Sentimen
Negatif (100%)
24 Apr 2024 : 00.32
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Bekasi, Malang, Purworejo, Jatinegara, Kelapa Gading, Klender, Cakung, Magelang

Kasus: pembunuhan

Tokoh Terkait
Boy Rafli

Boy Rafli

Babe Baekuni Pemangsa Anak Jalanan, Pedofil Banal Habisi Nyawa 14 Bocah

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

24 Apr 2024 : 00.32
Babe Baekuni Pemangsa Anak Jalanan, Pedofil Banal Habisi Nyawa 14 Bocah

PIKIRAN RAKYAT - Selain Siswanto alias Robot Gedek (terpidana mati 1996—1997), Baekuni alias Babe sempat menggemparkan publik. Keduanya sama-sama merupakan pelaku sodomi dan pembunuhan bocah. Modus pembunuhan yang dilakukan Siswanto dan Baekuni memiliki kemiripan, sebelum dibuang, korbannya dimutilasi terlebih dahulu.

Hal yang lebih mencengangkan adalah Babe dan Robot Gedek sama-sama saling mengenal. Keduanya sama-sama gelandangan. Baekuni merupakan pengasuh anak jalanan yang hidup menggelandang di Lapangan Banteng, Jakarta. Kejahatan yang dilakukan Babe dan Robot Gedek sama-sama tercatat dalam sejarah pembunuhan berantai di Indonesia.

Babe menghabisi nyawa dengan mengikat leher korbannya menggunakan tali rafia. Pria kelahiran 6 September 1961 itu merupakan anak petani miskin asal Magelang, Jawa Tengah. Perilaku kejinya terkuak pada awal Januari 2010.

Bagaimana cerita kebanalan Babe menghabisi nyawa bocah-bocah tidak berdosa itu? Apa yang menjadi alasannya? Berapa banyak nyawa yang melayang di tangannya? Demikian beberapa pertanyaan yang kerap timbul bila mengingat aksi keji gelandangan kawan Robot Gedek itu.

Terkuaknya pembunuhan keji yang dilakukan Babe

Ilustrasi pembunuhan.

Aksi keji yang dilakukan Babe mula-mula terendus lantaran potongan tubuh korban tanpa kepala ditemukan warga. Adalah Abdi Alfari warga yang kali pertama menemukan kardus air mineral berisi potongan tubuh di samping jembatan yang menghubungkan Jalan Inspeksi dan Jalan Banjir Kanal Timur.

Pagi itu, Jumat, 8 Januari 2010, Abdi mengira bahwa kardus yang tergeletak itu bukan hal yang membuatnya terbelalak. Namun, sewaktu membukanya, dia terkejut dan langsung berteriak memanggil warga yang berjalan di sekitar.

Kengerian itu kembali terjadi sehari setelahnya, saat salah seorang warga menemukan kepala anak kecil tanpa badan yang tersimpan dalam kantong plastik berwarna putih di pinggir jembatan Warung Jengkol, Kelapa Gading, Cakung. Polisi lantas membentuk tim penyelidik guna mengungkap pembunuhan mutilasi itu. 

Identitas jasad itu terkuak usai polisi menerima laporan dari warga Gang Ketut RT 004 RW 07, Cakung, yang mengaku kehilangan anaknya berusia 9 tahun. Adalah Nurhamidah Pasaribu, warga yang melapor kehilangan anak keempatnya. Anaknya itu bernama Ardiansyah, bocah yang biasa mengamen di Terminal Pulogadung.

Saat polisi melakukan tes deoxyribonucleic acid (DNA) di Kedokteran Polri dan visum et repertum dari Instalasi Kedokteran Forensik RS Kepolisian Dr. Sukamto, ternyata hasilnya cocok. Jasad itu adalah jasad Adriansyah, bocah yang kerap terlihat bersama Babe.

Tak berselang lama, polisi akhirnya menangkap Babe di kediamannya. Dia ditangkap tanpa perlawanan. Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar bilang, Babe dicokok di Gang Masjid H. Mursalim, RT 06 RW 02, Kelurahan Pulogadung, Jakarta Timur. Dia ditangkap di rumah kontrakan. Pengasuh anak jalanan itu lantas menerangkan hal yang terjadi kepada polisi.

