Sentimen
Positif (50%)
28 Mar 2024 : 00.40

Cerita dari IKN: Warga Lokal Diusir dari Kampung Halaman, Orang yang Jauh Datang

28 Mar 2024 : 00.40 Views 3

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Cerita dari IKN: Warga Lokal Diusir dari Kampung Halaman, Orang yang Jauh Datang

PIKIRAN RAKYAT - Hamidah, 60 tahun, warga asal Desa Bumi Harapan, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, yang harus meninggalkan kampung halamannya. Dia harus pergi karena pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Saat ini, Hamidah tinggal di Watu, Penajam Paser Utara.

Saat kali pertama mendengar pengumuman rencana pembangunan IKN, Hamidah tak membayangkan rumahnya di Bumi Harapan digusur. "Pas turun lapangan kedua (pengukuran oleh petugas), baru di situ kami tahu. Di situ diberi tahu, ‘bahwa rumah ibu diambil dengan sekian harga’."

Tempat tinggalnya digusur untuk pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah terpadu IKN. Kala itu, Hamidah tidak punya pilihan. Dia pun akhirnya tak menolak.

"Kalau saya ndak mau ngikut, yang sebelah-sebelah kan ikut semua. Kalau saya bertahan, otomatis saya sendirian," tutur dia, "kalau kompak bertahan, otomatis saya bertahan juga."

Medio 2023, rumah kayunya ditaksir ganti rugi Rp56 juta. Beruntung bagi Hamidah lantaran punya lahan peninggalan orangtua. Perempuan 60 tahun itu lantas menerima total ganti rugi Rp500 juta.

Diberi waktu tiga hari

AHY sambangi IKN, Kalimantan Timur untuk pertama kalinya pada Rabu, 28 Februari 2024.

Setelah menerima pembayaran ganti rugi, Hamidah cuma diberi waktu tiga hari mengosongkan rumah kayunya itu. Dia pun mulai mencari rumah baru. Namun, ogah berada di sekitar kawasan IKN lantaran tak nyaman.

"Ndak nyaman lah saya. Nanti saya diangkat (digusur) lagi," katanya, "sudah digitukan rumah saya kan, ngapain saya tinggal di situ lagi."

Hamidah pun memilih tinggal di Waru, di rumah tipe 45 sebuah kompleks kecil. Harganya itu mencapai Rp240 juta. Sejak saat itu, kehidupannya dengan anak maupun cucunya berubah.

Bila dulu terbiasa berladang, kini dia berjualan. Dia membuka warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Secara ekonomi, kini membaik dan lebih nyaman.

Hamidah dan keluarga sudah tak merasakan lagi bocor saat hujan. Selain itu, suasananya juga berbeda dengan kampungnya dulu, Desa Bumi Harapan, yang harus berjibaku dengan debu proyek yang bertebaran, dan kendaraan proyek.

Kini, Hamidah harus rela jauh dari keluarganya, meninggalkan kenangan akan kampung halamannya.

Pembangunan IKN

Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melakukan topping off atau seremoni penyelesaian akhir atap bangunan hunian aparatur sipil negara (ASN) di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Jumat, 1 Maret 2024.

Sukini, 50 tahun, warga Desa Bumi Harapan, tidak ikut bersukacita atas pembangunan IKN. "Di sini mau jadi kota, kalau kami mau diusir sama saja. Ndak melihat kami kota itu."

Tempat tinggal Sukini berimpitan dengan Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP). Desa tempat tinggalnya dihuni masyarakat keturunan Suku Balik, Suku Paser, dan transmigran.

Selain Sukini, Syarariyah, 48 tahun, warga keturunan Suku Paser juga merasakan hal yang sama. Semula, dia dan suaminya girang saat mendengar kabar bahwa ibu kota akan berpindah dari Jakarta ke Penajam Paser Utara. Kini perasaan Syarariyah diliputi kekhawatiran. Khawatir tersingkirkan.

"Katanya nanti di IKN ini ada teknologi canggihnya, pakai motor listrik, kami ingin lihat itu IKN bagaimana nantinya," tuturnya, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.

Warga digusur

Pembangunan IKN Nusantara di Kalimantan Timur.

Satu per satu warga Desa Bumi Harapan sudah digusur, meninggalkan kampung tersebut untuk pembangunan IKN. Keluarga Syarariyah termasuk warga yang digusur. Kini, giliran dia dan Sukini ya tinggal menunggu waktu.

Syarariyah mengungkapkan, ada hal yang menjadi persoalan. Adalah proses penawaran ganti rugi disampaikan kepada warga satu per satu. Hal itu membuat warga sulit menggalang kekuatan untuk memperjuangkan haknya. Syarariyah bahkan kerap tidak mengetahui kapan tetangganya akan pindah.

Selain itu, ada pula warga yang terpaksa menjauh dari IKN lantaran uang ganti rugi yang diterima tak sebanding dengan kenaikan harga tanah yang drastis.

"Sedih lah, dijauhkan dari keluarga kita yang tadinya dekat bisa ngumpul, bisa tahu kabar, dan lagi orangtua juga jauh," ujarnya, "sedikit-sedikit masyarakat di sini sudah tersingkir dengan IKN ini."***

Sentimen: positif (50%)