Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: Washington, Kuala Lumpur, Canberra
Tokoh Terkait
Ridwan Kamil Mewanti-wanti Jokowi Soal Kegagalan Bangun Ibu Kota Baru
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Kurator Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Ridwan Kamil mengaku pernah mengingatkan Presiden Jokowi soal pembangunan IKN.
Saat Rakornas Otorita IKN di Kempinski Hotel, Jakarta Pusat, Kamis 14 Maret 2024 kemarin, Ridwan Kamil blak-blakan menyampaikan soal tantangan pembangunan ibu kota yang tak mudah.
"Saya sampaikan ke bapak Presiden, 'Pak, membangun ibu kota negara tidak mudah, banyak yang gagal'," ujar Emil, sapaan akrabnya.
Ridwan Kamil juga memberikan beberapa contoh negara yang gagal membangun ibu kota baru. Pria yang akrab disapa Emil itu menyebut banyak negara gagal membangun ibu kota baru karena salah desain.
Baca Juga: KPK Periksa 9 Saksi Terkait Kasus Dugaan Suap Yana Mulyana, Berikut Nama-namanyaÂ
"Mindahin kantor doang. Maka tidak ada namanya kota formal-informal, kaya miskin bercampur. Sifat kota itu harus bercampur, semua golongan harus hadir. Ini enggak boleh dicontoh," tuturnya.
Emil kemudian menyoroti pembangunan Malaysia di Putera Jaya dan Canberra, Australia. Dia mengakui desain kota keduanya memang bagus, namun fungsinya justru tidak maksimal.
"Kenapa? Karena rumahnya masih di Kuala Lumpur. Paginya ngantor di Putera Jaya. Dia sore pulang lagi. Malam sepi. Namanya kota siang ramai, malam juga ramai. Karena semua jenis kegiatan ada di sana," ujar Emil.
Baca Juga: Ketua Senat AS Desak Benjamin Netanyahu Diganti di Tengah Genosida Israel di Gaza
"Australia juga sama. Ramainya di Sidney, ramainya di Melbourne, ibu kotanya sepi, kurang manusia. Kotanya keren, indah tipikal Australia. Tapi sepi," katanya seperti dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara.
Kemudian, Emil mengatakan ibu kota Brasil, Brasilia juga gagal karena terlalu luas dan kurang manusiawi. Di Brasilia, orang-orang berjalan terlalu jauh sehingga kepanasan lantaran jaraknya yang berjauhan.
"Makanya saya bilang IKN di daerah yang banyak manusianya harus punya konsep yang namanya liveable, cirinya ada orang jalan kaki. Kalau di IKN nanti tidak ada orang jalan kaki, kita gagal sebagai kota yang manusiawi. Ke mana-mana harus naik kendaraan, ke mana-mana harus naik mobil, itu ciri kota, kita mengulang kota yang keliru. Nah Brasilia ini keliru menurut ilmunya," ucap Emil.
Baca Juga: OIKN: Semua Masyarakat Dilindungi, Tidak Ada Kesemena-Menaan
Maka dari itu, untuk menghindari gagalnya IKN, Emil meminta pemerintah mencontoh Washington DC, Amerika Serikat. Dia mengklaim Washington DC memang didesain dari 0, seperti yang dilakukan di IKN saat ini.
"Dan butuh 100 tahun untuk menjadi Washington DC hari ini. Makanya bapak/ibu jangan harap dalam hitungan 5 tahun IKN akan luar biasa, harus bersabar. Kita bapak/ibunya yang dirikan IKN, anak cucu kita yang nanti nikmati IKN sebagai kota kelas dunia di 2025. Itu rutenya," kata Emil.
Daftar Negara Gagal Pindahkan Ibu Kota Myanmar
Myanmar memutuskan untuk memindahkan ibu kota negara dari Yangon ke Naypyidaw. Rencana tersebut dicetuskan pada 2001 dan rampung pada 2005. Naypyidaw difungsikan sebagai kota administratif.
Semua fungsi pemerintahan dialihkan ke kota tersebut pada 2006, namun ibu kota yang baru tersebut sepi. Kegagalan tersebut disebabkan minimnya keterlibatan publik dalam perancangan, pembentukan, dan pemindahan ibu kota.
Baca Juga: 20 Warga Palestina Tewas dan 150 Orang Terluka, Lagi-lagi Ditembaki IOF Saat Antre Makanan
Australia
Canberra difungsikan sebagai pusat administratif, di mana dibangun Gedung Parlemen dan Pengadilan Tinggi Australia serta kantor pusat semua departemen pemerintah federal dan militer.
Mantan Perdana Menteri Paul Keating mengatakan Kota Canberra merupakan salah satu kesalahan terbesar negara Australia dan harus segera ditinggalkan.
Malaysia
Pada 1999, Malaysia memutuskan untuk memindahkan Ibu Kota Negaranya ke Putrajaya sebagai kota administratif. Namun pemindahan tersebut dinilai gagal karena pegawai pemerintah Malaysia enggan pindah ke ibu kota negara baru.
Meski jarak kedua kota ini tak terlampau jauh, mereka tidak mau pindah karena alasan keluarga. Selain itu, meski Kantor Perdana Menteri sudah dipindahkan ke Putrajaya, namun Pusat perekonomian dan Gedung Parlemen masih berada di Kuala Lumpur.
Kazakhstan
Pada 1997, Kazakhstan memindahkan ibu kota negara dari Almaty ke Astana karena kota sebelumnya sudah terlalu padat dan rawan gempa. Kazhakstan diklaim mengalami tekanan ekonomi setelah memindahkan ibu kota negara ke Astana.
Tanzania
Tanzania memindahkan ibu kota negara dari Dar es Salaam ke Dodoma pada 1970-an. Namun pemindahan dinilai gagal karena lambatnya perkembangan di ibu kota negara yang baru tersebut dan Dar es Salaam justru malah lebih berkembang.***
Sentimen: negatif (99.9%)