Sentimen
Positif (88%)
12 Nov 2023 : 20.25
Informasi Tambahan

Event: Rezim Orde Baru

Kasus: nepotisme, korupsi, Tragedi Kudatuli

Partai Terkait

Sampaikan Pidato Politik, Megawati Soroti Putusan MKMK hingga Singgung Penculikan Aktivis

12 Nov 2023 : 20.25 Views 2

Medcom.id Medcom.id Jenis Media: News

Sampaikan Pidato Politik, Megawati Soroti Putusan MKMK hingga Singgung Penculikan Aktivis

Jakarta: Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik bertajuk Suara Hati Nurani. Megawati menyoroti dinamika teranyar di Mahkamah Konstitusi (MK) hingga menyinggung kasus penculikan aktivis di era orde baru. Memulai pidatonya, Megawati memuji keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) terkait kasus pelanggaran etik hakim konstitusi. Melalui putusannya, MKMK memecat Anwar Usman dari jabatannya sebagai Ketua MK karena dinilai melakukan pelanggaran kode etik berat dalam memutus perkara terkait syarat usia minimal calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres). "Keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konsitusi telah memberikan cahaya terang di tengah kegelapan demokrasi. Keputusan MKMK tersebut menjadi bukti bahwa kekuatan moral, politik kebenaran, dan politik akal sehat tetap berdiri kokoh meski menghadapi rekayasa hukum konstitusi," ucap Megawati dalam pidatonya yang disiarkan kanal YouTube PDIP, Minggu, 12 November 2023. Ia mengaku prihatin kasus pelanggaran etik terjadi di MK. Ia menyebut konstitusi adalah pranata kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diikuti dengan lurus. Ia menyebut konstitusi tidak hanya ditaati sebagai sebuah hukum dasar tertulis. Namun, konstitusi itu harus memiliki ruh.  "Ia (konstitusi) mewakili kehendak, tekad, dan cita-cita tentang bagaimana bangunan tata pemerintahan negara disusun dan dikelola dengan sebaik-baiknya seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa," ucap Megawati.   Ia mengingatkan konstitusi merupakan amanat dari reformasi yang lahir dari praktik kekuasaan yang otoriter di era orde baru. Kala itu, kultur otoriter dan sangat sentralistik melahirkan nepotisme, kolusi, dan korupsi. "Praktik kekuasaan yang seperti inilah yang mendorong lahirnya reformasi. Semangat reformasi yang berkobar-kobar itu, menggerakkan rakyat, hingga masuklah zaman demokrasi," ujarnya.  Presiden ke-5 Indonesia itu mengatakan bukan proses mudah untuk mencapai demokrasi. Banyak peristiwa memilukan yang terjadi dan masih dikenang sampai saat ini. Seperti peristiwa Kudatuli, serta tragedi Trisakti dan Semanggi. "Hingga berbagai peristiwa penculikan para aktivis, bagian dari rakyat, dan lain lain. Mereka banyak saksi-saksi hidup, yang sampai saat ini berdiam diri. Semua menjadi wajah gelap demokrasi," ungkap Megawati.

Jakarta: Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politik bertajuk Suara Hati Nurani. Megawati menyoroti dinamika teranyar di Mahkamah Konstitusi (MK) hingga menyinggung kasus penculikan aktivis di era orde baru.
 
Memulai pidatonya, Megawati memuji keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) terkait kasus pelanggaran etik hakim konstitusi. Melalui putusannya, MKMK memecat Anwar Usman dari jabatannya sebagai Ketua MK karena dinilai melakukan pelanggaran kode etik berat dalam memutus perkara terkait syarat usia minimal calon presiden-wakil presiden (capres-cawapres).
 
"Keputusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konsitusi telah memberikan cahaya terang di tengah kegelapan demokrasi. Keputusan MKMK tersebut menjadi bukti bahwa kekuatan moral, politik kebenaran, dan politik akal sehat tetap berdiri kokoh meski menghadapi rekayasa hukum konstitusi," ucap Megawati dalam pidatonya yang disiarkan kanal YouTube PDIP, Minggu, 12 November 2023.
Ia mengaku prihatin kasus pelanggaran etik terjadi di MK. Ia menyebut konstitusi adalah pranata kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diikuti dengan lurus. Ia menyebut konstitusi tidak hanya ditaati sebagai sebuah hukum dasar tertulis. Namun, konstitusi itu harus memiliki ruh. 
 
"Ia (konstitusi) mewakili kehendak, tekad, dan cita-cita tentang bagaimana bangunan tata pemerintahan negara disusun dan dikelola dengan sebaik-baiknya seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa," ucap Megawati.
 
Ia mengingatkan konstitusi merupakan amanat dari reformasi yang lahir dari praktik kekuasaan yang otoriter di era orde baru. Kala itu, kultur otoriter dan sangat sentralistik melahirkan nepotisme, kolusi, dan korupsi.
 
"Praktik kekuasaan yang seperti inilah yang mendorong lahirnya reformasi. Semangat reformasi yang berkobar-kobar itu, menggerakkan rakyat, hingga masuklah zaman demokrasi," ujarnya. 
 
Presiden ke-5 Indonesia itu mengatakan bukan proses mudah untuk mencapai demokrasi. Banyak peristiwa memilukan yang terjadi dan masih dikenang sampai saat ini. Seperti peristiwa Kudatuli, serta tragedi Trisakti dan Semanggi.
 
"Hingga berbagai peristiwa penculikan para aktivis, bagian dari rakyat, dan lain lain. Mereka banyak saksi-saksi hidup, yang sampai saat ini berdiam diri. Semua menjadi wajah gelap demokrasi," ungkap Megawati.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(AGA)

Sentimen: positif (88.8%)