Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Washington, California
Kasus: Narkoba, pembunuhan, korupsi, teror
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Ghada Waly
'Ekonomi Kriminal' AS Makan Tumbal, Negara Jatuh Dikuasai Gangster
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Situasi Haiti akhir-akhir ini menjadi sorotan dunia. Ini terjadi setelah kelompok geng bersenjata berhasil menguasai ibu kota negara itu, Port-au-Prince, yang membuat Perdana Menteri Ariel Henry mundur dari jabatannya.
Kekerasan yang terjadi dengan keterlibatan gangster di Haiti bukanlah cerita lama. Selama bertahun-tahun, ketika kelompok bersenjata membuat Haiti semakin bergejolak, para pembela hak asasi manusia dan kelompok masyarakat sipil telah mengeluarkan tuntutan yang jelas terkait kepemilikan senjata api.
"Haiti tidak memiliki pabrik senjata atau amunisi. Jadi senjata dan amunisi yang beredar di Haiti dan menimbulkan duka di Haiti berasal dari tempat lain dan, sebagian besar, dari Amerika Serikat (AS)," ungkap Rosy Auguste Ducena, seorang pengacara dan direktur program di Jaringan Pertahanan Hak Asasi Manusia Nasional (RNDDH) Haiti, kepada Al Jazeera, Selasa (26/3/2024).
Mulai dari pistol hingga senjata semi-otomatis dan bahkan senjata api bergaya militer, rangkaian senjata dan amunisi yang masuk ke Haiti sebagian besar tidak terkendali di tengah lemahnya institusi negara, korupsi, dan tantangan dalam memantau garis pantai negara itu.
"Saat ini, jika AS khususnya ingin membantu Haiti, mereka dapat membantu mengendalikan apa yang keluar dari negaranya," kata Ducena. "Itu sudah menjadi hal yang sangat bagus."
Keadaan ini kemudian diperparah ketidakstabilan politik selama bertahun-tahun, yang sebagian dipicu oleh intervensi asing serta politisi korup yang secara rutin menggunakan kelompok bersenjata untuk mencapai kepentingan mereka.
Namun situasinya memburuk secara dramatis setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada Juli 2021. Pembunuhan tersebut menciptakan kekosongan kekuasaan, yang pada gilirannya meningkatkan pengaruh geng bersenjata, sekitar 200 di antaranya beroperasi di seluruh negeri.
Kriminal BerkuasaMenurut PBB, geng-geng tersebut kini menguasai sekitar 80% wilayah Port-au-Prince. Mereka semakin banyak mengajukan tuntutan politik, termasuk menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Ariel Henry.
Para ahli juga mengatakan geng-geng tersebut sekarang menggunakan senjata yang lebih canggih untuk memajukan tujuan mereka. Pendanaan untuk persenjataan ini sebagian besar berasal dari perdagangan narkoba, penculikan, pemerasan dan kegiatan kriminal lainnya.
Di Haiti, PBB menemukan bahwa lebih dari 2.490 orang diculik pada tahun 2023 saja, dan 4.789 kasus pembunuhan dilaporkan. Ini merupakan peningkatan sebesar 119,4% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pada akhir Januari, kepala Kantor PBB untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), Ghada Waly, membahas proliferasi senjata di Haiti, dan mengeluarkan peringatan kepada Dewan Keamanan PBB.
"Selama geng-geng tersebut terus memiliki akses terhadap senjata api yang sangat canggih, mereka akan tetap mampu membuat penduduk Haiti terkena teror," kata Waly.
Jumlah Senjata yang BeredarLaporan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2023, mengutip Komisi Nasional Perlucutan Senjata, Demobilisasi dan Reintegrasi Haiti, memperkirakan bahwa mungkin ada sebanyak 500.000 senjata legal dan ilegal di negara tersebut pada tahun 2020.
Robert Muggah, penulis laporan PBB dan salah satu pendiri Igarape Institute, menyebut bahwa sebagian besar senjata api dan amunisi yang diperdagangkan ke Haiti berasal dari AS. Ia mencatat 80% senjata tujuan Haiti telah disita dan diserahkan untuk dilacak ke Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak AS (ATF).
"Lebih dari 50%nya adalah pistol dan sekitar 37% berupa senapan," katanya kepada Al Jazeera.
Matt Schroeder, peneliti senior di kelompok penelitian Small Arms Survey, menyebutkan penyelundupan senapan ke Haiti juga telah melampaui pengiriman serupa ke negara-negara lain di Karibia.
