Sentimen
Positif (66%)
16 Jan 2024 : 00.00
Partai Terkait

HEADLINE: Isu Ganjar-Mahfud Koalisi dengan Anies-Muhaimin, Peluangnya?

16 Jan 2024 : 07.00 Views 2

Liputan6.com Liputan6.com Jenis Media: News

HEADLINE: Isu Ganjar-Mahfud Koalisi dengan Anies-Muhaimin, Peluangnya?

Liputan6.com, Jakarta - Komunikasi politik antara kubu pasangan Ganjar-Mahfud Md dengan Anies-Muhaimin sayup-sayup terdengar jelang pencoblosan Pilpres 2024. Kendati masih sebatas informal, wacana itu pun mendapat respons positif dari elite partai pendukung paslon nomor tiga.

Koalisi itu disebut sebagai wujud menghadapi Pilpres 2024 jika berlangsung dua putaran. Yang mana dalam hasil lembaga survei menyebutkan Prabowo-Gibran unggul dari pasangan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin. Dengan begitu, pasangan nomor urut tiga dan satu diprediksi melebur untuk melawan pasangan nomor urut dua.

Analis Politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago menilai sebagai wacana, koalisi ini sah-sah saja. Apalagi dengan posisi Paslon 01 dan 03 yang sama-sama menawarkan narasi oposisi dengan paslon 02.

“Sebagai semangat untuk memperoleh dukungan tambahan menjelang pemilu 2024. Strategi yang digunakan cukup menarik, apalagi di balik jauhnya ketertinggalan elektabilitas paslon 01 dan 03 dengan 02 versi berbagai lembaga survei”, ujar Arifki.

Namun begitu, Arifki menyebutkan bahwa di balik narasi oposisi yang dibangun oleh Paslon 01 dan 03, secara akar rumput sedikit sulit mempertemukan ideologi dan kepentingan partai pengusung Ganjar dan Anies. Nantinya PKS dan PDI-P bersatu diakar rumput untuk mendukung capres yang sama.

"Agak susah menemukan variabel 01 dan 03 ini bersatu. Artinya satu gerakan kiri, satu gerakan kanan. Kalau misalnya 01 ketemu 02 masih mending, 02 ketemu 03 masih mending, karena PKS dulu dukung Prabowo juga kan. Jadi nggak kebayang sama saya, PKS sama PDIP ketemu. Ini yang akan menyulitkan," ujar kepada Liputan6.com, Senin (15/1/2024).

Kepentingan PKS dan partai-partai pendukung Ganjar di Pemilu 2024 tentu terkait dengan efek ekor jas yang didapatkannya dalam mendukung capres terhadap suara partai. Hal ini akan berbeda jika pemilu berlangsung dua putaran. Besar kemungkinan partai pengusung Anies dan Ganjar bakal menyebar untuk bernegosiasi dengan paslon yang berkemungkinan menang.

“Pemilih Anies dan Ganjar tentu punya calon alternantif, jika capres pilihan mereka tidak lolos di putaran pertama. Cukup sulit bagi elite paslon 01 dan 03 untuk memaksa pemilih untuk pindah dukungan, padahal di hati mereka sudah ada pilihan alternatif”, tutup Arifki.

Dia bahkan memprediksi kubu paslon nomor tiga akan berlabuh ke gerbong Prabowo. Karena menurutnya, banyak variabel yang lebih menguntungkan bagi PDIP.

"Makanya kita juga harus baca bahwa gerakan PDIP kan kurang kompak. PDIP masih setengah hati mendukung Ganjar," kata dia.

Begitu pun jika mereka berduet dengan Anies. Kubu Ganjar-Mahfud akan melakukan hitung-hitungan terkait dengan untung rugi di akar rumput. Karena itu, menurutnya, agenda berkoalisi pada putaran kedua Pilpres 2024 ini masih wacana lantaran pemilihan belum berlangsung.

"Ini yang enggak logis. Ini kan wacana ketakutan dari 01 dan 03, bahwa mungkin mereka secara psikologis terganggu dengan hasil survei," kata dia.

Arifki menilai narasi-narasi yang dibangun kubu Prabowo-Gibran ini berhasil menjatuhkan mental lawan politiknya sebelum pertandingan digelar. Terlebih banyak lembaga survei yang menyatakan paslon nomor dua tersebut unggul dari yang lain.

"Lembaga lembaga survei yang kredibel ini juga kan mempertaruhkan kredibilitas mereka ke publik. Kecuali hanya satu yang bilang seperti itu, tapi kan ini semua lembaga survei bilang kayak gitu. hasilnya oke di 02. Dan ketika saya lihat strategi 01 dan 03 itu menyerah saja, artinya mending kita bikin narasi saja ya kalau menang 02 bilang saja curang. Mending kita bersatu dulu lah," jelas dia.

"Jadi terlalu pesimistis mereka memainkan narasi padahal putaran pertama belum ada. Apakah survei internal mereka sudah mencapai 50 persen atau lebih untuk 02, saya curiga begitu. Mungkin survei secara umum 46 persen, apakah di survei mereka sudah mencapai 50 persen plus satu," ia menandaskan.

Sementara itu, Pengamat Politik Adi Prayitno menganggap wacana koalisi nomor satu dengan tiga masih sebatas informasi simpang siur. Belum ada pernyataan resmi dari partai masing-masing pendukung dalam menjawab kabar tersebut.

