Sentimen
Positif (49%)
24 Mei 2024 : 00.52
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Tokoh Terkait
Antonius Benny Susetyo

Antonius Benny Susetyo

Toleransi dan Keberagaman Indonesia Dinilai Alami Kemunduran Pasca-Reformasi

Gatra.com Gatra.com Jenis Media: Nasional

24 Mei 2024 : 00.52
Toleransi dan Keberagaman Indonesia Dinilai Alami Kemunduran Pasca-Reformasi

Jakarta, Gatra.com – Staf Khusus (Stafsus) Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, mengatakan, toleransi dan keberagaman di Indonesia mengalami kemunduran pasca-Reformasi.

Benny dalam diskusi “Catatan 26 Tahun Gerakan Reformasi, Antara Kenyataan dan Harapan” di Jakarta pada Rabu (22/5), menyampaikan, pasca-Reformasi kondisinya semakin mundur dengan adanya politik identitas dan kalah terhadap tekanan publik mayoritas.

Pria yang karib disapa Romo Benny ini mengungkapkan, kemunduran juga karena adanya berbagai aksi intoleransi dan diskriminasi meski terdapat berbagai peraturan yang menjamin kebebasan menjalankan ibadah misalnya. “Pelaksanaan [aturan] masih jauh panggang dari api.”

Lebih jauh Romo Benny menyampaikan, ada juga sejumlah tanggung jawab pemerintah, khususnya pemerintah daerah yang tidak terlaksana. “Nilai nilai kebudayaan Indonesia sejak dahulu hidup dan terpelihara seolah-olah diabaikan,” tandasnya.

Ia menegaskan, negara harusnya jangan sekadar bergerak normatif dan kompromistis berdasarkan dikotomi minoritas mayoritas, tetapi juga harus mengakomodir semua pihak dan tanpa pandang bulu menegakkan hukum. Pasalnya, negara harus melindungi segenap bangsa untuk beribadah.

Di sampaing itu, Romo Benny mengharapkan semua elemen masyarakat harus menghidupkan dan menerapan nilai-nilai Pancasila sebagai filosofi grondslag. Menurutnya, Pancasila sebagai landasan moral dan rasa dalam upaya membangun kehidupan berbangsa yang lebih toleran dan harmonis.

Senada dengan Romo Benny, sejarawan Indonesia Bonnie Triana menilai setelah 26 tahun Reformasi, cita cita yang diperjuangkan masih jauh panggang dari api. “Bergerak makin jauh,” ujarnya.

Ia berpendapat bahwa bangsa ini juga mudah lupa, termasuk soal historis mengenai peristiwa Reformasi 1998. Menurutnya, meski lupa itu manusiawi, namun tidak pernah secara serius ?untuk memperbaiki masa lalu sesuai dengan rekaman sejarah.

Ia menegaskan, harusnya bangsa ini mengingat sejarah kelam masa lalu dan mencegahnya agar tidak terulang lagi di masa mendatang. Bonnie juga menyebut penguasa menghapus cita-cita Reformasi yang diperjuangkan pascaruntuhnya Pemerintahan Orde Baru (Orba).

Menurutnya, penguasa juga mematahkan harapan masyarakat dalam konteks kehidupan adil dan sejahtera, sesuai dengan makna yang tertuang pada Pancasila sebagai ideologi bangsa.

"Saya lihat Jokowi menghapus harapan, memupuskan harapan kita, cita-cita kita untuk menegakkan tujuan dan juga yang apa kita inginkan pada masa Reformasi,” ujarnya.

11

Sentimen: positif (49.2%)