Sentimen
Informasi Tambahan
Agama: Hindu
Kab/Kota: Karet, Jati, Krukut, Setiabudi, Tambora, Gondangdia, Karet Semanggi, Jembatan Lima
Asyiknya Wisata Religi di Tiga Masjid Cagar Budaya di Jakarta
Ayobogor.com Jenis Media: Regional
AYOBOGOR.COM - Jakarta punya segudang cerita. Mulai dari yang kekinian hingga peninggalan kolonial.
Dari ujung utara hingga selatan, dari sisi barat hingga timur Jakarta banyak hal yang bisa kita cermati, bahkan kita kuliti, untuk mengetahui sesuatu yang bermakna dari berbagai hal yang ada atau berkembang di kota seluas 661,5 kilometer persegi itu.
Salah satunya, keberadaan masjid-masjid kuno yang tersebar di beberapa wilayah di Jakarta. Sejumlah masjid di kota itu menyimpan sejarah panjang, sampai akhirnya pemerintah memutuskan untuk jadikan masjid-masjid tersebut sebagai cagar budaya.
Melihat dari keunikan bangunan dan sejarahnya, masjid-masjid ini pas dijadikan destinasi wisata religi di kota Jakarta - wisata yang bisa jadi murah meriah tetapi diyakini akan berkesan.
Dari sekian banyak masjid bersejarah di Jakarta, berikut ini tiga masjid yang telah menyandang predikat sebagai cagar budaya dan cocok untuk menjadi destinasi wisata religi:
1.Masjid Hidayatullah di Karet Semanggi, Setiabudi, Jakarta Selatan
Masjid Hidayatullah ini berdiri sejak tahun 1747 di atas tanah seluas 3.000 meter persegi. Jika ingin berwisata ke masjid ini sembari ngabuburit, masjid ini yang bisa diakses melalui Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Profesor Doktor Satrio, karena letaknya yang tepat berada di belakang Gedung Sampoerna Strategic Square di pinggir Kali Krukut.
Mengapa masjid ini cocok menjadi destinasi wisata religi? Karena, di antaranya, masjid kuno ini memiliki desain yang sangat unik dan menggabungkan tiga unsur budaya, yakni budaya Hindu, China dan Betawi.
Bangunannya terdiri atas dua bangunan utama, yakni satu bangunan asli dan satu bangunan tambahan yang baru diresmikan sekitar tahun 1999.
Di bangunan tambahan itulah kemudian dibangun menara setinggi 15 meter, sementara pemerintah setempat tak lakukan perubahan bentuk apapun pada bentuk bangunan aslinya.
Unsur budaya China terlihat pada atap masjid yang berbentuk melengkung, menyerupai atap rumah masyarakat China. Ada pula bentuk atap bersusun yang mirip arsitektur bangunan kelenteng.
Sedangkan kebudayaan Betawi di masjid itu terlihat pada bentuk pintu dan jendela yang memiliki lubang-lubang ventilasi. Lalu, jika kita masuk ke bagian dalam masjid, kita akan melihat tiang-tiang besar dari kayu jati yang menyerupai bangunan masjid di kawasan Jawa Tengah.
Di Masjid Hidayatullah ini kita juga akan menemukan keunikan lainnya, yakni tumbuhnya pohon kurma, pohon malaka dan nangka di pekarangan masjid. Kabarnya, pohon-pohon itu juga sudah berusia ratusan tahun.
Di samping itu, ada pula enam makam pendiri Masjid Hidayatullah dan para pejuang, yang tetap terawat rapi sampai hari ini.
2. Masjid Jami Al-Mansur
Ini juga salah satu masjid tertua yang ada di Jakarta. Dulu masjid ini bernama Masjid Jami Kampung Sawah, dan berdiri pada tahun 1717.
Terletak di Kelurahan Jembatan Lima, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, masjid ini awalnya bernama Masjid Kampung Sawah.
Masjid ini juga memiliki arsitektur yang menarik, dan merupakan perpaduan dari budaya China, Jawa, Betawi dan Arab.
Di bagian dalam masjid terdapat empat soko guru yang besar-besar tetapi pendek, seperti bangunan masjid kuno di Jawa Tengah. Bagian atapnya juga sangat khas, karena bentuknya yang merupakan limasan susun tiga.
Lalu, pintu masjid ini juga sangat khas karena berdaun dua, di mana ambang sebelah atasnya berbentuk bundar dan memiliki gebyok berukir yang indah.
Masjid ini kemudian berganti nama menjadi Masjid Jami Al-Mansur pada tahun 1967, tak lama setelah Guru Mansur meninggal dunia.
Guru Mansur merupakan ulama yang sangat disegani di masjid tersebut, yang juga piut atau generasi kelima dari pendirinya. Lalu, pada tahun 1980, masjid inipun ditetapkan sebagai salah satu cagar budaya di Jakarta.
3. Masjid Cut Meutia
Masjid yang awalnya merupakan kantor pos ini, terletak di Jalan Cut Meutia, Jakarta Pusat. Masjid ini memiliki bangunan unik yang tak dimiliki masjid-masjid lainnya.
Salah satunya, mihrab di masjid ini berada di samping kiri saf salat - tak berada di tengah tengah seperti biasanya.
Karena bangunan masjid ini tidak tepat mengarah kiblat, posisi safnya pun menjadi miring terhadap bangunan masjidnya.
Awalnya, masjid ini pernah digunakan sebagai kantor pos, kantor biro arsitek dan pengembang, Pieter Adriaan Jacobus Moojen, yang juga ikut membangun kawasan Gondangdia. Bahkan bangunan Masjid Cut Meutia ini juga pernah digunakan sebagai kantor KUA setelah Indonesia merdeka.
Bahkan, bangunan masjid Cut Meutia ini juga pernah menjadi markas tentara di masa kolonial Belanda dan markas polisi militer di masa penjajahan Jepang.
Bangunan itu kemudian diusulkan untuk dijadikan masjid pada tahun 1984, dan baru resmi menjadi bangunan cagar budaya di Jakarta tiga tahun kemudian. ***
Sentimen: positif (99.8%)