Kang Dedi Mulyadi Bandingkan Harga Skincare dan Beras, Anas Urbaningrum: Gak Bahaya Ta?
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Kebangkitan Nasional (PKN), Anas Urbaningrum, memberikan reaksi terkait komentar yang disampaikan oleh Kang Dedi Mulyadi mengenai naiknya harga beras belakangan ini.
Sebelumnya, Kang Dedi Mulyadi menyebutkan bahwa saat harga beras naik, orang-orang ribu bersuara, namun saat harga skincare naik, semua terdiam.
Komentar ini memunculkan pertanyaan dari Anas Urbaningrum.
Anas Urbaningrum merasa tidak terima dengan perbandingan yang dibuat oleh Kang Dedi antara harga beras dan skincare.
Ia mempertanyakan alasan di balik perbandingan yang dianggapnya tidak relevan tersebut.
"Waduh. Beras kok dibandingkan skincare. Gak bahaya ta?," kata Anas dalam keterangannya di aplikasi X @anasurbaninggrum (1/3/2024).
Sebelumnya, Kang Dedi Mulyadi, tokoh yang dikenal sebagai pejabat daerah dan aktivis memberikan komentarnya terkait beras yang tiba-tiba mahal di pasaran.
Dikutip fajar.id dari unggahan video akun Instagram @fakta.beriita, Kang Dedi Mulyadi mengungkapkan keprihatinannya terhadap kenaikan harga beras
KDM, akronim namanya mengatakan, dirinya telah melakukan kunjungan di sebuah pasar di Subang. Ia memeriksa harga beras secara langsung.
Hasil pengecekan menunjukkan stok beras, baik yang biasa maupun premium, masih aman. Namun, harga beras premium mencapai Rp 18 ribu per kg.
"Terus-terusan beras harus murah tapi setiap hari perumahan, pabrik, ruko dibangun dengan menggusur sawah," ujar Dedi Mulyadi dalam video tersebut.
KDM kemudian memberikan pernyataan mengenai pentingnya menghargai sawah dan buruh tani.
"Setiap hari makan nasi dari beras tapi tidak pernah menghargai sawah dan buruh tani," ucapnya.
Ia menyampaikan keheranannya terhadap masyarakat yang setiap hari mengonsumsi beras namun seringkali tidak menghargai lahan pertanian.
Menurutnya, terus berkurangnya luas sawah akan berdampak pada turunnya produksi beras yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga.
Selain itu, KDM juga menyoroti pola pikir konsumtif masyarakat.
Ia menyebutkan bahwa banyak orang lebih rela menghabiskan uang untuk skincare, rokok, hape, motor, dan baju, namun ribut saat harga beras naik.
"Harga skincare, rokok, hape, motor, baju naik diam saja tetap pada beli, giliran harga beras yang naik ribut semuanya serasa dunia mau kiamat," cetusnya.
Sebagai contoh, untuk satu paket skincare, seseorang bisa mengeluarkan minimal Rp 150 ribu per bulan.
Begitu juga dengan rokok, di mana orang rela merogoh kocek minimal Rp 20 ribu per hari.
KDM memberikan perbandingan menarik, bahwa uang yang dikeluarkan untuk skincare atau rokok bisa digunakan untuk membeli minimal 10 kg beras.
Hal ini menunjukkan pentingnya mengalokasikan keuangan secara bijak, terutama untuk kebutuhan pokok seperti beras.
KDM mengajak masyarakat untuk memprioritaskan kebutuhan pangan, terutama beras, di atas kebutuhan konsumtif lainnya.
Ia menyimpulkan dengan pesan bijak bahwa yang seharusnya diutamakan bukanlah barang-barang konsumtif, melainkan kebutuhan makanan.
Masyarakat diajak untuk lebih menghargai lahan pertanian agar produksi beras tetap berkelanjutan.
"Di kita itu suka terbalik mending makan hanya pakai sambal daripada tidak pakai gelang," kuncinya.
(Muhsin/fajar)
Sentimen: positif (57.1%)