Sentimen
Netral (66%)
21 Feb 2024 : 05.03
Informasi Tambahan

Institusi: Paspampres

Kasus: penembakan

Partai Terkait

Sjafrie Sjamsoeddin, Pengawal Pribadi Soeharto, Calon Kuat Menteri Pertahanan Kabinet Prabowo-Gibran

21 Feb 2024 : 05.03 Views 3

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Sjafrie Sjamsoeddin, Pengawal Pribadi Soeharto, Calon Kuat Menteri Pertahanan Kabinet Prabowo-Gibran

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sjafrie Sjamsoeddin, seorang purnawirawan TNI, mencuat sebagai salah satu calon Menteri Pertahanan dalam pemerintahan Prabowo-Gibran.

Ia lahir pada 30 Oktober 1952 di Makassar, Sulawesi Selatan dan memulai karier militernya di Akademi Militer pada 1974 bersama dengan Prabowo.

Sjafrie pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan pada periode 2010-2014 di bawah pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Selama kariernya, Sjafrie menduduki berbagai jabatan strategis di militer, termasuk Pangdam Jaya pada era Reformasi 1998.

Ia juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan dan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI pada tahun 2002-2005.

Kader Gerindra ini memiliki hubungan dekat dengan Prabowo, yang terlihat dalam buku biografi Prabowo yang berjudul "Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI Purn Prabowo Subianto."

Dalam buku tersebut, Prabowo memberikan pujian khusus kepada Sjafrie, mengakui hubungan dekatnya dengan Presiden Soeharto dan memahami risiko politis di tingkat jabatan Kolonel ke atas dalam dunia militer.

Sebelumnya, Letnan Jenderal TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin mengenang saat diamanahkan sebagai pengawal pribadi Presiden Soeharto saat lawatan Presiden RI kedua itu ke Sarajevo, Ibu Kota Bosnia Herzegovina pada 1995 silam.

Menurutnya, Soeharto ke Sarajevo Bosnia di tengah konflik di negara tersebut. Sehari sebelum pemberangkatan itu, terjadi penembakan terhadap pesawat utusan khusus PBB.

Saat itu, Sjafrie Sjamsoeddin berpangkat kolonel dan menjabat Komandan Grup A Paspampres.

"Tidak ada satu pun orang mengetahui, presiden akan mengambil keputusan pergi ke Sarajevo atau tidak," bebernya di Kanal Refly Harun, dikutip FAJAR.CO.ID, Sabtu (21/5/2022) lalu.

Selaku pengawal pribadi Soeharto, ia pun melaporkan perkembangan di Bosnia tersebut. "Setelah Presiden selesai salat subuh, saya melaporkan perkembangan di Bosnia, tetapi beliau (Soeharto, red) hanya mengangguk saja tidak memberikan satu keputusan," bebernya.

Sampai dengan jam pemberangkatan, beber pria kelahiran Makassar, 30 Oktober 1952 ini, Soeharto belum memberi keputusan.

"Yang kita bisa jadikan pegangan adalah pada saat beliau (Soeharto, red) ketemu dengan Presiden Kroasia, kemudian menyampaikan dia mau pamit sebentar mau pergi ke Sarajevo," jelas adik angkatan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto ini di Akabri dan lulus sama-sama pada 1974 ini.

Kendati, bebernya, tidak diberikan instruksi, tetapi penyampaian Soeharto ke Presiden Kroasia itulah dianggapnya sebagai instruksi untuk berangkat."Saya menangkap itu sebagai instruksi berangkat," urainya. (eds)

Sentimen: netral (66.7%)