Sentimen
Negatif (100%)
3 Nov 2023 : 12.22
Informasi Tambahan

Kab/Kota: London, Berlin, Yerusalem, Oslo

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Makna Slogan Pro Palestina 'From The River to The Sea' dan Asal Usulnya

3 Nov 2023 : 12.22 Views 13

Detik.com Detik.com Jenis Media: Metropolitan

Makna Slogan Pro Palestina 'From The River to The Sea' dan Asal Usulnya

Jakarta -

'From the river to the sea, Palestine will be free' merupakan slogan yang kerap dikumandangkan oleh masyarakat Palestina dan para pendukungnya. Demonstran pro Palestina di berbagai negara menggunakan slogan ini.

Slogan yang artinya 'Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka' ini sejatinya memiliki makna dan akar yang lebih kompleks, menurut para analis. Lantas apa arti 'From the river to the sea, Palestine will be free' dan bagaimana asal usulnya?

Dilansir Al Jazeera, slogan 'From the river to the sea' artinya menyerukan kebebasan dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania, atas tanah Palestina. Slogan ini telah menarik perhatian setelah kerap digunakan oleh para demonstran pro-Palestina di seluruh dunia Barat, dan ada pihak yang berusaha untuk membatasi penggunaannya.

-

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti dalam berbagai aksi dan seruan gencatan senjata untuk mengakhiri pemboman Israel yang tak henti-hentinya di Gaza, Palestina. Dalam aksi dan seruan tersebut kerap diselingi dengan slogan 'From the river to the sea, Palestine will be free' atau yang artinya 'Dari sungai hingga laut, Palestina akan merdeka'.

Kontroversi Penggunaan 'From The River to The Sea'

Bagi masyarakat Palestina dan para pendukungnya, seruan slogan 'From the river to the sea, Palestine will be free' artinya mengekspresikan keinginan untuk bebas dari penindasan di tanah bersejarah Palestina oleh Israel.

Namun, bagi Israel dan para pendukungnya, 'From the river to the sea, Palestine will be free' dilabeli sebagai pro-Hamas, dan seruan terselubung untuk melakukan kekerasan yang mengandung muatan anti-Semit.

Seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (2/11/2023), berikut beberapa pihak yang melarang penggunaan slogan atau seruan tersebut antara lain:

Partai Buruh Inggris, pada Senin (30/10/2023) menskors Anggota Parlemen Andy McDonald karena menggunakan frasa "between the river and the sea" dalam pidatonya di sebuah demonstrasi pro-Palestina.Menteri Dalam Negeri Inggris, Suella Braverman menggambarkan demonstrasi pro-Palestina sebagai "pawai kebencian" dan memperingatkan bahwa slogan tersebut harus ditafsirkan sebagai indikasi keinginan kekerasan untuk melenyapkan Israel.Asosiasi Sepakbola di Inggris juga telah melarang para pemain untuk menggunakan slogan tersebut di akun media sosial pribadi mereka.Polisi Austria mengambil sikap yang sama, melarang demonstrasi pro-Palestina atas dasar nyanyian tersebut dan mengklaim bahwa slogan tersebut, yang awalnya dirumuskan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), telah diadopsi oleh kelompok bersenjata Hamas.Pihak berwenang Jerman juga menyatakan bahwa slogan tersebut terlarang dan dapat didakwa serta meminta sekolah-sekolah di ibukota Berlin untuk melarang penggunaan keffiyeh, syal Palestina.Asal-usul Munculnya Slogan 'From The River to The Sea'

Setelah didirikan oleh diaspora Palestina pada tahun 1964 di bawah kepemimpinan Yasser Arafat, Organisasi Pembebasan Palestina (Palestine Liberation Organization/PLO) menyerukan pendirian satu negara yang membentang dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania untuk mencakup wilayah-wilayah bersejarahnya.

Perdebatan mengenai pemisahan wilayah itu sudah ada sebelum pembentukan negara Israel pada tahun 1948. Sebuah rencana yang diajukan setahun sebelumnya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membagi wilayah tersebut menjadi negara Yahudi - yang menduduki 62 persen dari wilayah yang dulu merupakan mandat Inggris - dan negara Palestina yang terpisah ditolak oleh para pemimpin Arab pada saat itu.

Sejak saat itu, lebih dari 750.000 warga Palestina telah terusir dari rumah mereka dalam peristiwa yang dikenal dengan nama Nakba, atau "malapetaka".

Kepemimpinan PLO kemudian menerima prospek solusi dua negara, tetapi kegagalan proses perdamaian Oslo pada tahun 1993 dan upaya Amerika Serikat untuk menengahi kesepakatan akhir di Camp David pada tahun 2000 yang mengarah pada Intifada kedua, pemberontakan massal Palestina, sejak itu telah mengakibatkan pengerasan sikap.

Beda Interpretasi Makna antara Palestina dan Israel

Menurut para pengamat, penggunaan slogan 'From the river to the sea, Palestine will be free' memiliki interpretasi yang berbeda bagi Palestina dan Israel. Perbedaan mengenai makna slogan tersebut tergantung pada istilah penggunaan kata 'free' atau 'merdeka'.

Nimer Sultany, seorang dosen hukum di School of Oriental and African Studies (SOAS) di London yang juga warga negara Israel keturunan Palestina, mengatakan bahwa kata sifat tersebut mengekspresikan "perlunya kesetaraan bagi semua penduduk Palestina yang bersejarah".

Kebebasan di sini mengacu pada fakta bahwa warga Palestina telah ditolak untuk mewujudkan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri sejak Inggris memberikan hak kepada orang-orang Yahudi untuk mendirikan tanah air nasional di Palestina melalui Deklarasi Balfour pada 1917.

Puluhan ribu demonstran pro-Palestina di London, Inggris disertai beberapa kelompok Yahudi turut menyatakan bahwa slogan 'From the river to the sea, Palestine will be free' tidak dapat diartikan sebagai anti-Semit. "Kontroversi ini dibuat-buat untuk mencegah solidaritas di Barat terhadap Palestina," katanya.

Namun, para pengamat pro-Israel berpendapat bahwa slogan tersebut memiliki efek yang mengerikan. "Bagi warga Yahudi Israel, apa yang dikatakan oleh frasa ini adalah bahwa antara Sungai Yordan dan Laut Tengah, akan ada satu entitas, yang akan disebut Palestina - tidak akan ada negara Yahudi - dan status orang Yahudi dalam entitas apa pun yang muncul akan sangat tidak jelas," kata Yehudah Mirsky, seorang rabi yang berbasis di Yerusalem dan profesor Studi Timur Dekat dan Yudaisme di Universitas Brandeis.

"Ini terdengar lebih seperti ancaman daripada janji pembebasan. Slogan tersebut tidak menjanjikan masa depan di mana orang Yahudi dapat memiliki kehidupan yang utuh dan menjadi diri mereka sendiri," ujarnya, seraya menambahkan bahwa slogan tersebut mempersulit kaum sayap kiri Israel untuk mengadvokasi dialog.

Mirsky berpendapat bahwa mereka yang meneriakkan slogan tersebut adalah "pendukung Hamas", sementara Sultany menyatakan bahwa para demonstran pro-Palestina tidak boleh disamakan dengan para pendukung kelompok bersenjata tersebut, yang merupakan pengecualian dalam aksi yang dihadiri ribuan orang itu.

(wia/imk)

Sentimen: negatif (100%)