Sentimen
Netral (93%)
19 Des 2023 : 14.00
Tokoh Terkait

6 Ucapan Sakti Presiden Soeharto Yang Jadi Kenyataan, Salah Satunya Ditujukan Untuk Prabowo, Apa Katanya?

19 Des 2023 : 14.00 Views 2

Oposisicerdas.com Oposisicerdas.com Jenis Media: News

6 Ucapan Sakti Presiden Soeharto Yang Jadi Kenyataan, Salah Satunya Ditujukan Untuk Prabowo, Apa Katanya?

Selama menjabat sebagai kepala negara, Presiden Soeharto pernah beberapa kali menyampaikan wejangan dan pandangannya terhadap banyak hal.

Salah satu wejangan itu ia sampaikan kepada Prabowo Subianto yang saat itu masih menjadi bawahannya.

Kini, wejangan itu masih terus terngiang dan pandangannya terhadap banyak hal pun terbukti kebenarannya dan dikenang sebagai ucapan sakti Presiden Soeharto.

Lantas apa saja ucapan sakti yang disampaikan Soeharto?

Dikutip dari kanal YouTube Polemik pada Senin,18 Desember 2023 berikut 6 ucapan sakti Presiden Soeharto:

1. Cinta produk dalam negeri

Soeharto pernah berpesan kepada para remaja untuk mencintai produk dalam negeri. Pesan itu disampaikannya 28 tahun silam dalam agenda Temu Presiden Soeharto.

“Maka hanya dengan mencintai Tanah Air, maka para remaja yang sekarang nanti akan hidup tahun 2020 akan menjadi benteng untuk mempertahankan daripada kelangsungan hidup negara dan bangsa,” ujarnya.

Adapun tujuan mencintai produk dalam negeri dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup para pelaku usaha, terutama UMKM masa itu.

Sebab, pada masa itu pula sudah mulai muncul bibit kegemaran para anak muda akan produk luar negeri alias impor. Hal itu lantaran mereka terpengaruh dengan tren yang ada.

Dalam kesempatan itu, Soeharto berpesan kepada remaja-remaja kirap 1994 agar menjadi kader-kader yang mampu menyatukan bangsa.

Ia berharap, remaja saat itu bisa dipersiapkan untuk benar-benar mencintai Tanah Air, terutama mencintai produk dalam negeri.

Saat itu, Soeharto menyampaikan kekhawatirannya, di mana dalam pandangan pada 2020 akan bermunculan tren pakaian dari luar negeri.

Kemudian masyarakatnya pun lebih suka membeli produk impor tersebut ketimbang produk dalam negeri.

Percaya atau tidak, kekhawatiran Soeharto itu justru benar-benar terbukti saat ini. Bahkan ia memprediksi bahwa negara bisa hancur bila produk dalam negeri kurang peminat.

Sebab, akan berdampak pada perekonomian dalam negeri. Di mana pabrik akan tutup dan para karyawannya pun tidak bisa mendapat penghasilan untuk makanan sehari-hari.

2. Mundur dari Presiden

“Ada keinginan-keinginan agar saya mundur sebagai presiden,” kata Soeharto.

Pernyataan ini disampaikan dihadapan para wartawan setelah Soeharto bertemu dengan petinggi-petinggi negara.

“Saya mengadakan pertemuan dengan beberapa ulama dan juga tokoh-tokoh masyarakat dan juga pimpinan ABRI,” katanya.

Setelah meminta pendapat mereka karena krisis moneter yang melanda negara ini, Soeharto pun mengakui jika ada pihak yang memintanya untuk mundur dari jabatannya sebagai presiden.

Bagi Soeharto, mundur atau tidak bukanlah masalah baginya. Justru yang ia khawatirkan adalah situasi negara ketika berada di tangan pemimpin setelahnya.

Ia khawatir, setelah kemundurannya dari takhta presiden justru pemimpin setelahnya akan memperparah masalah yang ada.

Tahun 1998, dikenal sebagai masa kelam yang mungkin akan terus diingat oleh bangsa Indonesia. Demonstrasi besar-besaran dilakukan, menuntut The Smiling General lengser dari jabatannya.

Kondisi ekonomi dan politik Indonesia saat itu tidak stabil. Dan terjadilah pada 21 Mei 1998, Soeharto membacakan pidato pernyataan kemunduran dirinya.

“Saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia,” ujarnya.

3. Dunia sedang berubah

“Kita hidup dalam dunia yang sedang berubah,” kata Soeharto.

Ucapan itu mengingatkan bangsa Indonesia akan pembangunan di sektor ekonomi. Saat membuka sidang pertanggungjawaban RAPBN DPR/MPR RI pada 7 Januari 1993.

“Sebagai ketua gerakan kita terus berusaha sekuat tenaga melaksanakan semua keputusan yang telah diambil,” ujarnya.

Semua negara berlomba untuk mencapai tingkat ekonomi yang memadai bagi masing-masing negaranya, agar masyarakat Indonesia bisa meningkatkan daya saingnya di bidang ekonomi dan mendapat tempat di mata ekonomi global Indonesia.

Mengingat beliau adalah presiden yang sangat memperhatikan pembangunan di berbagai sektor. Dan yang paling utama adalah sektor perekonomian.

4. Masyarakat adalah perguruan tinggi

Presiden Soeharto juga pernah mengatakan bahwa masyarakat adalah perguruan tinggi yang paling tinggi.

Saat itu, Jenderal Bintang 5 ini sedang memberikan wejangan kepada mahasiswa yang sedang melakukan praktik lapangan.

“Kita tidak bisa hanya belajar di perguruan tinggi saja. Bahkan dalam masyarakat itu merupakan perguruan tinggi yang lebih tinggi,” ucapnya.

Untuk itu, Soeharto berpesan kepada para mahasiswa agar bisa belajar praktik dengan terjun langsung ke masyarakat dan tidak hanya berkutat pada teori semata.

5. Rahasia kehidupan manusia

“Kunci pokok daripada pengkhayatan Pancasila adalah Eka Prasetya Pancakarsa,” katanya.

Soeharto berpesan agar menjadi manusia yang mementingkan hal-hal besar dibandingkan hanya mementingkan diri sendiri.

6. Pesan kepada Prabowo Subianto

Soeharto adalah orang militer yang juga selalu memberikan wejangan kepada para prajuritnya, salah satunya adalah Prabowo Subianto yang saat itu masih menjadi bawahannya.

“Ojo lali, ojo dumeh, ojo ngoyo,” itulah pesan Soeharto kepada Prabowo.

Awalnya, Prabowo merasa kaget setelah diberi pesan tersebut oleh Soeharto. Namun belakangan, ia pun menyadari bahwa pesan tersebut syarat makna.

Setelah direnungkan, Prabowo pun menyadari makna dari perkataan mantan mertuanya itu.

Ojolali berarti jangan lupa. Artinya untuk tidak lupa dengan semua pelajaran yang pernah didapat, baik dari orang tua, agama, sekolah, hingga pelajaran militer.

Ojo dumeh yang berarti jangan sombong. Maknanya jangan menganggap remeh musuh. Sebab kesombongan bisa menjadi kelemahan.

Ojo ngoyo yang berarti jangan memaksakan diri. Soeharto berpesan agar jangan memaksakan kemampuan anak buahnya. Sebab, setiap manusia punya batas kemampuannya masing-masing. 

Foto: Kolase Prabowo Subianto dan Soeharto (Instagram @arsip_indonesia)

Sentimen: netral (93.4%)