Sentimen
Negatif (79%)
3 Apr 2024 : 23.15
Informasi Tambahan

Agama: Islam

Hewan: Sapi

Kab/Kota: Gunung, Keagungan, Manila

Tokoh Terkait

Mengintip Dakwah Islam di Manila Filipina, Menjawab Rasa Penasaran Muslim tentang Tauhid

4 Apr 2024 : 06.15 Views 2

iNews.id iNews.id Jenis Media: Nasional

Mengintip Dakwah Islam di Manila Filipina, Menjawab Rasa Penasaran Muslim tentang Tauhid

MANILA, iNews.id - Tadarus dan belajar mengaji bersama warga Muslim Manila, Filipina, merupakan rutinitas yang dijalankan Dai Ambassador Dompet Dhuafa penugasan Filipina, Ustaz Andi Triyawan. Meski populasi Muslim di Manila masih terbilang sedikit, kegiatan ibadah dan dakwah Islam bisa berlangsung dengan nyaman dan kondusif.

Umat Islam, khususnya di Manila, banyak bertanya soal ilmu Tauhid sebagai upaya untuk memperkuat akidah. 

“Ustaz, mengapa Islam tidak menyerupakan Tuhannya dengan sesuatu yang bisa digambarkan atau disentuh?” kata seorang jemaah, kepada Ustaz Andi.

Menjawab pertanyaan tersebut, Ustaz Andi memulai dengan kisah Nabi Musa AS. Seperti diabadikan di dalam Alquran, dahulu Nabi Musa memohon kepada Allah SWT untuk dapat melihatnya secara langsung.

“Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, 'Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.' (Allah) berfirman, 'Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.' Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, 'Mahasuci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman." (QS Al A’raf: 143)

Seperti diketahui, dahulu di masa Nabi Musa, Bani Israil membelot keimanannya dengan menyembah patung anak sapi. Mereka kemudian mengajukan permintaan kepada Nabi Musa setelah diminta untuk bertaubat kepada Allah SWT.

Mereka meminta agar bisa melihat Allah dengan mata kepalanya, layaknya mereka melihat patung anak sapi yang sengaja mereka sembah.

Lalu bagaimana kaitannya untuk menjawab keberadaan atau wujud Allah SWT? Ustaz Andi menjelaskan: 

Pertama, hal ini berkenaan dengan sifat Allah SWT. Salah satu sifat Allah adalah 'laisa kamislihi syaiun' yang berarti tidak sama dengan makhluk-Nya. (QS, Asy-syu’ara: 11)

Maka di saat wujud zat Allah SWT yang Maha Besar digambarkan atau dibuat patung sejenis dengan perkiraan pemahat patungnya, maka itu bertentangan dengan sifat Allah tersebut. Jika pun berhasil membuat sesuatu yang seolah-olah dipermisalkan Tuhan, maka sangat dipastikan itu berbeda sama sekali. 

Kedua, karena ini berkenaan dengan esensi ruang dan waktu, kita mengetahui bahwa semua hal yang memasuki dimensi ruang dan waktu akan musnah dan sirna. Sehingga, saat seseorang mempermisalkan Allah dengan sesuatu, baik itu berbentuk patung dan sebagainya, berarti ia memasukkan esensi ketuhanan ke dalam ruang dan waktu. Padahal, Tuhan itu tidak terbatas ruang dan waktu. Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak terbatas ruang dan waktu kemudian dimasukkan ke dalam ruang dan waktu yang serba terbatas?

Lebih dari itu, sifat Allah yang kedua adalah Baqa’ yang artinya 'kekal abadi'. Apabila manusia bersikeras untuk mempermisalkan Zat Allah ke dalam sebuah bentuk, maka hakikatnya menjadikan esensi ketuhanan tidak lagi kekal abadi, namun terbatas ruang dan waktu.

Demikianlah dua hujjah yang dijelaskan untuk meneguhkan bahwasannya manusia bukan tidak bisa melihat Allah dengan mata kepala, namun esensi dari zat Allah yang menjadikan manusia tidak bisa mencapai hal tersebut.

Sebagai disebutkan dalam QS. Al-An’am ayat 103 yang artinya; “Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu dan Dialah yang Maha Halus, Maha Teliti”

Editor : Anton Suhartono

Follow Berita iNews di Google News

Bagikan Artikel:

Sentimen: negatif (79.8%)