Sentimen
Informasi Tambahan
Kab/Kota: bandung, Semarang, Banjar
Kasus: Demam berdarah dengue
Tokoh Terkait
Dinkes Pastikan Tak Ada Rekayasa Genetik terkait Nyamuk Wolbachia
Medcom.id Jenis Media: News
Bandung: Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jawa Barat Vini Adiani Dewi menyatakan tidak ada rekayasa genetika terkait nyamuk Wolbachia. Pada dasarnya, Wolbachia merupakan bakteri yang dimiliki oleh beberapa jenis serangga. Vini mengatakan dari beberapa ilmu yang didapatkannya, bakteri Wolbachia merupakan bakteri alami pada sekitar delapan serangga dengan salah satunya lalat limbah. "Ternyata setelah diselidiki kalau nyamuk Aedes Aegypti diberikan bakteri Wolbachia maka si virus itu tidak hidup, jadi tidak ada rekayasa genetik karena bakterinya alamiah, hanya dipindahkan dari tubuh serangga lain dalam hal ini Aedes Aegypti," katanya, Rabu, 23 November 2023. Vini mengatakan bahwa penerapan bakteri Wolbachia ini untuk memutus rantai penularan virus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung. Program pemutusan rantai virus di Kota Bandung ini dipersiapkan sejak 2021, dengan menjadikan ibu kota Jawa Barat daerah percontohan pengembangbiakan Nyamuk Wolbachia bersama Jakarta Barat (DKI Jakarta), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT). "Jadi sebetulnya penerapan pemutusan rantai penularan DBD itu di Kota Bandung sudah dilaksanakan sejak tahun 2021 persiapannya, jadi sudah dilatih petugas, beberapa masyarakat dan sudah keluar Permenkesnya juga," ucap Vini. Meski demikian, Vini menegaskan masih akan menunggu arahan pemerintah pusat dalam pengembangbiakan Nyamuk Wolbachia di tiap kota/kabupaten di Jabar, terlebih masih ada polemik terkait hal ini. Yang pasti, kata dia, apabila pengembangbiakan Wolbachia bermanfaat bagi kesehatan khalayak banyak, Pemprov Jabar akan mendukung program tersebut. "Kalau bermanfaat kenapa tidak, kita amit-amit misalnya kena TBC lebih tenang karena sudah ada obatnya tinggal bagaimana kita mengobati dengan baik Tipes atau Demam Tifoid sudah ada obatnya tapi kalau DBD kan belum ada," tuturnya. Berdasarkan cara kerjanya, Vini berpendapat pengembangbiakan Wolbachia lebih baik dari pada menggunakan sistem fogging karena dapat mempengaruhi sistem kekebalan nyamuk menjadi lebih kebal, sehingga kurang efektif. "Kalau ini alamiah. Orang berpikiran nyamuk tetap ada betul karena itu alur rantai makanan jadi insyaallah ini tidak akan merusak siklus rantai makanan," ucapnya. Bakteri Wolbachia Aman Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menilai penggunaan nyamuk Wolbachia untuk memutus mata rantai DBD aman karena telah melalui berbagai pengujian klinis secara ilmiah oleh Kementerian Kesehatan. "Itu sudah melalui uji sebetulnya dan tujuannya baik, tentunya kita jangan terlalu reaktif (atas kritikan), jadi itu sudah diuji dulu sebelumnya. Tentunya nanti ada keuntungannya, kita percaya Kementerian Kesehatan sudah melakukan ujicoba dan aman," ucap Bey di Gedung Sate Bandung, Selasa, 21 November 2023. Karena itu menurut Bey, sosialisasi perlu diperluas terutama di daerah yang diujicobakan, sehingga masyarakat bisa menerima metode Wolbachia untuk menangkal DBD. Wolbachia merupakan bakteri yang bisa tumbuh di tubuh serangga kecuali nyamuk Aedes Aegypti. Melalui serangkaian percobaan, peneliti dunia berhasil memasukkan bakteri Wolbachia yang mampu mencegah replikasi virus dengue, ke dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti. Sehingga apabila nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah manusia mengandung virus dengue, maka dia akan resisten dan tidak akan menyebarkan ke dalam tubuh manusia yang lain. Bakteri Wolbachia bisa ditransfer melalui telur dan aman untuk manusia. Apabila nyamuk betina berwolbachia kawin dengan jantan tak berwolbachia, seluruh telurnya akan berwolbachia. Jika nyamuk jantan berwolcahia kawin dengan betina tak berwolbachia, maka telurnya tak akan menetas. Jika jantan dan betina berwolbachia kawin, maka keturunannya otomatis akan berwolbachia. Tetap Hati-hati Namun demikian, epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan Kementerian Kesehatan berhati-hati dengan penggunaan metode wWolbachia untuk mencegah DBD, karena berpotensi membentuk mutasi baru. Dinkes Jabar sendiri mencatat dari Januari-Juni 2023 ada 7.512 kasus DBD di Jabar, 49 di antaranya meninggal dunia. Kota Bandung penyumbang kasus DBD terbanyak di Jabar dengan 1.021 kasus, sedangkan yang paling sedikit Kota Banjar 20 kasus.
