Sentimen
Negatif (100%)
26 Feb 2024 : 14.43
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Beijing, Washington, New York

Tokoh Terkait

China Tahan 1.000 Warga Tibet Termasuk Biksu, Ada Apa?

26 Feb 2024 : 14.43 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

China Tahan 1.000 Warga Tibet Termasuk Biksu, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepolisian China pada menangkap lebih dari 1.000 warga Tibet, termasuk biksu dari setidaknya dua biara lokal, di provinsi Sichuan. Hal ini dilakukan setelah mereka memprotes pembangunan bendungan yang diperkirakan akan menghancurkan enam biara dan relokasi dua desa.

Laporan Radio Free Asia (RFA) menjelaskan bahwa orang-orang tersebut ditahan pada Jumat lalu di berbagai tempat di seluruh wilayah Dege di Prefektur Kardze karena polisi tidak memiliki satu tempat pun untuk menahan mereka. Mereka yang ditangkap terpaksa membawa perlengkapan tidur dan makanan sendiri.

"Polisi meminta warga Tibet untuk membawa Tsampa (makanan lokal Tibet) dan perlengkapan tidur mereka sendiri merupakan tanda bahwa mereka tidak akan dibebaskan dalam waktu dekat," kata salah satu sumber.

-

-

Pada Kamis, pihak berwenang China mengerahkan polisi bersenjata yang terlatih khusus di wilayah desa Wonto di Kardze untuk menangkap lebih dari 100 biksu Tibet dari biara Wonto dan Yena bersama dengan penduduk setempat. Beberapa dari mereka dilaporkan terluka, dan kemudian dimasukkan ke Rumah Sakit Kabupaten Dege.

Video warga pada Kamis, yang dibagikan secara eksklusif kepada RFA, menunjukkan pejabat China berseragam hitam secara paksa menahan para biksu, yang terdengar berteriak untuk menghentikan pembangunan bendungan.

Menyusul berita penangkapan massal tersebut, banyak warga Tibet yang berada di luar wilayah itu kembali ke kampung halaman mereka dan mengunjungi pusat penahanan untuk menyerukan pembebasan warga yang ditangkap.

Penangkapan tersebut terjadi setelah berhari-hari protes warga Tibet setempat sejak 14 Februari agar China menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga air Gangtuo. Proyek bendungan ini berada di Sungai Drichu, disebut Jinsha dalam bahasa Mandarin, yang menjadi hulu Sungai Yangtze.

RFA melaporkan pada 15 Februari bahwa setidaknya 300 warga Tibet berkumpul di luar Balai Kota Kabupaten Dege untuk memprotes pembangunan bendungan tersebut. Warga kecewa karena pembangunan pembangkit listrik tenaga air akan mengakibatkan pemukiman kembali dua desa dan enam biara.

Sumber pada Jumat juga mengkonfirmasi bahwa beberapa biksu yang ditangkap dengan kondisi kesehatan yang buruk diizinkan kembali ke biara mereka.

Sementara itu, demo terhadap pembangunan bendungan dan kekerasan aparat juga dilakukan di berbagai belahan dunia, termasuk di Dharamsala, India, rumah bagi pemimpin spiritual Tibet yang diasingkan, Dalai Lama.

Dalam seminggu terakhir, warga Tibet telah melakukan demonstrasi di depan Kedutaan China, termasuk di New York dan Swiss, dan lebih banyak lagi protes dan kampanye solidaritas yang direncanakan di Kanada dan negara-negara lain.

"Peristiwa di Derge adalah contoh kebijakan destruktif Beijing di Tibet," kata Kai Müller, direktur pelaksana Kampanye Internasional untuk Tibet, dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat.

"Rezim China menginjak-injak hak-hak orang Tibet dan dengan kejam menghancurkan aset budaya Tibet yang berharga."

"Proyek pembangunan dan infrastruktur Beijing tidak hanya merupakan ancaman bagi warga Tibet, tetapi juga terhadap keamanan regional, terutama terkait pasokan air ke negara-negara Asia yang terkena dampak," tambahnya.

Human Rights Watch mengatakan kepada RFA bahwa mereka memantau perkembangan penangkapan tersebut. Namun lembaga itu mengakui sulitnya mendapatkan informasi mengingat pengawasan ketat yang dilakukan China terhadap arus informasi.

"Orang yang mengirimkan informasi dan video seperti ini akan dipenjara dan disiksa," kata Maya Wang, direktur sementara kelompok tersebut di China.

"Bahkan menelpon keluarga yang diaspora pun menjadi alasan hukuman penjara. Apa yang kita lihat sekarang sebenarnya adalah gambaran khas penindasan di Tibet, namun kita jarang melihat seperti apa penindasan di Tibet yang sebenarnya."

Meski begitu, Kedutaan China di Washington dalam sebuah pernyataan menyatakan bahwa negara tersebut menghormati supremasi hukum, termasuk bagi warga etnis Tibet.

"China melindungi hak dan kepentingan sah warga negara China sesuai dengan hukum," kata pernyataan itu.


[-]

-

Video: Dini Hari, China Diguncang Gempa Magnitudo 7,0
(luc/luc)

Sentimen: negatif (100%)