"Masih sebatas pernyataan informal antar-elit paslon 1 dan 3, belum pada level pembicaraan serius. Tentu itu semua tak lepas soal kemungkinan pilpres 2 putaran. Andai pilpres satu putaran, koalisi satu dan tiga jadi tak relevan," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (15/1/2024).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini menilai, isu koalisi itu tentu tak lepas dari narasi bahwa paslon Prabowo-Gibran dipastikan lolos putaran pertama. Maka tak heran jika kemudian muncul narasi tandingan di putaran kedua, paslon 1 dan 3 bakal koalisi karena memiliki isu bersama.

"Yakni selamatkan demokrasi, melawan neo-orba, melawan politik dinasti, dan sama-sama merasa ‘didholimi’. Inilah yang makin menguatkan isu soal koalisi satu dan tiga bakal terwujud di putaran dua," ujar dia.

Meski begitu, dia tidak menampik adanya kemungkinan dua gerbong tersebut bakal menyatu. Karena adanya anggapan jika pasangan satu dan tiga memiliki nasib sepenanggungan.

"Meski pada realitasnya, sangat mungkin 1 dan 3 bisa koalisi di putaran kedua. Semua serba mungkin dalam politik. Ada kesan paslon nomor 2 jadi “musuh bersama” paslon 1 dan 3. Sepertinya 1 dan 3 merasa senasib sepenanggungan sama-sama merasa diperlakukan tak adil, diskriminatif, dan lainnya," kata dia.

Jika koalisi itu terjadi, Adi memprediksi babak kedua Pilpres 2024 bakal berlangsung sengit. Tensi politik pun akan menjadi semakin panas.

"Sangat seru di peturan kedua. Apapun akan mengeras jadi dua kubu yang saling berhadapan. Tensi pilpres akan makin panas," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai dalam politik semua bisa saja terjadi, termasuk meleburnya kubu Ganjar-Mahfud dengan Anies-Muhaimin.

"Semuanya mungkin saja ya," kata dia kepada Liputan6.com, Senin (15/1/2024).

Pangi menjelaskan faktor munculnya wacana koalisi dua kubu tersebut. Di antaranya, pasangan nomor urut satu dan tiga tidak siap dalam bertempur di gelanggang Pilpres 2024.

"Sehingga modal yakin merasa kalah. tapi bisa juga itu baru dibuktikan kalau putaran kedua terjadi. Bahwa 01-03 akan menyatu, cakep banget tuh, PKS dan PDIP bersatu. Ada sejarah baru. Menarik bahwa dalam politik tidak ada ideologi, semuanya bisa bersatu sepanjang kepentingannya sama. Dianggap Prabowo musuh bersama akhirnya satu kolam juga," kata dia.

Selanjutnya, wacana ini bisa saja menjadi salah satu cara untuk menjegal satu putaran dalam Pilpres 2024. Sebagai langkah antisipatif, kekuatan politik yang tergabung dalam dua kubu itu dipersatukan mulai sekarang.

"Mereka bersatu dari sekarang, itu supaya satu putaran tidak terjadi, caranya ialah menahan elektabilitasnya tidak naik atau trennya sudah stag di situ. Tentu itu perlu kerja keras dari Ganjar maupun Anies menahan pertumbuhan elektabilitas itu," ujar dia.

Karena saat ini, Pangi menjelaskan, banyak pandangan menyebutkan jika Pilpres 2024 berlangsung satu putaran, paslon nomor urut dua sebagai juara. Namun jika digelar dua putaran, langkah Prabowo menuju Istana masih bisa terganjal.

"Banyak mazhab yang mengatakan perspektifnya begini, kalau satu putaran Prabowo menang, tapi kalau dua putaran ya Prabowo tunggu dulu, belum tentu menang. Karena akan menyatu dua kekuatan besar yaitu koalisinya Anies dengan Gganjar. Nah itu tetu akan bisa menjadi lawan tanding yang berat bagi Prabowo," kata Pangi.

"Kalau itu terjadi, maka memang menyatunya Ganjar dengan Anies itu sebuah kekuatan yang sangat prospek di putaran kedua. Dan itu bukan tidak mungkin Prabowo bisa dikalahkan," ujar dia.

Karena menurutnya, mesin politik partai pendukung sangat apik dalam bekerja. Di lapisan akar rumput, para kader memiliki militansi tinggi dan loyalitas yang kuat terhadap instruksi partai.

"Memang bagaimana pun mesin politik PDIP dan PKS sama sama cakep ya. Sama bagus, loyal, konsisten, ideologinya juga jelas, mereka juga punya ceruk segmen sendiri yang loyal. Itu kelebihan mereka," kata dia.

"Jadi yang ditakuti Prabowo adalah kalau ada dua putaran. Jadi mereka bagaimana mengatur napas kalau ingin menang ya pilihannya hanya satu putaran, kalau ada dua putaran, bagi mereka langkah mati sebenarnya. Melelahkan. Dan belum tentu Prabowo menang. Tapi kalau satu putaran, ada kemungkinan Prabowo menang, tapi kalau dua putaran, Prabowo belum tentu," ujar Pangi menandaskan.

Sentimen: positif (66.7%)