LENGKONG, AYOBANDUNG.COM -- Kasus kopi sianida yang menyangkut nama Jessica Wongso kini kembali viral setelah tujuh tahun berlalu.

Peristiwa yang menyebabkan kematian Mirna Salihin tersebut kembali naik setelah Netflix merilis sebuah film dokumenter dengan judul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso.

Setelah film dokumenter tersebar luas, masyarakat banyak yang menyadari adanya kejanggalan dalam kasus kopi sianida hingga dugaan Jessica Wongso bukanlah pelaku sebenarnya.

Kini, kasus ini telah menyedot perhatian banyak pihak, hingga tercatat sebanyak 3.800 pengacara tergabung dalam Tim Aliansi Advokat pembela Jessica Wongso.

Kubu pembela Jessica Wongso belum lama ini telah melaporkan Edi Darmawan Salihin yaitu Ayah Mirna atas dugaan penghilangan alat bukti berupa CCTV.

Namun, laporan tersebut ditolak oleh pihak Bareskrim Polri karena bukti yang ada dinilai kurang kuat untuk membuat sebuah laporan polisi (LP).

Tak tinggal diam, para pembela Jessica Wongso Lantas melaporkan Edi Salihin langsung kepada Kapolri melalui proses aduan masyarakat atau dumas.

Baca Juga: Jokowi Tetapkan Jadwal Kenaikan Gaji PNS, TNI, Polri dan Pensiunan 2024, Cair Mulai Kapan? Ini Aturannya

Dalam sebuah podcast, ia membeberkan bahwa yang merekomendasikan Kafe Olivier bukanlah Jessica Wongso, melainkan Hani.

“Yang menentukan tempat itu bukan Jessica Wongso, dia chatting dengan Hani. ‘Hani kita mau minum di mana?’ mereka mengatakan minumnya cari aja di publik market atau di Olivier,” ucap Otto Hasibuan.

Setelah mendapatkan rekomendasi dari Hani, Jessica lantas melihat tempat tersebut melalui internet karena ia belum pernah mengunjungi tempat tersebut.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang merencanakan minum kopi di Kafe Olivier bukanlah Jessica Wongso, melainkan atas rekomendasi Hani.

“Jadi kalau perencanaan itu ada tentunya dia lah yang memang cari tempat, yang menawarkan itu adalah Hani,” kata Pak Otto Hasibuan.

Otto Hasibuan sangat yakin jika Jessica Wongso sebenarnya tidak bersalah dalam kasus ini.

Hal tersebut mengingat Kafe Olivier adalah tempat publik yang menurutnya sangat tidak aman jika ingin melakukan pembunuhan.***