Awas Ancaman Fenomena Mesin Ganti Tenaga Kerja Manusia
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Otomasi industri atau sederhananya pengoperasian pabrik disebut akan jadi fase yang harus dihadapi industri manufaktur, termasuk industri makanan dan minuman olahan di Indonesia. Fenomena otomasi pabrik menggunakan mesin-mesin lebih modern dan jadi otomatis ini disebut sebagai bagian dari upaya efisiensi pabrik.
"Efisiensi adalah hal normal dilakukan perusahaan. Dengan efisiensi mereka tetap bisa melakukan ekspansi," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman kepada CNBC Indonesia dikutip Kamis (23/11/2023).
"Tapi, saya yakin tidak akan ada gelombang PHK (pemutusan hubungan kerja) karena industri makanan dan minuman sendiri masih tumbuh ya. Investasi juga masih tumbuh, baik asing maupun dalam negeri," tambahnya.
Menurut Adhi, saat ini ada sekitar 4 juta tenaga kerja langsung di industri makanan dan minuman olahan.
"Otomasi di industri ini sudah akan jadi keharusan, nggak bisa nggak. Demi menjaga keberlanjutan industrinya. Kalau nggak, nggak bisa bersaing dan tantangan akan semakin berat," ujarnya.
"Itu sebabnya, kompetensi tenaga kerja kita harus ditingkatkan. Inovasi harus digalakkan supaya bisa meningkatkan kompetensi tenaga kerja kita," cetusnya.
Adhi mengatakan, otomasi pabrik akan memberi ruang bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi sehingga bisa lebih efisien.
"Mungkin penyerapannya nggak akan tumbuh banyak tapi saya yakin sih nggak akan ada gelombang PHK karena otomasi di pabrik makanan dan minuman ya. Karena, kalau efisiensi di satu daerah, dia akan ekspansi ke daerah lain. Artinya ada penyerapan tenaga kerja," ujarnya.
"Ekspansi bisa lebih mendekati ke pasar sehingga jadinya lebih efisien. Seperti sekarang, trennya ekspansi ke Jawa Timur sehingga bisa lebih dekat ke kawasan Indonesia Timur. Jadi lebih efisien ongkosnya kan," jelas Adhi.
Dia pun optimistis investasi dan pertumbuhan industri makanan dan minuman olahan masih akan terjadi.
"Tahun ini saya prediksi bisa tumbuh 5%, tahun lalu sekitar 4,9%. Tadinya diharapkan 7% tapi sepertinya berat. Investasi asing di industri makanan minuman saya yakin masih bisa tumbuh. Tahun lalu sekitar US$2,5 miliar, tahun ini sampai kuartal 3 sudah sekitar US$1,7 miliar. Investasi dalam negeri juga, tahun lalu Rp54 triliun, tahun ini sampai kuartal 3 sudah Rp45-an triliun," paparnya.
"Jadi masih akan tumbuh. Yang penting kompetensi tenaga kerja ditingkatkan karena standardnya meningkat," katanya.
Dia kembali menekankan, industri makanan dan minuman tidak akan mengalami penyusutan jumlah tenaga kerja secara total.
"Penurunan tenaga kerja nggak akan terjadi. Tapi yang akan terjadi adalah peralihan. Di satu daerah terjadi efisiensi karena otomasi, di daerah lain ekspansi dan menyerap tenaga kerja. Jadi seimbang," katanya.
"Switching (peralihan) dari manusia ke mesin memang terjadi. Tapi di tempat lain ada ekspansi artinya ada penyerapan tenaga kerja," pungkas Adhi.
[-]
-
Tsunami PHK Hantam Miliuner George Soros, Mau Bangkrut?(dce/dce)
Sentimen: positif (100%)