Sentimen
Tokoh Terkait
Dibalik Layar Film ‘Dirty Vote’, Kisah 12 Jam Sutradara Dandhy Laksono
Fajar.co.id Jenis Media: Nasional
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara film "Dirty Vote", Dandhy Laksono, membagikan kisah menarik di balik proses pembuatan film tersebut melalui unggahan di aplikasi X.
Dandhy mengungkapkan bahwa film tersebut dikerjakan dalam waktu yang cukup singkat, hanya dalam waktu 12 jam.
Selama proses pembuatan film, banyak dilakukan retake karena tidak adanya gladi bersih (run through) sebelumnya.
"Setelah 12 jam shooting. Banyak retake karena tanpa gladi bersih (run through)," ujar Dandhy dalam keterangannya @Dandhy_Laksono (16/2/2024).
Salah satu alasan dari kurangnya waktu yang tersedia adalah karena biaya produksi yang terbatas.
Menurut Dandhy, dana yang tersedia hanya cukup untuk sewa layar LED selama satu hari.
"Tak bisa gladi karena sawerannya hanya cukup buat sewa layar LED sehari," Dandhy menuturkan.
Dia pun mengingat waktu zaman patungan rental studio band untuk membuat film.
"Ingat zaman patungan rental studio band," tandasnya.
Kisah ini menggambarkan tantangan dan keterbatasan yang dihadapi oleh para pembuat film independen dalam merangkul kreativitas mereka.
Meskipun dengan keterbatasan tersebut, film "Dirty Vote" tetap berhasil diselesaikan dengan dedikasi dan semangat dari seluruh tim produksi.
Buktinya, film dokumenter "Dirty Vote" sangat populer. Sehari penayangan, views tembus 13 juta.
Film ini mengritik sistem pemilu. Terutama rivalitas capres. Tiga aktor utama dalam film itu, Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari mengulik praktik culas demi elektorat.
Kubu capres-cawapres berbeda reaksi atas film ini. Meski dalam film, ketiga paslon sama-sama mendapat kritik. Meski banyak yang kontra, terutama dari pendukung istana, tak sedikit pula yang mendukung "Dirty Vote".
(Muhsin/fajar)
Sentimen: positif (64%)