Sentimen
Positif (100%)
23 Jan 2024 : 08.01
Informasi Tambahan

Kab/Kota: Mataram

Tokoh Terkait

UMKM Jogja Diajak Berjejaring dan Beradaptasi di Tengah Isu Perubahan Iklim

23 Jan 2024 : 15.01 Views 3

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

UMKM Jogja Diajak Berjejaring dan Beradaptasi di Tengah Isu Perubahan Iklim

Harianjogja.com, JOGJA—Isu perubahan iklim tampaknya tidak bisa dianggap remeh. Dampaknya disinyalir tidak hanya terjadi pada sektor lingkungan saja melainkan juga pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang dinilai bakal menjadi korban jika tidak ditanggapi serius dan beradaptasi dengan cepat. 

Guna mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap UMKM Jogja, Komunitas Pegiat Ekologi, Ekonomi, Seni, dan Sosial Budaya Berkelanjutan (KAPE-ESBE) Jogja bekerja sama dengan Yayasan Lansekap Nusantara Hijau (YLNH) dan Yayasan Tirta Alam Bumi Bertuah mengadakan diskusi dengan UMKM, Senin (22/1/2024). 

Salah satu inisiator acara Yogo Pratomo mengatakan diskusi itu diikuti oleh 11 UMKM berbagai jenis mulai dari makanan dan minuman lokal, kerajinan berbahan dasar organik serta para pegiat lingkungan. Diskusi ini sekaligus bentuk dukungan agar UMKM segera beradaptasi dan berjejaring dengan UMKM lain dalam menyikapi perubahan iklim. 

"Jogja itu kan UMKM-nya sangat berkaitan dengan ketersediaan bahan baku dan air, itu kan pengaruhnya sangat besar, juga anomali cuaca," kata Yogo. 

Baca Juga

BMKG Sebut Pemanasan Global Tahun Ini Bakal Lebih Terasa Dibandingkan 2023

Generasi Muda Harus Memahami Penyebab dan Dampak Perubahan Iklim

Perubahan Iklim Ancam Ketahanan Pangan, Lumbung Mataram di DIY Bisa Menjadi Proyek Percontohan

Menurutnya kondisi cuaca dan perubahan iklim yang terjadi di Jogja sudah bisa diklasifikasi ke dalam kategori rentan. Ketika musim kemarau sangat kering dan ketika musim hujan disertai dengan badai dan sejumlah bencana. Untuk itu adaptasi bagi UMKM adalah kunci jika mereka ingin produk mereka bertahan di pasaran. 

"Karena ke depan untuk bahan baku juga bicara soal ketersediaan misalnya produk wader, itu wadernya dapat dari tempat apa saja, apakah benar diambil dari yang bebas polusi atau kemudian kalau di darat kualitas lingkungannya bagaimana," jelasnya. 

Yogo menambahkan adaptasi juga erat kaitannya dengan ketahanan pangan lokal. Jika itu terealisasi dampaknya akan sangat signifikan dan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh manusia, ketika itu baik maka akan pengaruh pula ke tingkat kesejahteraan dan pengaruh ke banyak hal lain termasuk lingkungan sekitarnya. 

"Jika UMKM bisa beradaptasi dengan pangan lokal yang menerapkan pola-pola konservasi dan menjadi besar dampaknya tentu ke serapan tenaga kerja tingkat lokal," ungkapnya. 

Di sisi lain, tren pariwisata Jogja yang tumbuh pesat belum dirasakan dampaknya oleh UMKM lokal. Pariwisata masih banyak dirasakan oleh UMKM dari pemodal besar. Oleh karenanya jika UMKM lokal berjejaring dan kemudian memakai bahan baku yang ramah lingkungan serta mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan, mereka akan mampu meraih kue wisata. 

"Kami juga ajak UMKM Jogja berjejaring dengan UMKM Riau dan Jateng yang biasa dan adaptasi dengan perubahan iklim, pola itu kan akan semakin menguatkan. Itu yang kita bangun di langkah awal ini dan mudah-mudahan akan berlanjutan," ucapnya. 

Pihaknya juga mendorong agar UMKM lokal Jogja produknya lebih market friendly. Caranya yakni dengan melakukan uji laboratorium terhadap bahan baku agar lebih aman bagi konsumen. Selain itu bagi UMKM yang menuju ekspor tentu hal ini diperlukan untuk mempersiapkan produknya. 

"Harapannya ke depan ada program agar produk mereka bisa lebih market friendly dan juga fokus pada pengolahan limbah produk karena bisa jadi limbah itu bisa diolah dan jadi nilai tambah dari produknya," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sentimen: positif (100%)