Perbedaan Hasil Survei Indikator Politik dan Charta Politika Terhadap Para Capres dan Cawapres

16 Nov 2023 : 15.49 Views 2

Harianjogja.com Harianjogja.com Jenis Media: News

Perbedaan Hasil Survei Indikator Politik dan Charta Politika Terhadap Para Capres dan Cawapres

Harianjogja.com, JAKARTA—Sejumlah lembaga survei telah mempublikasikan temuan mereka mengenai elekabilitas peserta kontestasi Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.

Sekadar informasi, Pilpres 2024 kemungkinan akan diikuti oleh tiga pasangan calon (paslon). Ketiganya antara lain paslon Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Nama yang ditulis terakhir adalah paslon yang cukup banyak disorot pada hari ini. Selain karena calon wakil presidennya yakni Gibran Rakabuming Raka merupakan anak dari presiden yang sedang menjabat, majunya Gibran sebagai pendamping Prabowo juga dilandaskan kepada putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah terbukti cacat secara etik.

BACA JUGA: Survei Indikator: Munculnya Gibran Pengaruhi Elektabilitas Ganjar-Mahfud

Kendati demikian, pihak Prabowo-Gibran tetap memastikan bahwa mereka akan terus melaju. Kedua paslon itu bahkan tercatat memiliki elektabilitas melejit di tengah sentimen negatif yang meliputinya.

Menariknya, survei untuk Prabowo-Gibran tidak bulat. Ada lembaga survei yang menempatkan paslon ini unggul dibanding lainnya, tetapi ada pula yang sebaliknya.

Berikut perbedaan survei Prabowo-Gibran versi Indikator Politik dan Charta Politika. Temuan Indikator Politik Data terbaru Indikator Politik menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar bahwa Gibran Rakabuming Raka menjadi calon wakil presiden, maka akan meningkatkan elektabilitas Prabowo Subianto.

Peneliti utama Indikator, Burhanuddin Muhtadi mengatakan pihaknya telah melayangkan pertanyaan soal kesadaran masyarakat terkait Gibran menjadi cawapres Prabowo. Hasilnya, elektabilitas Prabowo-Gibran pasca pendaftaran ke KPU naik 5% menjadi 41,7%.

Menariknya, kesadaran masyarakat soal Gibran ini justru memberikan efek terhadap pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD. Pasalnya, elektabilitas pasangan yang diusung koalisi PDI Perjuangan ini menurun 34,8%.

"Semakin aware bahwa Gibran cawapres Pak Prabowo itu elektabilitas Pak Prabowo naik, sementara elektabilitas Mas Ganjar turun, jadi kelihatan kalau di data jelas menunjukkan efek Gibran itu sangat negatif buat Mas Ganjar," kata Burhanuddin pada YouTube Indikator Politik Indonesia, Minggu (12/11/2023).

BACA JUGA: Elektabilitas Prabowo-Gibran Unggul di Pulau Jawa Menurut Survei Lanskap

Sementara itu, dukungan Gibran sebagai cawapres Prabowo juga ikut meningkat 10,4 persen dari hasil survei sebelumnya 51,2% menjadi 61,6%. Alhasil, pemilih kurang setuju Gibran menjadi cawapres Prabowo menjadi turun 7,6% menjadi 26,5%.

Sebagai informasi, survei ini melibatkan ribuan responden dengan umur minimal 17 tahun lebih atau sudah menikah dengan metode multistage random sampling 1220 orang yang terdistribusi dari seluruh Provinsi secara proporsional. Adapun, survei ini dilakukan secara tatap muka dengan pewawancara terlatih dengan estimasi margin eror plus minus 2,9%.

Beda Survei Charta Politika

Survei terbaru Charta Politika menunjukkan Gibran Rakabuming Raka cenderung menjadi beban elektoral untuk Prabowo Subianto. Isu politik dinasti dan sentimen anti Presiden Joko Widodo (Jokowi) diyakini menjadi alasan utamanya.

Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menjelaskan, fenoma itu terlihat dalam simulasi dua pasangan atau potensi putaran kedua pilpres. Awalnya, dalam simulasi tiga nama terlihat hasil yang tidak jauh berbeda dari survei sebelumnya.

Pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD (36,8%) dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming (34,7%) bersaing ketat, meninggalkan cukup jauh pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (24,3%).

Menurut Yunarto, hasil lebih menarik dilihat dalam simulasi dua pasangan. Pertama, Ganjar-Mahfud (45,5%) akan unggul apabila melawan Anies-Imin (34,4%). Kedua, Prabowo-Gibran (50,3%) akan cukup telak apabila melawan Anies-Imin (29%). Ketiga, Prabowo-Gibran (43,5%) unggul tipis apabila melawan Ganjar-Mahfud (40,6%).

“Artinya, terkonfirmasi ada pola yang sama bahwa ada kecenderungan di tiga nama tidak banyak berubah, tapi penurunan cukup tajam terhadap Pak Prabowo itu terjadi ketika simulasi dua nama,” jelas Yunarto ketika memaparkan hasil survei secara daring, Senin (6/11/2023).

Dia menyimpulkan, Prabowo cenderung punya pendukung sendiri yang tidak terlalu terganggu ketika simulasi tiga pasangan. Meski demikian, dalam simulasi dua pasangan atau potensi putaran kedua pilpres, pemilih Anies (jika tidak lolos ke putaran kedua seperti simulasi ketiga) mulai ragu memilih Prabowo.

“Pemilih Mas Anies yang tadinya mayoritas ini memilih Pak Prabowo mulai ragu. Sebagian ke Mas Ganjar tidak banyak, tetapi lebih banyak lagi ke undecided voters [pemilih yang belum menentukan pilihan],” kata Yunarto.

Menurutnya, data itu menunjukkan adanya kekecewaan dari pemilih Anies kepada Prabowo karena memilih putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi)—Gibran Rakabuming—sebagai cawapres pendamping di Pilpres 2024.

“Tidak kaget ya, pemilih Anies cenderung pemilih yang bisa dikatakan anti-Jokowi. Dulu [pemilih Anies] banyak bersinggungan dengan pemilih Pak Prabowo di 2019, mungkin masih memaafkan Pak Prabowo jadi menteri tapi ketika menggandeng anaknya, kena isu politik dinasti dan lain-lain,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Yunarto meyakini Gibran sudah menjadi beban elektoral untuk Prabowo. Dia melihat, jika isu politik dinasti atau ‘Mahkamah Keluarga’ semakin disadari masyarakat maka akan menghalangi Prabowo-Gibran unggul. “Baik di simulasi dua nama atau tiga nama,” tutup Yunarto.

Survei Charta ini diselenggarakan pada 26 – 31 Oktober 2023 dengan jumlah 2400 responden yang tersebar di seluruh Indonesia. Wawancara responden secara langsung dan dipilih menggunakan metode acak bertingkat, dengan margin of error kurang lebih 2 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Bisnis.com

Sentimen: negatif (99.9%)