Bandung: Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Jawa Barat Vini Adiani Dewi menyatakan tidak ada rekayasa genetika terkait nyamuk Wolbachia. Pada dasarnya, Wolbachia merupakan bakteri yang dimiliki oleh beberapa jenis serangga.Vini mengatakan dari beberapa ilmu yang didapatkannya, bakteri Wolbachia merupakan bakteri alami pada sekitar delapan serangga dengan salah satunya lalat limbah.
"Ternyata setelah diselidiki kalau nyamuk Aedes Aegypti diberikan bakteri Wolbachia maka si virus itu tidak hidup, jadi tidak ada rekayasa genetik karena bakterinya alamiah, hanya dipindahkan dari tubuh serangga lain dalam hal ini Aedes Aegypti," katanya, Rabu, 23 November 2023.
Vini mengatakan bahwa penerapan bakteri Wolbachia ini untuk memutus rantai penularan virus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung.
Program pemutusan rantai virus di Kota Bandung ini dipersiapkan sejak 2021, dengan menjadikan ibu kota Jawa Barat daerah percontohan pengembangbiakan Nyamuk Wolbachia bersama Jakarta Barat (DKI Jakarta), Semarang (Jawa Tengah), Bontang (Kalimantan Timur), dan Kupang (NTT).
"Jadi sebetulnya penerapan pemutusan rantai penularan DBD itu di Kota Bandung sudah dilaksanakan sejak tahun 2021 persiapannya, jadi sudah dilatih petugas, beberapa masyarakat dan sudah keluar Permenkesnya juga," ucap Vini.
Meski demikian, Vini menegaskan masih akan menunggu arahan pemerintah pusat dalam pengembangbiakan Nyamuk Wolbachia di tiap kota/kabupaten di Jabar, terlebih masih ada polemik terkait hal ini.
Yang pasti, kata dia, apabila pengembangbiakan Wolbachia bermanfaat bagi kesehatan khalayak banyak, Pemprov Jabar akan mendukung program tersebut.
"Kalau bermanfaat kenapa tidak, kita amit-amit misalnya kena TBC lebih tenang karena sudah ada obatnya tinggal bagaimana kita mengobati dengan baik Tipes atau Demam Tifoid sudah ada obatnya tapi kalau DBD kan belum ada," tuturnya.
Berdasarkan cara kerjanya, Vini berpendapat pengembangbiakan Wolbachia lebih baik dari pada menggunakan sistem fogging karena dapat mempengaruhi sistem kekebalan nyamuk menjadi lebih kebal, sehingga kurang efektif.
"Kalau ini alamiah. Orang berpikiran nyamuk tetap ada betul karena itu alur rantai makanan jadi insyaallah ini tidak akan merusak siklus rantai makanan," ucapnya. Bakteri Wolbachia Aman
Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menilai penggunaan nyamuk Wolbachia untuk memutus mata rantai DBD aman karena telah melalui berbagai pengujian klinis secara ilmiah oleh Kementerian Kesehatan.
"Itu sudah melalui uji sebetulnya dan tujuannya baik, tentunya kita jangan terlalu reaktif (atas kritikan), jadi itu sudah diuji dulu sebelumnya. Tentunya nanti ada keuntungannya, kita percaya Kementerian Kesehatan sudah melakukan ujicoba dan aman," ucap Bey di Gedung Sate Bandung, Selasa, 21 November 2023.
Karena itu menurut Bey, sosialisasi perlu diperluas terutama di daerah yang diujicobakan, sehingga masyarakat bisa menerima metode Wolbachia untuk menangkal DBD.
Wolbachia merupakan bakteri yang bisa tumbuh di tubuh serangga kecuali nyamuk Aedes Aegypti. Melalui serangkaian percobaan, peneliti dunia berhasil memasukkan bakteri Wolbachia yang mampu mencegah replikasi virus dengue, ke dalam tubuh nyamuk Aedes Aegypti.
Sehingga apabila nyamuk Aedes Aegypti menghisap darah manusia mengandung virus dengue, maka dia akan resisten dan tidak akan menyebarkan ke dalam tubuh manusia yang lain.
Bakteri Wolbachia bisa ditransfer melalui telur dan aman untuk manusia. Apabila nyamuk betina berwolbachia kawin dengan jantan tak berwolbachia, seluruh telurnya akan berwolbachia.
Jika nyamuk jantan berwolcahia kawin dengan betina tak berwolbachia, maka telurnya tak akan menetas. Jika jantan dan betina berwolbachia kawin, maka keturunannya otomatis akan berwolbachia. Tetap Hati-hati
Namun demikian, epidemiolog Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengingatkan Kementerian Kesehatan berhati-hati dengan penggunaan metode wWolbachia untuk mencegah DBD, karena berpotensi membentuk mutasi baru.
Dinkes Jabar sendiri mencatat dari Januari-Juni 2023 ada 7.512 kasus DBD di Jabar, 49 di antaranya meninggal dunia.
Kota Bandung penyumbang kasus DBD terbanyak di Jabar dengan 1.021 kasus, sedangkan yang paling sedikit Kota Banjar 20 kasus.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
(MEL)
Sentimen: positif (100%)