Sentimen
Positif (100%)
20 Mar 2024 : 13.44
Informasi Tambahan

Grup Musik: APRIL

Kab/Kota: Beijing, Washington, Serang

China Resah Jepang Mulai Tunjukkan Keinginan Bergabung ke AUKUS

20 Mar 2024 : 13.44 Views 2

Okezone.com Okezone.com Jenis Media: Nasional

China Resah Jepang Mulai Tunjukkan Keinginan Bergabung ke AUKUS

 JEPANG - Ketika Jepang menunjukkan keinginan bergabung dengan aliansi AUKUS yang beranggotakan Amerika Serikat (AS), Australia, dan Inggris untuk kawasan Indo-Pasifik, China menyatakan keprihatinannya. Beijing menegaskan bahwa segala upaya "memperbesar dan memperluas inisiatif keamanan trilateral itu akan merepresentasikan sebuah langkah ke arah yang lebih berbahaya."

Pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden, yang telah mengusulkan anggaran pertahanan sebesar USD895,2 miliar untuk tahun fiskal 2025 dengan tujuan mendukung strategi Indo-Pasifik untuk meredam pengaruh China, telah meminta Inggris untuk berkolaborasi dengan Jepang dalam teknologi pertahanan di bawah kemitraan keamanan AUKUS, menurut laporan Nikkei Asia.

Mengutip dari The Singapore Post pada Rabu (20/3/2024), perkembangan ini terjadi setelah adanya laporan yang menunjukkan bahwa pemerintah Jepang mendukung upaya AUKUS di kawasan Indo-Pasifik, dan sedang mencari cara untuk memperdalam kerja sama dengan AS, Inggris, dan Australia.

Masalah ini akan dibicarakan antara Jepang dan AS, ketika Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melakukan kunjungan kenegaraan ke Washington DC pada 10 April mendatang. Menurut Nikkei Asia, Biden berencana mencapai kesepakatan dengan PM Kishida mengenai AUKUS dalam kunjungan tersebut.

Jika hal itu pada akhirnya terwujud, maka Jepang akan menjadi negara pertama selain AS, Inggris dan Australia yang bekerja sama di bawah payung AUKUS sejak aliansi itu diluncurkan tiga tahun lalu.

Menganggapnya sebagai langkah disengaja untuk menggagalkan rencananya di kawasan, China mengatakan: "Ini adalah mentalitas khas Perang Dingin. Hal ini akan meningkatkan risiko proliferasi nuklir, memperburuk perlombaan senjata di Asia-Pasifik, dan melemahkan perdamaian serta stabilitas di kawasan. China dan banyak negara lain di kawasan ini sangat prihatin dan menentang hal ini."

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Aliansi AUKUS

Didirikan pada September 2021, AUKUS memiliki dua tujuan: Pertama, menyediakan armada kapal selam serang bertenaga nuklir bagi Australia; Kedua, meningkatkan kemampuan pertahanan melalui kecerdasan buatan (AI), drone bawah laut, serta teknologi peperangan hipersonik dan elektronik.

Jepang, yang telah merencanakan pengeluaran pertahanan senilai USD290 miliar selama lima tahun mulai tahun fiskal 2023, ingin menjalin kemitraan dengan AUKUS di bidang kemampuan tingkat lanjut -- semua ini untuk mewujudkan "Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," lapor AFP, mengutip keterangan seorang pejabat kedutaan Jepang yang berbasis di Australia.

Namun, hal yang mengkhawatirkan China adalah permintaan Kementerian Pertahanan AS untuk dana terpisah sebesar USD500 juta di bawah Pacific Deterrence Initiative untuk menambah persenjataan bagi Taiwan guna melawan potensi agresi China.

Langkah terbaru AS dan keinginan Jepang menjalin kolaborasi pertahanan dengan AUKUS diharapkan memberikan dorongan signifikan terhadap langkah Washington untuk meningkatkan kemampuan pencegahan sekutu-sekutunya di kawasan, di mana China telah meningkatkan sikap agresifnya dalam beberapa waktu terakhir.

China telah membangun dan memiliterisasi banyak pulau dan terumbu karang di Laut China Selatan. Beijing sedang mengembangkan landasan udara baru di Pulau Triton, Kepulauan Paracel paling selatan dan barat, yang dalam bahasa Mandarin dikenal sebagai Kepulauan Xisha.

Landasan udara di Pulau Triton yang selesai dibangun akan menjadi pulau ke-4 dari total tujuh pulau buatan manusia yang telah dimiliterisasi China dengan sistem rudal anti-kapal dan anti-pesawat, peralatan laser dan jamming serta pesawat jet tempur di Laut Cina Selatan, lapor Associated Press. Landasan udara yang sedang dikembangkan di Pulau Triton akan memiliki panjang lebih dari 600 meter, cukup panjang untuk menampung pesawat turboprop dan drone.

Dibandingkan dengan landasan terbang lain yang sudah dikembangkan China di Kepulauan Spratly, termasuk di Fiery Cross Reef dan Mischief Reef, landasan udara yang dibangun di Pulau Triton di Kepulauan Paracel jauh lebih pendek, menurut laporan South China Morning Post (SCMP).

Hegemoni China

Namun, terlepas dari perkembangan tersebut, China telah mengerahkan lebih banyak kapal Penjaga Pantai dan milisi maritim di Laut China Selatan, ungkap East Asia Forum (EAF), sebuah platform berbasis di Australia yang didedikasikan untuk keamanan dan hubungan internasional dalam artikel terkait.

Untuk lebih meningkatkan kemampuan angkatan lautnya di kawasan, China kemungkinan akan menugaskan kapal induk ketiga bernama Fujian pada 2025. Kapal ini akan menjadi kapal perang terbesar, dengan bobot lebih dari 80.000 ton.

Fujian dapat membawa sekitar 60 hingga 70 jet tempur dan pesawat peringatan dini – setidaknya 50 persen lebih banyak dari kapal induk Liaoning, kapal induk Ukraina yang diperbarui, dan Shandong, kapal perang pertama buatan China, kata Nikkei Asia.

China mengeklaim bahwa pihaknya berupaya meningkatkan kemampuan militer di kawasan untuk "dengan tegas menanggapi upaya negara mana pun yang melanggar hak dan kepentingan kedaulatan Beijing" di Laut China Selatan dan Timur serta Selat Taiwan, kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin.

Namun, fakta di lapangan menunjukkan bahwa China telah meningkatkan aktivitas hegemoniknya di kawasan di mana Beijing, dengan menggunakan kekuatan militer, mencoba merebut wilayah milik negara-negara berdaulat di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Mengingat semua hal ini, rencana pertemuan puncak trilateral antara AS, Jepang, dan Filipina di Washington pada April mendatang mempunyai arti penting. AS telah mengadakan pertemuan puncak trilateral dengan Jepang dan Korea Selatan di Camp David pada Agustus tahun lalu. KTT tersebut telah mengarahkan ketiga negara untuk memperdalam skala dan cakupan kerja sama keamanan trilateral di Indo-Pasifik dan Semenanjung Korea.

Rencana pertemuan AS, Jepang, dan Filipina bulan depan diperkirakan menghasilkan pengaturan yang lebih kuat antara ketiga negara dalam bidang keamanan. Bersama dengan Jepang, Filipina yang menyambut baik AUKUS ketika diluncurkan pada 2021, dapat menandatangani perjanjian dengan AS mengenai inisiatif keamanan trilateral untuk perdamaian dan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.

Sentimen: positif (100%)