Sentimen
Positif (99%)
17 Apr 2024 : 11.24
Informasi Tambahan

Agama: Islam, Kristen

Event: Pilkada Serentak, Zakat Fitrah

Grup Musik: APRIL

Institusi: MUI

Kab/Kota: Tebet

Kasus: penistaan agama

Tokoh Terkait

Duduk Perkara Pendeta Gilbert Diduga Hina Islam, Tanggapan Ustaz Adi Hidayat, Perminta Maaf ke MUI dan DMI

17 Apr 2024 : 18.24 Views 2

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Duduk Perkara Pendeta Gilbert Diduga Hina Islam, Tanggapan Ustaz Adi Hidayat, Perminta Maaf ke MUI dan DMI

PIKIRAN RAKYAT - Video berisi ceramah Pendeta Gilbert Lumoindong menjadi viral karena membandingkan salat dan zakat dengan ibadah umat Kristen. Sejumlah elemen masyarakat pun berencana melaporkannya ke Polisi atas dugaan penistaan agama.

Dalam ceramahnya, Pendeta Gilbert Lumoindong menyinggung mengenai perpuluhan dalam Kristen dan zakat dalam Islam. Dalam Kristen, jemaat membayar 10 persen, sedangkan dalam Islam zakat dibayarkan 2,5 persen.

"Perdebatan tentang perpuluhan, orang kalau enggak mau bayar perpuluhan Enggak apa-apa. Semua hamba-hamba Tuhan yang bilang engak usah bayar perpuluhan, engak apa-apa. Bayar 2,5, engak usah 10 persen tapi sembahyangnya lima kali sehari. Iya dong, enak aja udah cuman 2,5 mau seminggu sekali heeey beda kelas," tuturnya.

"Dari mana, mana, mana masuk gereja langsung masuk. Kita orang Islam diajarin bersih, sebelum sembahyang cuci semuanya. Saya bilang 'lu 2,5 (persen zakat), gua 10 persen'. Bukan berarti gua jorok, disucikan oleh Darah Yesus," ujar Pendeta Gilbert Lumoindong menambahkan.

Ceramah itu kemudian disambut tawa dan tepuk tangan jemaat yang hadir.

"Enggak usah tepok tangan, lu 10 apa 2,5? Persembahan 2,5 persen, alaaah. Puas banget, seminggu kali, enggak usah cuci-cuci ya kan, enggak usah bergerak-bergerak," ucap Pendeta Gilbert Lumoindong.

"Makanya kita kebaktian tenang aja, paling berdiri, nyanyi, tepuk tangan, santai. Tapi kalau 2,5, setengah mati. Yang paling berat, terakhirnya mesti lipat kaki. Enggak semua orang bisa, kaki mesti dilipet. Tapi ya udahlah 2,5," katanya menambahkan.

Ustaz Adi Hidayat Berterima Kasih

Video berisi cuplikan ceramah Pendeta Gilbert Lumoindong pun beredar di berbagai media sosial dan menuai banyak kecaman. Menanggapi hal itu, Ustaz Adi Hidayat justru menyampaikan terima kasih.

Sebab, khotbah yang disampaikan terbatas di kalangan jemaat Pendeta Gilbert Lumoindong itu menyinggung mengenai informasi mengenai ibadah umat Islam.

"Dalam perbincangan atau penyampaian khotbah itu, ada beberapa pengenalan tentang ibadah di Islam yang disinggung oleh Beliau. Itu tentunya satu hal yang menggembirakan untuk kita umat Islam," ucap Ustaz Adi Hidayat.

"Untuk itu, saya secara pribadi menyampaikan Terima kasih Pendeta Gilbert karena sudah memperkenalkan tentang ajaran-ajaran di Islam, di komunitas beliau ya khusus. Sehingga teman-teman di Kristiani bisa mengenal setidaknya tentang salat, tentang zakat, berapa kali ditunaikan oleh umat Islam yang selama ini mungkin ada yang belum kenal atau belum terbayangkan tentang itu semua," tuturnya menambahkan.

Tidak hanya menjadi ilmu untuk umat Kristiani, Ustaz Adi Hidayat berharap apa yang disampaikan Pendeta Gilbert Lumoindong juga memberikan peluang kepada umat Islam untuk menggali, mencintai, dan mempraktikan lebih baik dan lebih khusyuk lagi ibadah-ibadah tersebut.

