udara European Sky Shield Initiative.

Sementara Jerman menyatakan tidak ada alternatif yang kredibel selain payung militer AS. Menurut Berlin, Eropa tidak punya waktu menunggu industri pertahanan dalam negeri bersiap menghadapi ancaman seperti permusuhan Rusia.

Editor : Ahmad Islamy Jamil

Sentimen: positif (72.7%)