Sentimen
Positif (88%)
18 Feb 2024 : 13.16

Warga Tionghoa Medan Utara Laksanakan Tradisi Sembahyang Tebu.

18 Feb 2024 : 13.16 Views 3

Sumutpos.co Sumutpos.co Jenis Media: News

Warga Tionghoa Medan Utara Laksanakan Tradisi Sembahyang Tebu.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pascadelapan hari Perayaan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili, warga Tionghoa Medan Utara melaksanakan tradisi sembahyang tebu yang digelar di Kawasan Komplek Tzu Chi, Perumahan Simpang Kantor, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Sabtu (17/02/2024).

Pelaksanaan tradisi sembayang tebu ini merupakan rangkaian tradisi yang dilakukan warga Tionghoa setiap tahunnya dengan diwakili oleh salah satu dari 12 hewan yang berbeda yang ada didalam Zodiak China atau shio di tahun 2024, dan berpindah dari Tahun Kelinci menjadi Tahun Naga.

Sekitar pukul 11 malam, sebagian kecil warga Tionghoa yang ada di sekitaran Medan Labuhan tengah melakukan persiapan untuk menggelar ritual, seperti persiapan dupa, hio, baju thikong dan beberapa makanan, yang ritual tersebut akan dilaksanakan pada pukul 12 malam.
Kawasan Komplek Tzu Chi ini merupakan tempat paling aktif ketika menggelar tradisi sembahyang tebu, dikarenakan sebagian besar warga Tionghoa masih melaksanakan tradisi leluhur yang sudah jarang dilaksanakan setelah Imlek tersebut.

Rudi, ketika ditemui Sumut Pos mengatakan pelaksanaan tradisi sembayang tebu pada malam hari ini bertujuan untuk memperlancar rezeki serta panjang umur dan juga mewujudkan Indie sua selalu maju dan makmur.

Ia mengatakan, tidak ada persiapan khusus, apalagi harus ke Vihara, sembayang tebu cukup dilakukan di teras-teras rumah, ritualnya juga tetap menggunakan dupa, hio, baju thikong dana sejumlah makanan persembahan, dan yang membedakan adalah hari pelaksanaannya dana tentunya juga akan disertakan batangan tebu yang telah dihias.

Sekadar mengingatkan, jika sembayang tebu tersebut terjadi karena adanya perang yang melibatkan suku hokian, yang kemudian terjebak di dalam pertempuran tersebut, saat pergantian tahun, mereka bisa bersembunyi di ladang-ladang tebu, tanpa bisa beribadah dan merayakan Imlek.

Kemudian pada hari kedelapan, suku Hokian ini baru memberanikan diri keluar dan merayakan Tahun Baru Imlek, hingga kini tradisi itu terus dijaga oleh Suku Hokkian masa kini, tentunya dengan penuh suka cita.(mag-1/azw)

Sentimen: positif (88.3%)