Dia kemudian memberikan penjelasan tentang salat, zakat, dan hubungan antara kedua ibadah tersebut. Dia juga mengajak umat Islam dan agama lain untuk saling menghormati, memberikan ruang untuk bisa berdialog, dan memberikan toleransi dalam ibadah.

"Dalam ibadah itu zero toleransi, maksudnya masing-masing saling menghargai. Umat Islam di masjid salatnya, azan di masjid, yang Kristen di gereja. Silakan, apapun yang dikerjakan dari ritual. Silakan, tapi saling menghormati dalam konteks ibadah, sosial, semua bekerja sama mencintai negara kita, bangsa kita, bekerja sama membangun Harmoni, kemudian bekerja sama bersikap yang baik apa pun posisinya," ujar Ustaz Adi Hidayat.

"Jadi sekali lagi terima kasih Pendeta Gilbert untuk pengenalannya terhadap jemaatnya, sehingga dengan itu saya pribadi punya ruang untuk menerangkan kepada umat Islam ataupun nonmuslim yang ingin mengetahui, ingin mengenal," katanya.

"Lebih daripada itu, kita saling menyayangi satu dengan yang lainnya, membangun, memotivasi dalam memakmurkan negara kita tercinta, menjaga keteduhan dan Harmoni di lingkungan kita bersama," ucapnya menambahkan.

Minta Maaf ke Dewan Masjid Indonesia (DMI)

Setelah ramai menuai kecaman, Pendeta Gilbert Lumoindong menemui Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) di Brawijaya, Jakarta Selatan, Senin 15 April 2024. Dia mendatangi Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) itu untuk meminta maaf terkait video ceramahnya soal zakat dan salat yang viral di media sosial.

"Saya dengan segala kerendahan hati minta maaf karena kegaduhan yang ada, karena sebetulnya kita lagi sibuk setelah Pilpres mau menyambut pilkada dan baru saja merayakan Idul Fitri, hari raya yang baik, dan umat Kristen baru saja merayakan kebangkitan Kristus, lalu mau menyambut kenaikan ke surga," tuturnya.

"Jadi saya pikir ini suasana yang harusnya baik, untuk itu sekali lagi saya minta maaf kalau ada segala kegaduhan," ucap Pendeta Gilbert Lumoindong menambahkan.

Dia kemudian menjelaskan apa yang terjadi di dalam video tersebut. Pertama, dia menegaskan tak ada niat untuk menghina Islam.

"Pertama, pasti tidak ada niat saya untuk mengolok-olok, apalagi menghina. Sama sekali tidak, kenapa? karena Saya dibesarkan di kampung, di Tebet, dan rumah saya hanya 200 meter dari masjid dan itu tempat main saya," kata Pendeta Gilbert Lumoindong.

"Lalu kemudian saya dibesarkan di SD dewi Sartika, saya belajarnya bukan agama Kristen di sekolah itu, enggak ada guru agama Kristen. Sehingga saya harus belajar agama Islam, jadi saya dibesarkan dengan kehidupan yang cukup dekat dengan umat muslim dan buat saya saudara saya sendiri," ujarnya menambahkan.

Kedua, Pendeta Gilbert Lumoindong menekankan bahwa ceramahnya kala itu merupakan ibadah interen yang tidak berlaku untuk umum. Namun, karena ada jemaat gereja dan online, kegiatan itu pun ditayangkan di Youtube dengan keterangan 'Ibadah Minggu'.

"Jadi karena itu, sama sekali tidak dimaksudkan untuk umum," ucapnya.

Ketiga, beberapa masyarakat mungkin ada yang melihatnya dengan kacamata yang berbeda. Kemudian mengedit video tersebut yang entah apa tujuannya. Namun yang pasti, penjelasan itu bukan penjelasan yang lengkap.

"Penjelasan yang lengkap sebetulnya itu sebagai otokritik umat Kristiani di mana Saya bilang bahwa ibadahnya orang muslim misalnya cukup setengah mati gitu, kenapa setengah mati? karena berat, sehari lima kali. Kita orang Kristen seminggu sekali, udah itu seminggu sekalinya juga duduknya santai-santai. Kalau ini ada gayanya, ada gerakannya yang tidak boleh salah," tutur Pendeta Gilbert Lumoindong.

"Bahkan saya garis bawahi terakhir bahwa lipat kaki buat umat muslim itu biasa sekali, sampai mungkin Pak JK yang usianya 82 Tahun masih bisa lipat kaki gitu, kita di gereja 45 tahun masih bisa lipat kaki itu sudah hebat. Kenapa? karena ya gaya ibadahnya paling santai. Dan kebetulan di umat Kristen ada kepercayaan misalnya tentang memberi 10 persen, nah di pengetahuan saya 'Wah umat muslim di situnya yang agak lebih gampang, 2,5 persen'," ujarnya.