"Korban dicekik hingga meninggal. Setelah mati, korban disodomi," kata Boy Rafli Amar, seperti dikutip dari buku Kisah Babe Si Penerus Kejahatan Robot Gedek (2019).

Kenapa Babe menghabisi nyawa Ardiansyah?

Ilustrasi pembunuhan.

Nyawa Ardiansyah dihabisi lantaran Baekuni sakit hati. Bocah malang itu menolak disodomi Babe. Pengasuh anak jalanan itu pun membunuh anak keempat Nurhamidah. Bukan cuma dibunuh, Ardiansyah dimutilasi. Jasadnya dipotong-potong, menjadi empat bagian. Polisi lantas menemukan barang bukti di kediaman Babe. Ada tali rafia, kardus bekas minuman, golok, dan baju korban.

Walakin, ternyata Ardiansyah bukan satu-satunya korban kebanalan Babe. Dia sudah membunuh anak jalanan sejak 1998, tujuh bocah dihabisi nyawanya. Baekuni bilang, korban pertamanya bernama Aris, jasadnya ditinggal di pinggir kali di Kuningan, Jawa Barat.

Korban kedua bernama Riki. Modus pembunuhan bocah itu sama dengan apa yang dilakukan Babe terhadap Adriansyah. Leher korban dijerat tali, lalu pelaku melampiaskan syahwatnya itu. Jasad korban dibuang di Terminal Pulogadung.

Selanjutnya, Yusuf Maulana, bocah yang dihabisi pada 30 April 2007. Jasadnya ditemukan di dekat Halte Warung Jengkol, Kelapa Gading. Berbeda dengan Adriansyah, ketiga korban tidak dimutilasi terlebih dahulu sebelum dibuang. Babe memutilasi korbannya pada 9 Juli 2007.

Adalah Adi, korban pertama yang dimutilasi pembunuh kejam itu. Kala itu, jasad Adi dibuang di dekat Pasar Klender, Jalan Raya Bekasi, Jatinegara, Jakarta Timur. Korban selanjutnya adalah Rio yang dihabisi pada 14 Januari 2008, Arif Abdullah pada 15 Mei 2008, Teguh, lalu Ardiansyah pada 7 Januari 2010.

Ada 14 anak jalanan korban Babe

Ilustrasi pembunuhan.

Seiring berjalannya waktu, Babe membuat pengakuan mengejutkan. Selain tujuh bocah itu, dia mengaku telah membunuh dua bocah yang dibuang di Magelang dan Purworejo, yakni Irwan dan Ardi.

Jasad Irwan dibawa ke Purworejo menggunakan bus pada 1995, dikubur di Desa Bayan, Kecamatan Kutoarjo, Purworejo. Adapun Ardi dibunuh di Magelang. Kala itu, dia sempat dibawa Babe ke ladangnya di Magelang, tepatnya pada 2004. Ardi dibawa ke sana menggunakan bus.

Ardi dibunuh menggunakan tali rafia di ladangnya lantaran menolak bersetubuh. Bocah itu dikubur di area persawahan, tepi Sungai Gluthak di Dusun Mranggen, Desa Kajoran, Magelang. Seiring berjalannya waktu, Baekuni mengaku sudah menghabisi nyawa 14 anak jalanan. Tempo edisi 30 Januari 2010 melaporkan, 14 bocah menjadi korban Babe, usianya dari 6—12 tahun. Jumlah tersebut menjadi yang terbanyak.

Pada 6 Oktober 2010 majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta menjatuhkan hukuman seumur hidup. Sedangkan jaksa penuntut umum kala itu mendakwa hukuman mati. Pada 13 Desember 2010, Pengadilan Tinggi Negeri DKI Jakarta memperberat vonisnya menjadi hukuman mati.

Babe pun mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung. Namun, pada 21 April 2011 Mahkamah Agung tetap memvonis mati. Saat Baekuni meminta peninjauan kembali, Mahkamah Agung tetap menolaknya.***

Sentimen: negatif (100%)