Sentimen
Positif (66%)
14 Mei 2024 : 14.20
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Semarang, Cirebon, Demak

Pertama di Indonesia, Gunakan 10 Juta Bambu Untuk Pembuatan Jalan Tol di Atas Laut Ternyata Hasil Karya Anak Bangsa

14 Mei 2024 : 21.20 Views 3

Ayobandung.com Ayobandung.com Jenis Media: Nasional

Pertama di Indonesia, Gunakan 10 Juta Bambu Untuk Pembuatan Jalan Tol di Atas Laut Ternyata Hasil Karya Anak Bangsa

LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Pernahkan anda terbayangkan infrastruktur jalan tol dengan bahan dasar pembangunannya dengan menggunakan bambu?

Dengan perkembangan ilmu konstruksi di masa sekarang tentu telah memungkinkan untuk melakukan pembangunan di area yang sangat sulit.

Tak hanya itu saja, dengan munculnya sebuah inovasi mengenai desain rancangan atau penggunaan yang lebih murah.

Namun tahukah anda, menjadi pertama di Indonesia ada sebuah proyek pembangunan jalan tol diatas laut dengan menggunakan bambu sebagai bahan dasar konstruksinya.

Proyek pembangunan tersebut yakni pembangunan jalan tol Semarang-Demak. Dimana sebagian ruas tol tersebut akan dibangun di atas laut dengan menggunakan bambu sebagai material konstruksinya.

Baca Juga: Ini Dia Deretan Teknologi Canggih yang Akan Ada di IKN, Salah Satunya Akan Diuji Coba Juli 2024

Memiliki panjang sekitar 26,95 km jalan tol ini dibangun dalam 2 seksi melalui skema Kerja Sama Badan Usaha dengan Pemerintah (KPBU), yaitu Seksi 1 untuk ruas Semarang/Kaligawe-Sayung sepanjang 10,64 km menjadi porsi pemerintah dan menelan anggaran sekitar Rp 10 triliun.

Kemudian seksi 2 Sayung-Demak sejauh 16,31 km milik Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Pembangunan Perumahan Semarang Demak.

Tak hanya melayang di atas laut, nantinya tol Semarang-Demak ini akan dilengkapi fasilitas lainnya seperti rest area, kolam retensi, dan rumah pompa.

Pembangunan jalan tol yang menjadi pertama di Indonesia ini membutuhkan sedikitnya 10 juta bambu untuk menciptakan daratan baru untuk jalan tol sekaligus tanggul laut.

Tentu dengan menggunakan bambu akan jauh lebih hemat dibandingkan harus menguruknya.

Selain membutuhkan ratusan juta kubik tanah dan jutaan kali truk ulang-alik mengangkutnya serta rawan amblas, tentu dari segi biaya pun bisa lebih ditekan.

Jalan tol yang juga memiliki fungsi untuk mencegah banjir ketika pasang laut (rob) menuju ke daratan Kota Semarang ini ternyata merupakan hasil mahakarya anak bangsa.

Baca Juga: Dikabarkan Akan Lepas dari Jawa Barat, 7 Kabupaten Kota Akan Bergabung Jadi Provinsi Cirebon, Daerahmu Termasuk?

Memiliki panjang sekitar 6 kilometer, pembangunan jalan tol ini terintegrasi dengan tanggul laut.

Dimana struktur timbunan diatas laut direncanakan diperkuat oleh matras bambu setebal 17 lapis.

Selain menggunakan sistem matras bambu, penguatan kondisi tanah dilakukan juga dengan cara pemasangan material pengalir vertikal pra-fabrikasi atau PVD serta melaksanakan pembebanan menggunakan material pasir laut yang diambil menggunakan alat Trailing Suction Hopping Dredger atau TSHD.

Jalan tol yang terintegrasi dengan tanggul laut ini merupakan konstruksi baru yang pertama kali dilakukan di Indonesia, sehingga dalam hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Kementerian PUPR dalam pelaksanaannya.

Tak hanya itu, adapun tantangan lainnya yaitu pada proses pengadaan tanah yang masih terbentur pada pelaksanaan penentuan tanah musnah dan regulasi atau payung hukum yang belum terbit mengenai penanganan dampak sosial atas tanah musnah dalam rangka pembangunan untuk kepentingan umum.

Baca Juga: Update: Korban Meninggal Banjir Bandang dan Tanah Longsor di Sumatera Barat Jadi 41 Orang

Apabila nantinya telah terbentuk fisik, jalan tol dengan lebar 50 meter dari total 150 meter ini akan nampak seperti sebuah segitiga yang terpotong diatasnya.

Sebelum diterapkannya pada proyek pembangunan jalan tol ini, tanaman dari keluarga Poaceae ini dilakukan pengujian terlebih dari yang dilakukan di Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Pengujian ini pun dilakukan untuk mengukur kelayakan bahan bambu sebagai konstruksi.

Menurut Kepala Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung Ferri Eka Putra, ada dua jenis uji untuk sistem rakit atau matras bambu tadi, yakni uji tarik dan uji lentur.

Hal ini pun bertujuan untuk mengetahui perilaku dari bambu yang dirangkai menjadi kesatuan sebagai matras. Termasuk apabila mengalami gaya tarik dalam arah horizontal serta gaya tekan pada arah tegak lurus.***

Sentimen: positif (66.7%)