"Akan tetapi, setelah bicara sama Pak JK hari ini, dia bilang 'Oh salah pendeta, 2,5 persen itu cuma zakat. Belum infaknya, belum sedekahnya, belum wakafnya, itung-itung lebih berat lagi," ucapnya menambahkan.

Oleh karena itu, Pendeta Gilbert Lumoindong meminta maaf untuk kegaduhan yang terjadi. Dia pun menegaskan bahwa kebersamaan Indonesia selalu ada di hatinya.

"Dan di hati saya selalu ada persatuan, karena dasar khotbahnya kalau didengar hari itu justru tentang kasih. Kasihlah sesamamu gitu, jadi kita mengasihi bukan karena dia bisa berbuat kasih kepada kita tapi meskipun dia bahkan berbuat jahat," ujarnya.

"Jadi enggak mungkin saya menebar sesuatu yang buruk, karena justru ini seperti otokritik buat kita bahwa ayo kita berbuat lebih baik. Kita belajar dari saudara sepupu, saya biasanya di dalam gereja menyebut umat Islam sebagai saudara sepupu karena kita lihat dari Abraham, Ishak, dan Ismail. Kira-kira begitu, semoga di momen yang indah ini kebersamaan kita Indonesia jauh lebih berharga daripada kasak-kusuk yang terjadi," kata Pendeta Gilbert Lumoindong menambahkan.

Minta Maaf ke MUI

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerima permohonan maaf dari Pendeta Gilbert Lumoindong usai vidio ceramahnya yang dianggap menyinggung perasaan umat Islam viral di media sosial. Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menyatakan bahwa kehadiran Pendeta Gilbert Lumoindong atas inisiatifnya sendiri dalam rangka klarifikasi dari isi khutbahnya yang viral di media sosial.

Dia menambahkan, Pendeta Gilbert Lumoindong menyadari bahwa MUI adalah rumah besar umat Islam sehingga, ia hadir untuk menceritakan kronologis dan isi lengkap dari khutbahnya yang viral itu.

"Ia menyatakan tak ada niatan untuk menghina ajaran Islam apalagi menciptakan perpecahan. Pendeta Gilbert datang ke MUI untuk meminta maaf kepada umat Islam dan umat beragama atas tindakannya yang kurang berkenan dan menyinggung perasaan umat Islam dan umat beragama," kata KH Cholil Nafis, Selasa 16 April 2024.

Setelah mendengar penjelasan dari Pendeta Gilbert Lumoindong, pihaknya mengambil kesimpulan bahwa kegaduhan ini semakin meruncing akibat adanya khutbah yang dipenggal-penggal dalam edit-edit. Sehingga, makna penyampaian dapat berpotensi terjadinya kesalahpahaman di masyarakat.

"Kami sebagai umat beragama tentu menerima permohonan maafnya. Kami semua memaafkan seraya kami meminta agar kejadian ini menjadi pelajaran baginya dan bagi kita semua," ujar Cholil Nafis.

Dia menegaskan, tindakan tersebut harus dijadikan pelajaran agar pada saat khutbah atau ceramah tidak perlu membandingkan keyakinan dan ritual agama lain. Apalagi, sampai merendahkan.

"Demi menjaga terjadinya kesalahpahaman. Ke depan mari kita rajut keutuhan, persaudaraan dan persatuan antar umat beragama serta saling menghormati keyakinan masing-masing kita demi menjaga kerukunan," kata Cholil Nafis.

Ketua MUI Bidang Kerukunan Antar Umat beragama, Buya Yusnar Yusuf pun mengajak umat untuk memaafkan Pendeta Gilbert. Dia menyampaikan, saling memaafkan merupakan bagian dari seruan agama.

Apalagi, Pendeta Gilbert dalam pertemuan tersebut telah berjanji tidak akan membanding-bandingkan ibadah yang dilakukan oleh umat Islam dengan umat yang lainnya dalam ceramahnya.

"Kepada semua umat Islam untuk merilah memafkannya karena itu seruan agama. Kita berikan maaf kepada (Pendeta Gilbert) sebaik-baiknya. Ia berjanji tidak akan membanding-bandingkan ibadah yang dilakukan umat Islam dengan umat yang lain," tutur Buya Yusnar Yusuf.***

Sentimen: positif (99.8%)