Sentimen
Negatif (91%)
29 Feb 2024 : 09.08
Partai Terkait

Polemik 'Penggelembungan Suara' Pilpres, KPU Koreksi Data Anomali di 154.541 TPS

29 Feb 2024 : 09.08 Views 2

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

Polemik 'Penggelembungan Suara' Pilpres, KPU Koreksi Data Anomali di 154.541 TPS

PIKIRAN RAKYAT -  KPU umumkan telah mengoreksi kesalahan konversi untuk pembacaan data Formulir Model C1-Plano atau catatan hasil penghitungan suara Pemilu 2024 pada sistem informasi rekapitulasi (Sirekap).

Ketua KPU Hasyim Asy'ari mengatakan, setidaknya data anomali perolehan suara Pilpres 2024 sudah dikoreksi secara bertahap dari 154.541 Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"(Perolehan suara) Pilpres sebanyak 154.541 TPS (telah diperbaiki)," katanya.

Selain Pilpres, KPU juga mengoreksi data anomali di Sirekap yang mencakup hasil suara Pemilu DPR dan DPD.

"Pemilu DPR RI 13.767 TPS dan Pemilu DPD RI 16.450 TPS (yang sudah dikoreksi)," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari telah menyampaikan permohonan maaf atas adanya ketidak sesuaian Formulir Model C1-Plano atau catatan hasil penghitungan suara Pemilu 2024.

"Kami di KPU masih manusia-manusia biasa yang sangat mungkin salah," ujar Hasyim di Kantor KPU RI, Jakarta, Kamis, 15 Februari 2024.

Ganjar Sempat Bahas Anomali Pilpres

Calon presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo temukan anomali di tengah Pemilu 2024.

Prasangka tersebut muncul usai dia melihat hasil quick count Pemilu legislatif dan suara yang diperolehnya di Pilpres 2024.

Dari laporan yang muncul beberapa hari ke belakang, Ganjar melihat PDIP mendapat suara relatif tinggi di berbagai daerah.

Sementara keunggulan partai pengusungnya ini, tidak berbanding lurus dengan perolehan suara Capres-Cawapres urut 3 di Pilpres 2024.

Oleh karena itu, Ganjar menduga adanya kejanggalan pada data yang ditampilkan penghitungan cepat antara hasil Pemilu legislatif dan eksekutif.

Hematnya, jika pun dalam Pemilu ini ada fenomena split ticket voting yang mendorong terjadinya perbedaan dukungan, faktor tersebut dirasa cukup jomplang karena 'gap' yang terlalu besar.

"Hasil quick count perolehan PDI Perjuangan saya kira masih tinggi. Kalau enggak salah masih nomor satu, agak anomali dengan suara saya. Maka, hari ini sedang diselidiki oleh kawan-kawan. Mudah-mudahan nanti ketemu apa faktornya sepertinya split ticket-nya agar terlalu lebar," tuturnya.

Sederhananya, split ticket voting sendiri adalah kondisi ketika seseorang memilih kader yang berbeda dari partai politik yang didukungnya.

Berdasarkan penghitungan cepat sejumlah lembaga survei, PDI Perjuangan memperoleh suara tertinggi dengan rata-rata 15-16 persen ke atas hingga saat ini. Namun, suara paslon nomor urut 3 justru hanya meraih sekitar 15.116 persen atau berada di urutan terakhir.

Oleh karena itu, pihaknya hendak menelaah penyebab dari split ticket voting seiring dengan menunggu hasil resmi rekapitulasi suara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Prinsip kami, menunggu keputusan dari KPU. Apa pun yang diputuskan oleh KPU, kami akan ikuti. Kami menghormati semua proses," ucap Ganjar.***

Sentimen: negatif (91.4%)