Sentimen
Negatif (79%)
16 Nov 2023 : 07.47
Tokoh Terkait

BMKG Sebut Tahun 2023 Pecahkan Rekor Panas

16 Nov 2023 : 14.47 Views 3

Antvklik.com Antvklik.com Jenis Media: News

BMKG Sebut Tahun 2023 Pecahkan Rekor Panas

Antv – Menurut informasi dari Organisasi Meteorologi Dunia, tahun 2023 telah mencatat rekor sebagai tahun dengan suhu tertinggi sepanjang sejarah, sehingga panasnya sangat terasa.

Kabar ini disampaikan oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati.

"Dari data Organisasi Meteorologi Dunia, bulan Juli-Agustus 2023. Tercatat sebagai tiga bulan terpanas sepanjang sejarah, dengan menyimak evolusi iklim 2023, tahun ini berpeluang besar akan menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah pencatatan iklim," kata Dwikorita, Rabu (15/11/2023).

"Suhu panas di tahun 2023 mengalahkan saat terjadi El Nino kuat di tahun 2016. Bahkan organisasi meteorologi dunia menyimpulkan, ada potensi terjadinya kekeringan yang besar akibat tren kenaikan suhu sebagai dampak perubahan iklim ini," ujarnya.

Ia mengemukakan bencana iklim di tahun 2023, terjadi di level global, di antaranya Italia, Yunani, Afrika Utara yang pada bulan Juli 2023, suhunya mencapai 47 derajat Celcius. Bahkan Amerika di bagian barat mencapai 53 derajat Celsius, dan selama 31 hari berurutan, suhu mencapai lebih dari 43 derajat Celsius.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya, akibat dari gelombang panas yang terjadi di banyak tempat secara bersamaan, dan bulan Juli 2023. Tercatat sebagai bulan terpanas sepanjang sejarah, rata-rata lebih panas dari 30 tahun sebelum ini," ucapnya.

Ia menyebutkan untuk sementara Indonesia masih berada di kondisi yang relatif aman. Di mana kemungkinan besar disebabkan oleh wilayahnya yang lembab dan dikelilingi oleh samudera yang lebih luas dari daratan.

"Namun harus diwaspadai, gaya hidup bisa menyebabkan kekeringan secara lokal. Saat El Nino bisa berdampak pada kekeringan selama tiga bulan lebih, dan trennya akan semakin meningkat," katanya.

Ia mengemukakan dampak lanjut dari kenaikan suhu akibat gaya hidup tidak ramah lingkungan yang berakibat pada kekeringan. Ini akan berujung pada terganggunya ketahanan pangan di pertengahan abad 21 atau sekitar tahun 2050.

Untuk menghadapi krisis iklim global tersebut, Dwikorita menekankan pentingnya upaya adaptasi dan mitigasi melalui tiga pilar yang saling terkoneksi. Yakni kebijakan, pelayanan dan sains.

"Terjadi peningkatan kerentanan pada stok pangan dunia, dan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Hampir 500 juta petani skala kecil yang memproduksi lebih dari 80 persen stok pangan dunia akan sangat terdampak, karena paling rentan terhadap perubahan iklim," tandasnya.

Sentimen: negatif (79.8%)