Sentimen
Negatif (94%)
9 Nov 2023 : 16.40
Informasi Tambahan

Brand/Merek: Chanel

Survei 0.9 Persen, Partai Anak Muda, Tapi Caranya Jadul Banget, Ada Mobilisasi!

9 Nov 2023 : 23.40 Views 3

Fin.co.id Fin.co.id Jenis Media: Nasional

Survei 0.9 Persen, Partai Anak Muda, Tapi Caranya Jadul Banget, Ada Mobilisasi!

Editor: Rizal Husen |  

Rabu 08-11-2023,20:04 WIB

Baliho Kaesang PSI yang terpasang di Kabupaten Subang-fin/diolah-

FIN.CO.ID - Eks Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto masifnya baliho PSI (Partai Solidaritas Indonesia) yang diketuai Kaesang Pangarep di sejumlah wilayah di Indonesia. Disinyalir, pemasangan baliho PSI tersebut dimobilisasi oleh kekuatan tertentu. 

Jika ingin suasana demokrasi di Indonesia cerah lagi, Andi Widjajanto meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) harus kembali berkomitmen untuk bersama-sama menjaga marwah demokrasi di Tanah Air. 

"Iya kalau beliau kembali berkomitmen. Misalnya saya biarkan anak saya berkompetisi secara sehat. Baik itu Gibran sebagai cawapres Prabowo maupun Kaesang di PSI. Biarkan berkompetisi dengan fair dan sehat," ujar Andi Widjajanto seperti dikutip fin.co.id dari Chanel Youtube Abraham Samad Speak UP berjudul Bocoran Rahasia Ancaman Bahaya Di Pilpres, Jika Politik Dinasti Gibran Jokowi Diteruskan pada Rabu, 8 November 2023. 

Andi Widjajanto menyinggung PSI yang belakangan ini memasang baliho bergambar Kaesang Pangarep secara masif di sejumlah daerah. 

BACA JUGA:

"Jangan misalnya tiba-tiba kalau hari ini disurvei antara 0.9 sampai 2 persen, sehingga secara akal sehat semua orang tahu kekuatan partainya di daerah," imbuh Andi Widjajanto. 

Dia mengatakan anak ranting di suatu kecamatan pasti tahu ada sesuatu yang tidak wajar di wilayahnya. 

"Misalnya anak ranting PDIP di suatu kecamatan pasti tahu di kecamatan itu ada anggota PSI atau tidak. Kalau di level anak ranting kecamatan PDIP bisa mendirikan 2 baliho, lalu tiba-tiba di daerah itu PSI ada 20. Kan pasti ada pertanyaan ini siapa yang masang," urainya. 

Andi Widjajanto menyebut keupnormalan seperti itu langsung bisa terasa. Apalagi terlihat secara kasat mata. Dia menambahkan politik itu adalah sesuatu yang bergerak cukup lama di bawah. 

BACA JUGA:


Gadis Cantik Subang yang Bilang 'Kami Muak' di Depan Baliho Kaesang Pangarep Diduga Diintimidasi dan Diancam-fin/diolah-X Twitter

Seperti Golkar, PDIP, PPP, dan PKB yang sejarahnya bisa diketahui oleh semua orang. Termasuk wilayah yang menjadi kantong basis-basis parpol tersebut. 

"Jadi begitu melihat anomali ini langsung terasa. Oh gak mungkin dilakukan oleh anak rantingnya partai itu. Apalagi yang 0.9 persen. Gak mungkin dilakukan partai itu. Pasti ada mobilisasi yang luar biasa. Nah itu dilakukan dengan koridor demokrasi nggak?" tanya Andi Widjajanto.

Putra almarhum Mayjen TNI (Purn) Theo Syafei ini menegaskan tahu siapa yang memasang baliho-baliho PSI bergambar Kaesang anak bungsu Jokowi tersebut. 

"Kalau misalnya PSI menunjukkan iya kami punya relawan sampai anak-anak ranting yang kekuatannya melebihi PDIP sebagai partai nomor 1 ya jempol. Tapi begitu tiba-tiba bukan, kita tahu persis siapa yang masang. Nah ini abuse of power," tukasnya. 

Andi Widjajanto yang pernah jadi orang dekat Jokowi ini juga menyindir PSI yang dinilainya masih menggunakan pola-pola lama. Padahal, klaimnya partainya anak muda.

"Ini partai anak muda. Tapi caranya kok kuno banget. Jadul banget. Ini mudanya dimana," papar Andi Widjajanto. 

BACA JUGA:

Jokowi Sutradara Sekaligus Produser Drakor

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut politik tanah air saat ini diwarnai drakor (drama korea) atau sinetron. Eks Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto menegaskan dalam drama tersebut Presiden sebagai sutradara sekaligus produsernya. 

Menurut Andi Widjajanto saat ini telah terjadi mendung demokrasi di Indonesia. Ini terjadi karena adanya barikade yang dipasang untuk menghambat demokrasi. 

