Sentimen
Negatif (98%)
12 Feb 2024 : 14.53
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Senayan

Partai Terkait

Partainya Dicatut di Film Dirty Vote, Fahri Hamzah Beri Respons: Kenapa Sih Orang Gak Suka Gelora?

12 Feb 2024 : 21.53 Views 3

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Partainya Dicatut di Film Dirty Vote, Fahri Hamzah Beri Respons: Kenapa Sih Orang Gak Suka Gelora?

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Pasca-eksposisinya dalam film dokumenter "Dirty Vote", Wakil Ketua Partai Gelora, Fahri Hamzah, memberikan tanggapannya terhadap sorotan yang dialamatkan kepada partainya.

Dalam sebuah keterangan dalam bentuk video yang dibuat Fahri, ia menjelaskan bahwa Partai Gelora menjadi sasaran sorotan karena memiliki visi yang ambisius.

Salah satu misi ambisius Partai Gelora, kata Fahri, yakni mewujudkan mimpi Indonesia sebagai negara superpower.

Fahri menyatakan bahwa visi tersebut mungkin menjadi salah satu faktor yang menarik perhatian dari berbagai pihak, termasuk dari dalam negeri maupun luar negeri.

"Kenapa sih orang gak suka Gelora? Lolos dan hadir dalam pentas politik nasional ini saya mau sampaikan beberapa isu, Gelora punya mimpi Indonesia sebagai negara superpower baru," ujar Fahri dalam keterangannya di aplikasi X @Fahrihamzah (12/2/2024).

Dikatakan Fahri, meskipun negara superpower itu baru sebatas mimpi, namun banyak orang yang takut akan hal tersebut. Hal itu dipicu oleh kepentingan tertentu.

"Jadi sebenarnya sih mimpi yang kita mimpiin aja dulu, tapi banyak orang takut terancam bahwa rugi besar Partai Gelora ini bisa membuat negara-negara lain itu tergeser dari dominasinya," ucapnya santai.

Ditekankan Fahri, dengan mimpi menjadi Indonesia negara superpower, maka akan menumbuhkan benih perjuangan seperti saat berbicara kemerdekaan.

"Karena merdeka itu adalah game changer, waktu kita ngotot merdeka itu adalah game changer. Itu yang ditakutin orang, wah ini negara mau merdeka," tukasnya.

Sama dengan sekarang, kata Fahri, melihat keinginan yang didorong Gelora, maka beberapa pihak secara terbuka menyatakan ketidaksetujuannya.

"Waduh ini Gelora bisa menciptakan ambisi rakyat Indonesia menjadi negara kuat. Itu yang dia gak suka. Kalau bisa, kita begini terus aja jadi negara embel-embel, kecil, ala kadarnya," imbuhnya.

Selanjutnya, Fahri menyinggung soal posisi Partainya yang berdiri di kubu Prabowo-Gibran.

Blak-blakan, Fahri bercerita, ada pihak yang tidak ingin melihat Prabowo dan Jokowi bersatu. Mengingat, pada dua Pilpres sebelumnya, dua sosok itu saling berlawanan.

"Gelora tiba-tiba mendukung persatuan pak Prabowo dan pak Jokowi. Ini juga kan problem. Orang lagi habis berantem. Kan mereka maunya kalau bisa berantem terus, jangan dibiarin bersatu," kata Fahri.

Fahri bilang, jika keduanya bersatu, maka Indonesia bisa menjadi negara kuat. Dan, saat ini sudah mulai terbukti ketika Prabowo dan Jokowi menyatukan visi dan misi.

"Sekarang buktinya, memang pak Prabowo dan Jokowi gabung jadi kuat. Benar-benar menjadi kuat. Ini, bagaimana gak sakit hati mereka melihat kenyataan ini," cetusnya.

Ada isu berkembang di pemberitaan, kata Fahri, merupakan buntut dari bersatunya Prabowo dengan Jokowi pada Pilpres 2024 ini.

"Itu efek dari bersatunya Prabowo dan Jokowi. Itu betul-betul membuat negaranya menjadi kuat. Dan, ini ada koalisi yang terbentuk karena disebut koalisi pak Prabowo dan Jokowi didukung oleh Partai-partai yang hebat, surveinya menang," imbuhnya.

"Dan, dia atas terus. Salah satunya Gelora, tambah bikin pusing lagi. Apa lagi yang membuat mereka stress dan frustasi, setelah semuanya akan menang, ini udah Minggu-minggu terkahir menuju kemenangan dan benar-benar kemenangan itu sudah di depan mata," sambung Fahri.

Fahri menyebut, jika kemenangan itu telah berada ; depan mata, maka era baru akan terjadi.

"Ini yang bikin takut mereka. Sebuah mimpi baru lahir, persatuan lahir, kemenangan akan datang," lanjutnya.

Menganggap apa yang digaungkan Partainya merupakan hal yang penting untuk didukung, Fahri Gelora pada Pemilu 2024 harus ada di Senayan.

"Biar orang tambah marah. Percayalah, Gelora hadir sebagai antitesis dari pikiran-pikiran lama yang membenturkan dan membuat kita terpecah belah," kuncinya.

(Muhsin/fajar)

Sentimen: negatif (98.5%)