Sentimen
Tokoh Terkait
Wapres Ma’ruf Amin Bertemu Shinta Wahid hingga Quraish Shihab, Bahas Potensi Polarisasi Pemilu
Liputan6.com Jenis Media: News
Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin, menerima audiensi sejumlah tokoh bangsa di Istana Wapres, Jakarta Pusat, pada Kamis (11/1/2023). Para tokoh tersebut adalah Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, Quraish Shihab, Lukman Hakim Saifuddin, Karlina Rohima Supelli, Makarim Wibisono, Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, dan Alissa Wahid.
Ma’ruf menyampaikan apresiasinya kepada para tokoh lintas agama tersebut yang hadir membawa gagasan Gerakan Nurani Bangsa sebagai upaya untuk menjaga dan merawat bangsa Indonesia.
“Saya senang sekali karena masih banyak tokoh-tokoh yang mau berusaha untuk menjaga bangsa ini. Andaikata sudah tidak ada, saya kira (keadaan bangsa Indonesia ke depan) akan lebih parah, karena tidak ada orang yang mau menyuarakan kebenaran dan kebaikan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ma’ruf mengungkapkan bahwa kunci merawat keutuhan bangsa adalah nurani yang dimotori akal yang sehat dan hati yang bersih. Oleh sebab itu, peran para tokoh bangsa sangat fundamental guna terus menjaga akal dan pikiran masyarakat agar tetap sehat dan jernih.
“Jadi kehilangan akal sehat, hatinya tidak bersih, ini saya kira yang menjadi sumber terjadinya ketidak rukunan atau terjadinya konflik-konflik. Ini yang memang harus kita suarakan,” tegasnya.
Adapun salah satu tantangan terdekat dalam merawat keutuhan bangsa, sebut Ma’ruf, adalah kontestasi Pemilu 2024. Menurutnya pemilu dapat menyebabkan polarisasi masyarakat yang berujung pada perpecahan. Sehingga, peran tokoh bangsa saat ini sangat diperlukan, khususnya untuk mengingatkan agar masyarakat dapat terus mampu menjaga batas perbedaan pilihan politik pada koridor yang tidak menimbulkan konflik.
“Saya pikir tokoh-tokoh ini harus terus melakukan upaya-upaya melalui berbagai pertemuan, forum, untuk menyuarakan harus seperti apa menjaga dan merawat keutuhan bangsa ini,” ujarnya.
Sebab, lanjut Ma’ruf, apabila bangsa Indonesia sampai terpecah, maka hal ini telah mengkhianati perjuangan para pendiri bangsa yang telah berjuang menyatukannya pada masa lampau.
“Bisa dibayangkan negara seluas ini bisa disatukan, itu menurut saya itu bukan pekerjaan mudah. Bagaimana masa itu dengan keterbatasan alat komunikasi dan transportasi, tetapi luar biasa bisa menyatukan berbagai etnik, agama, melalui kesepakatan nasional,” paparnya.
Sentimen: positif (99.8%)