"Biasanya kan barikade itu darang dari negara luar. Misalnya tidak suka Indonesia maju. Nah ini gak. Barikadenya datang dari kita sendiri dari dalam ntuk menghambat demokrasi itu," kata Andi Widjajanto seperti dikutip fin.co.id dari Chanel Youtube Abraham Samad Speak UP berjudul Bocoran Rahasia Ancaman Bahaya Di Pilpres, Jika Politik Dinasti Gibran Jokowi Diteruskan pada Rabu, 8 November 2023. 

Barikade yang dimaksud Andi Widjajanto adalah dinasti abuse of power yang dilakukan oleh keluarga presiden. "Baik presidennya, paman, anak, adik. Kita merasa ada itu," imbuhnya. 

BACA JUGA:


Media Jerman Handelsblatt yang mengkritik Jokowi Gibran Abschied von der Demokratie - Selamat Tinggal Demokrasi-fin - Handelsblatt -

Agar hal itu normal dan tidak terjadi peristiwa seperti tahun 1997 atau 1998, barikadenya harus diangkat. Yang bisa mengangkat barikade tersebut adalah presiden Jokowi. 

"Sederhana kok. Kembali ke koridor demokrasi. Stop abuse of power dengan menggunakan hukum," lanjutnya. 

Andi Widjajanto menegaskan sesuatu yang legal harus legitimate. Sesuatu yang legal harus benar secara etika. Dia juga meminta stop memobilisasi aparat. 

Negara harus memberikan kesempatan yang sama kepada semua partai, semua pasangan, semua caleg untuk berkompetisi pada Pemilu 2024 mendatang secara fair. 

BACA JUGA:

Andi Widjajanto juga menyentil Jokowi yang menyebut situasi politik di tanah air banyak drama politik. Presiden menggunakan kalimat drakor atau sinetron. 

"Pada acara di Golkar, Pak Jokowi mengatakan jangan lagi ada drama-drama politik. Ini bisa reda kalau sutradara dan produsernya main normal. Mbah politik di Indonesia, siapapun orangnya itu pasti presiden. Kalau dia bergerak ke kanan politiknya akan terasa. Kalau Pak Jokowi bilang drama, ya sudah bapak itu sutradara. Bapak itu produser. Ya hentikan drama-drama yang tidak bapak inginkan supaya tidak mengganggu demokrasi," tegas Andi Widjajanto. 

Sebagai presiden, kata Andi Widjajanto, Jokowi memiliki data yang sangat lengkap. Jokowi tahu persis semua skenario dan risiko yang kemungkinan akan terjadi. 

"Saya sebagai mantan gubernur Lemhanas, menkopolhukam, Mensesneg pernah memberikan kajian-kajian. Termasuk risiko-risiko yang kemungkinan bisa terjadi. Semua sudah disampaikan. Beliau tahu persis. Datanya lengkap. Nah sekarang harapannya Pak Jokowi kembali ke komitmen yang dulu menjadikan dia presiden tahun 2014," jelas Andi Widjajanto.

BACA JUGA:

Jokowi: Jelang Tahun Politik Banyak Sekali Drama

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai menjelang tahun politik banyak sekali drama yang muncul di Tanah Air. 

Dia pun meminta dalam demokrasi yang harus dibangun saat memasuki tahun politik adalah menampilkan pertarungan gagasan, bukan perasaan.

"Karena saya melihat akhir-akhir ini yang kita lihat adalah terlalu banyak dramanya, terlalu banyak drakornya, terlalu banyak sinetronnya. Sinetron yang kita lihat. Mestinya 'kan pertarungan gagasan, mestinya kan pertarungan-pertarungan ide, bukan pertarungan perasaan," katanya saat memberikan sambutan pada Puncak Perayaan HUT ke-59 Partai Golkar di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin, 6 November 2023 malam.

Jokowi menyinggung kompetisi dalam politik itu adalah hal biasa, begitu juga keinginan setiap calon presiden untuk menang.

BACA JUGA:

Namun di samping kompetisi, ia menegaskan bahwa demokrasi yang berkualitas, yang tidak memecah belah adalah yang harus ditunjukkan kepada masyarakat, bukan demokrasi yang saling menjelekkan dan memfitnah.

Jokowi juga mengajak agar dapat membangun demokrasi yang menghasilkan solusi terhadap masalah-masalah bangsa, yang menghasilkan strategi untuk kemajuan bangsa.

"Kalau yang terjadi pertarungan perasaan, repot semua kita. Tidak usah saya teruskan karena nanti ke mana-mana," kata Jokowi.

Presiden juga mengingatkan bahwa calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) yang memenangkan kontestasi Pemilu 2024 tidak boleh sombong atau jumawa.

Begitu juga dengan capres-cawapres yang kalah Pemilu tidak boleh murka. "Ini adalah pertandingan antaranggota keluarga sendiri, antarsesama anak bangsa yang sama-sama ingin membangun negara kita Indonesia," kata Presiden.


Presiden Jokowi di HUT Partai Golkar ke-59 -fin - airlangga hartarto-X Twitter

BACA JUGA:

 

DAPATKAN UPDATE BERITA FIN LAINNYA DI Google News

Sumber:

Sentimen: negatif (94%)