"Ini termasuk senapan semi-otomatis yang sangat populer" di AS dan dapat menggunakan magasin berkapasitas tinggi," jelasnya. Dalam beberapa tahun terakhir, senjata yang dikirim ke Haiti termasuk AR-15 dan AK-47, misalnya.
Cara MenyeludupkanUmumnya, senjata dengan tujuan Haiti yang berasal dari AS dibeli oleh individu yang dikenal sebagai straw man. Mereka merupakan individu yang membeli senjata dari pedagang berlisensi namun menyembunyikan fakta bahwa pembelian tersebut adalah untuk orang lain.
Muggah dari Igarape Institute mengatakan para pembeli ini menargetkan negara-negara bagian AS dengan "undang-undang senjata yang relatif longgar", termasuk Arizona, California, Georgia, Texas dan Florida.
Selain memiliki pelabuhan besar, Florida juga memiliki ikatan budaya yang erat dengan Haiti. Terletak sekitar 1.100 km dari Port-au-Prince, kawasan Miami adalah rumah bagi komunitas diaspora Haiti terbesar di AS.
"Setelah dibeli, senjata-senjata tersebut diselundupkan ke Haiti melalui darat, udara, dan laut. Perbatasan Haiti rawan terhadap segala macam barang selundupan, termasuk senjata api dan amunisi ilegal," jelas Muggah.
Haiti memiliki garis pantai sepanjang 1.771 km dan berbagi perbatasan darat sepanjang 360 km dengan Republik Dominika di pulau Hispaniola. Negara ini juga mempunyai banyak landasan udara rahasia, pelabuhan swasta dan jalan-jalan informal yang menjadi jalur penyelundupan senjata api.
"Kombinasi elit politik dan ekonomi, geng dan perusahaan keamanan swasta membeli senjata dari berbagai sumber dan membawanya ke negara itu melalui penerbangan rahasia, dikemas dalam angkutan barang, dan dibawa dengan keledai melintasi perbatasan darat," tambah Muggah.
"Dengan geng-geng kriminal yang mengendalikan akses utama dan titik distribusi di seluruh negeri - termasuk pelabuhan, gudang, dan jalan raya - mereka dapat memindahkan produk tanpa mendapat hukuman."
Langkah ASBrian Concannon, direktur eksekutif Institut Keadilan dan Demokrasi yang berbasis di AS, mengatakan "masalah mendasar" adalah bahwa Negeri Paman Sam telah kebanjiran senjata. Di sisi lain, kondisi ini tidak diatur dengan ketat.
Small Arms Survey memperkirakan bahwa warga sipil Amerika memiliki lebih dari 393 juta senjata api pada tahun 2017. Itu berarti satu senjata api untuk setiap 100 orang dan hampir 40% dari persenjataan sipil dunia.
Namun Concannon mengakui bahwa pemerintah AS telah melakukan upaya yang lebih baik selama 18 bulan terakhir dalam upaya membendung aliran senjata ke Haiti. Salah satu dampaknya, katanya kepada Al Jazeera, adalah lalu lintas dialihkan ke Republik Dominika.
"Daripada orang mengirim (senjata) ke Haiti, karena kapal-kapal itu diperiksa dengan lebih baik, mereka malah dikirim ke Republik Dominika dan kemudian diselundupkan (ke Haiti)," kata Concannon.
Salah satu contoh baru-baru ini dari jalur memutar ini melibatkan terpidana penyelundup senjata Elieser Sori-Rodriguez. Pada bulan Februari, ia dijatuhi hukuman hampir lima tahun penjara AS karena menyelundupkan puluhan senjata api dan amunisi dari AS ke Republik Dominika.
Pihak berwenang Dominika mengatakan senjata-senjata tersebut, yang yang diduga dikirim dalam kotak yang diberi tanda sebagai barang-barang rumah tangga, ditujukan ke Haiti.
Namun, pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah menerapkan langkah-langkah baru untuk mencoba mengatasi masalah ini. Hal ini termasuk meningkatkan hukuman bagi pembelian dan penyelundupan
Tahun lalu, Washington menunjuk seorang koordinator untuk mengadili perdagangan senjata api di kawasan Karibia, termasuk di Haiti. Cabang investigasi Departemen Luar Negeri AS dan Departemen Keamanan Dalam Negeri juga membentuk unit investigasi kriminal transnasional di Haiti "untuk memfasilitasi investigasi dan penuntutan".
"Unit baru ini akan fokus pada kejahatan termasuk penyelundupan senjata api dan amunisi, perdagangan manusia, dan aktivitas geng transnasional," kata pemerintah AS.
[-]
-
Haiti Mencekam! Bos Gangster Tuntut PM Mundur-Ancam Perang Saudara(luc/luc)
Sentimen: negatif (100%)