Sentimen
Positif (100%)
23 Jan 2024 : 12.14
Informasi Tambahan

BUMN: PT Pertamina

Kab/Kota: Roma

Gibran Tawarkan Smart Farming dan Regenerasi Petani

23 Jan 2024 : 19.14 Views 3

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Gibran Tawarkan Smart Farming dan Regenerasi Petani

JOGJA—Sekali lagi, calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka mengulang pentingnya menerapkan smart farming untuk ketahanan pangan di Tanah Air. Kali ini, Gibran mendorong regenerasi petani di tangan anak-anak muda.

Dalam Debat Cawapres 2024, Minggu (21/1/2024) bertema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria, Masyarakat Adat dan Desa, Gibran menyampaikan untuk sektor pertanian, dirinya dan calon presiden (capres) Prabowo Subianto memberikan perhatian besar pada pertanian. Termasuk memerhatikan petani hingga ketercukupan pupuk. Selain itu, pihaknya juga akan menjaga stabilitasi harga pangan dengan menekankan kinerja Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tiap provinsi, ID serta Badan Pangan.

"Untuk meningkatkan produktivitas, para petani akan kita dorong terus mekanisasi [pertaniannya]. Generasi muda akan kita dorong melalui smart farming," kata Gibran.

Penekanan Gibran berupa pertanian untuk generasi muda sebenarnya bukan tanpa sebab. Menurut data Badan Pusat Statistika (BPS), sampai saat ini memang jumlah tenaga kerja di lapangan usaha pertanian merupakan yang terbanyak. Berbicara data, hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penyerapan tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh sektor pertanian, yang mencapai 29,59%. Dengan kata lain sekitar 38,77 juta jiwa penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani.

Namun, dari tahun ke tahun jumlahnya terus merosot dan mengalami penurunan. Dari 2011 sampai 2021 saja terjadi penurunan sekitar 3,69 juta petani. Hal tersebut tentu saja jumlah yang tidak sedikit mengingat kita harus tetap hat-hati karena pangan adalah kebutuhan paling dasar dari kehidupan kita. Di sisi lain, kita juga perlu mempertahankan marwah sebagai negara agraris.

Apalagi, petani di Indonesia saat ini masih didominasi generasi tua. Menurut data Sakernas 2021 oleh BPS, petani Indonesia diklasifikasikan menjadi berbagai kategori menurut generasi. Generasi terbesar berprofesi sebagai petani adalah generasi X (41-56 tahun) sebanyak 38, 02%. Kemudian yang kedua, generasi baby boomer (57-75 tahun) sebanyak 34,41% dan yang ketiga adalah generasi milenial (25-40 tahun) 21,92% atau 3,95 juta jiwa dari petani seluruhnya.

Saat ini generasi milenial masih terus digadang-gadang sebagai target utama untuk mendongkrak kualitas sumber daya manusia (SDM) khususnya di bidang pertanian. Harapannya sederhana, SDM pertanian menjadi maju, mandiri, dan modern karena pertanian nantinya akan didominasi oleh usia produktif sebagai generasi milenial yang kadang memiliki ide gagasan-gagasan kreatif.

Selain soal data jumlah petani, Gibran menekankan pentingnya petani muda untuk menggarap smart farming lantaran anak muda lebih melek teknologi. Dengan harapan mereka lebih mudah menerapkan dalam dunia pertanian.

“Jangan lupa mekanisasi untuk meningkatkan produktivitas petani, pakai combine harvester, kita libatkan generasi muda melalui smart farming, pakai IoT (Internet of Things) untuk memantau PH tanah dan penggunaan drone (pesawat nirawak) untuk penyemprotan pestisida," kata Gibran.

Kerja Sama Internasional

Inisiasi Gibran sebenarnya telah digarap terlebih dahulu Pemerintah Indonesia dan Organisasi Pangan Dunia (FAO) dengan kerja sama untuk mencetak petani-petani muda. Bahkan FAO akan memberikan bantuan teknis kepada Indonesia dalam program pemberdayaan anak-anak muda di sektor pertanian. Bantuan tersebut senilai US$460.309  atau Rp7,5 miliar untuk periode 1 Januari 2024 hingga 31 Desember 2025.

Kepala Staf Kepresidenan, Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko menjelaskan pemberdayaan anak-anak muda di bidang pertanian akan dilakukan dengan memberikan berbagai pelatihan terutama penggunaan teknologi digital dalam mengelola pertanian melalui konsep smart farming. Pada tahap awal, pelatihan akan melibatkan anak-anak muda di Pramuka dan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).

Program pemberdayaan anak-anak muda di bidang pertanian ini akan dikawal oleh Kantor Staf Presiden, FAO, Badan Pangan Nasional Kementerian Pertanian, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bank Indonesia, dan Pertamina. Sementara untuk pelaksanaannya melibatkan berbagai stakeholder, seperti HKTI dan Kwartir Nasional (Kwarnas) Pramuka.

Moeldoko mengungkapkan terwujudnya bantuan teknis FAO dalam pemberdayaan anak-anak muda di bidang pertanian di Indonesia berawal dari kunjungan kerjanya di forum FAO, di Roma, pada 21 Oktober 2023. Pada saat itu, dia menyampaikan pentingnya regenerasi petani yang saat ini sudah menjadi permasalahan dunia. Di mana di satu sisi pertumbuhan dunia meningkat, tetapi di sisi lain tanah, hasil, dan pelaku pertanian terus menurun. Moeldoko juga menginisiasi gerakan anak–anak muda untuk bertani dengan cara-cara baru, yakni smart farming dengan menggunakan teknologi digital.

Melalui program-program yang telah diinisiasi pemerintah di era Jokow Widodo selama sepuluh tahun ini, Gibran kembali menekankan jika narasi besar yang diusungnya tetap sama, yakni meneruskan yang sudah ada. “Narasi besarnya keberlanjutan, percepatan dan penyempurnaan,” katanya. (***)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: positif (100%)