Sentimen
Negatif (100%)
8 Mar 2024 : 01.16
Tokoh Terkait

Kepergian Kawan Taufik Afandi dan Kepedulian Kita pada Kesehatan

8 Mar 2024 : 08.16 Views 2

iNews.id iNews.id Jenis Media: Nasional

Kepergian Kawan Taufik Afandi dan Kepedulian Kita pada Kesehatan

Ray Wijaya
Wartawan Senior

KAWAN kami, Taufik Afandi meninggal dunia. Berita duka itu saya terima pada Minggu, 3 Maret 2024 pukul 11.28 sekitar 3,5 jam setelah dia dinyatakan meninggal oleh dokter di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Taufik, jurnalis senior yang menjadi produser program berita di salah satu stasiun televisi berita di Jakarta, meninggal setelah terjatuh dan pingsan ketika sedang mengikuti event fun run di Jakarta. Taufik memang gemar berolahraga dan kerap mengikuti berbagai ajang lomba lari.

Saya meduga Taufik mengalami serangan jantung. Usianya masih terbilang muda, 43 tahun. Mungkin dia memang mengidap gangguan jantung, mungkin juga penyumbatan pembuluh darah jantung, atau masalah lain di jantung yang selama ini tidak ia sadari. Saya sudah lama tidak berjumpa dengan Taufik. Beberapa tahun lalu kami bekerja di newsroom yang sama. Dia bertugas mengawal salah satu program sebagai produser di newsroom yang pernah saya pimpin, itu sebelum saya pensiun pada awal 2022. Ada beberapa hal yang selalu mengingatkan saya kepada sosok Taufik. Dia selalu berpenampilan rapi, kalem, dan tidak banya bicara. Meja kerjanya kebetulan berada tepat di depan ruangan saya, kami hampir selalu bertemu dan berbicara setidaknya saat saya bersiap-siap pulang dan dia bersama tim mulai menyiapkan program.

Hal lain yang mengingatkan saya tentang Taufik adalah kualitas suaranya yang khas. Suaranya berkualitas dan berkarakter. Voice over dari suaranya di paket-paket berita yang dikerjakannya mudah dikenali, terdengar empuk dan berwibawa. Suatu ketika saya pernah secara khusus mengingatkan Taufik agar dia tidak mengisi suara untuk paket berita kriminal. 

Saya bilang, “Taufik, suara kamu kurang cocok untuk berita kriminal.” 

Seperti biasa, dia selalu menjawab singkat, juga dengan suara khasnya yang keren itu, ”Baik, Mas.”

Namun sering kali dia terpaksa tetap membacakan apa pun paket berita karena tidak banyak kawan pede untuk mengisi suara paket berita. Tugas Taufik dan para produser memang antara lain untuk memastikan hanya pengisi suara berkualitas bagus yang melakukan voice over.

Bukan hanya berita kepergiannya untuk selamanya yang mengejutkan dan membuat saya bersedih. Saya tidak pernah tahu, ternyata Taufik yang sadar hidup sehat itu menyimpan masalah di jantung atau mungkin di pembuluh darah jantung, yang membuatnya jatuh saat mengikuti lomba lari dan akhirnya meninggal. Saya juga baru tahu dia belum lama ditinggalkan istri yang meninggal akibat kanker. 

Lebih mengejutkan dan membuat saya bersedih adalah istrinya meninggal pada awal Januari lalu hanya beberapa bulan setelah melahirkan anak mereka yang kini baru berusia 7 bulan. Kini anak mereka menjadi sebatangkara, ditinggal selamanya oleh Ibu dan ayahnya. Pasti sesungguhnya Taufik pun tahu anaknya yang masih balita sedang sangat membutuhkan kehadirannya. Tapi Tuhan berkehendak lain. Dan pasti Tuhan sudah menyiapkan rencana terbaik untuk anak mereka.

Silent Killer

Penyakit atau gangguan jantung dan pembuluh darah jantung, jika memang benar Taufik terkena serangan jantung, sering disebut sebagai pembunuh senyap, silent killer. Memang itu yang kerap terjadi. Sebutan itu tidak salah. Serangan mematikan bisa datang kapan saja, di mana saja dan menimpa siapa pun, tidak lagi memandang usia. Banyak kasus membuktikan semakin banyak korban serangan jantung berusia muda. Perubahan pola hidup termasuk pola makan dan pola istirahat banyak berpengaruh.

Saya adalah salah seorang penyintas sakit jantung atau tepatnya orang yang diselamatkan dari dampak lebih parah dari gangguan pembuluh darah jantung. Tahun 2018 saya menjalani operasi bypass jantung setelah hasil pemeriksaan oleh dokter ahli jantung menunjukkan kondisi pembuluh darah di jantung saya nyaris 100 persen tersumbat. Saya hanya beruntung dan dibiarkan oleh Tuhan untuk selamat dan tetap hidup sampai saat ini. Saya belum mengalami serangan yang berat. Saya hanya merasakan beberapa gejala dan secara kebetulan mendeteksi dan mendapatkan penanganan yang segera.

Gejala yang saya rasakan di antaranya sesak napas, terengah-engah saat menaiki tangga menuju kamar di lantai 2 rumah atau setelah berjalan beberapa ratus meter, mual, kembung, sering bersendawa dan sakit kepala.

Editor : Anton Suhartono

Follow Berita iNews di Google News

Bagikan Artikel:

Sentimen: negatif (100%)