Sentimen
Negatif (100%)
1 Apr 2024 : 13.11
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Surabaya, Sidoarjo, Malang, Pluit, Susukan

Kasus: HAM, pembunuhan

Suud Rusli si Pembunuh Bayaran Harga Teman, Eks Elite Marinir yang Pernah Kabur dari Lapas Dua Kali

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

1 Apr 2024 : 13.11
Suud Rusli si Pembunuh Bayaran Harga Teman, Eks Elite Marinir yang Pernah Kabur dari Lapas Dua Kali

PIKIRAN RAKYAT - Suud Rusli pernah mendapat perhatian publik. Dia merupakan terpidana mati kasus pembunuhan Direktur PT Aneka Sakti Bhuana (Asaba) Boedyharto Angsono. Eks anggota Marinir TNI Angkatan Laut itu merupakan pembunuh bayaran yang dua kali kabur dari tahanan.

Suud Rusli merupakan eks prajurit elite korps Marinir, Batalyon Intai Amfibi (Yon Amfibi), pangkatnya kopral dua. Prajurit Yon Amfibi terkenal dengan kehebatannya bertempur, daya tahannya pun terkenal kuat.

Dia membunuh Boedyharto Angsono pada 19 Juli 2003 di depan lapangan basket GOR Sasana Krida Pluit, Jakarta Utara. Selain Direktur PT Asaba, Suud juga membunuh pengawal pribadi Boedyharto, Serda Edy Siyep. Mereka dibunuh sekira pukul 5.30 WIB.

Adalah Gunawan Santosa, otak pembunuhan Boedyharto Angsono. Gunawan merupakan mantan menantu Direktur PT Asaba itu. Eks prajurit Yon Amfibi itu dibayar dengan upah murah, Rp4 juta saja, karena keduanya sudah lama saling kenal.

Pada 2004, Suud Rusli dan Gunawan Santosa divonis mati. Semestinya dihukum mati setahun setelah vonis itu. Namun, Suud Rusli berhasil melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer Cibinong pada 5 Mei 2005. Dia dan kawannya, Syam Ahmad (tertembak mati pada 17 Agustus 2007), memotong jeruju menggunakan gergaji besi.

Tidak butuh lama bagi aparat untuk mengamankan si pembunuh bayaran itu. 31 Mei 2005, Suud Rusli ditangkap lagi. Dia diamankan di Malang, Jawa Timur. Penangkapannya dramatis, butuh dua timah panas untuk 'melumpuhkannya'.

Suud Rusli kabur lagi

Ilustrasi pembobolan penjara.

Seolah tidak ada kapoknya, setelah kakinya ditembak pada 31 Mei 2005 dan kembali diamankan, Suud Rusli kabur lagi pada 6 November 2005. Aparat melakukan penyergapan pada 23 November 2005 di Kampung Susukan, Desa Gunungsari, Pagaden, Subang, Jawa Barat.

Saat penyergapan itu, Suud lolos. Namun, tim gabungan Puspom TNI dan Polri menyisir lokasi. Kegigihan aparat membuat si pembunuh bayaran bisa kembali ditangkap. Kala itu, Suud Rusli sedang tertidur dengan Ida, pacarnya. Dia pun dibawa ke Rumah Tahanan Militer Cimanggis, Jakarta.

Saat dibawa ke Rumah Tahanan Militer Cimanggis, pengamanan diperketat. Dikawal anggota Polisi Militer TNI Angkatan Darat (Pomad) dan Polisi Militer TNI Angkatan Laut (Pomal). Tangan Suud dirantai dan diborgol, wajahnya ditutupi kain.

Ditangkap bak binatang

Pada 1 Desember 2005, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Abdul Malik Yusuf yang didampingi Wakil Komandan Pomal Kol Marinir Arnol buka suara ihwal penangkapan Suud Rusli.

"Akhir-akhir ini pemberitaan media massa tentang tertangkapnya kembali terpidana mati Suud Rusli, di satu sisi itu sangat menggembirakan, namun di sisi lain ada hal yang tidak sedikit menimbulkan rasa keprihatinan kita dan masyarakat pada umumnya, khususnya perlakuan oknum aparat terhadap Suud Rusli," kata dia di RS Angkatan Laut Mintohardjo.

Dia menyorot oknum aparat yang memperlakukan sang pembunuh bayaran kurang manusiawi, seperti ditelanjangi, diikat kaki, tangan, dan lehernya. "Ini tak ubahnya perlakuan terhadap binatang."

Arnol pun menyayangkan kejadian itu terjadi. Menurutnya, hal tersebut menunjukkan kurang kedewasaan dan kematangan dari oknum penegak hukum dalam mengambil sikap terhadap suatu persoalan.

"Tanpa mengurangi rasa hormat dan penghargaan kepada aparat yang berupaya menangkap kembali Suud, kami juga menyayangkan perlakuan itu," ujar dia, "karena dipandang dari sisi hukum dan etika, apa pun perbuatan itu menyinggung rasa kemanusiaan dan pelanggaran HAM."

Suud bikin bangga

Terpidana kasus terorisme Umar Patek (kiri). Menjadi pengibar bendera merah putih pada upacara memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu, 20 Mei 2015.

Kalapas Porong Sidoarjo Bambang Sumardiono bangga dengan apa yang dilakukan Suud lantaran berhasil menumbuhkan semangat nasionalisme terpidana terorisme, Umar Patek. Dengan binaan terpidana mati kasus pembunuhan Gunawan Santosa itu, Umar Patek mau mengibarkan bendera Indonesia dalam upacara 17 Agustus tahun 2015.

Berkat campur tangan Suud Rusli, Umar Patek yang merupakan anggota organisasi Jamaah Islamiyah dan buronan polisi internasional lantaran tindakan terorisme.

"Itu berkat campur tangan Suud Rusli, meski kala itu kalangan radikal menentang Umar Patek untuk jadi pengibar bendera di upacara RI. Namun, sentuhan Suud Rusli berhasil membuat dia (Umar) kembali cinta tanah air," kata dia di Gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Kamis, 21 Oktober 2015.

Di Lapas Porong, Suud Rusli mengabdi sebagai ketua instruktur admisi orientasi, program peningkatan disiplin untuk para narapidana. Setiap narapidana wajib mengikuti admisi orientasi. Ada buku presensi untuk para peserta.

Suud bersemangat menjalankan tugas itu. Eks prajurit elite korps Marinir itu tetap menjalankan tugasnya kendati kondisi kesehatannya terganggu. Berdasarkan informasi, nasib Suud Rusli terbaru, yakni tahun 2022, dia mendekam di Lapas Kelas 1 Surabaya, Lapas Porong Sidoarjo.***

Sentimen: negatif (100%)