Sentimen
Positif (87%)
2 Nov 2023 : 20.13
Partai Terkait

PDIP: MK Tempatnya Para Begawan Hukum Bukan Pemain Teater

2 Nov 2023 : 20.13 Views 2

Jitunews.com Jitunews.com Jenis Media: Nasional

PDIP: MK Tempatnya Para Begawan Hukum Bukan Pemain Teater

putusan MK dianggap terkesan mengakomodir kepentingan elite-elite politik tertentu

JAKARTA, JITUNEWS.COM- Politisi PDI Perjuangan (PDIP), Darmadi Durianto menyoroti putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal batas usia calon wakil presiden yang banyak menuai cibiran dari berbagai kalangan.

Hal itu dikarenakan putusan MK dianggap terkesan mengakomodir kepentingan elite-elite politik tertentu, putusan tersebut juga dianggap tidak mencerminkan prinsip keadilan hukum secara substansial.

"Sejatinya setiap putusan hakim yang eksekutable harus mengandung beberapa hal. Pertama, mengandung ethos (integritas). Kedua, pathos (pertimbangan yuridis bukan politis). Ketiga, logos (dapat diterima akal sehat)," kata Politikus PDIP, Darmadi Durianto kepada wartawan di Gedung DPR RI, Kamis (02/11/2023).

Soal Hak Angket MK, DPD: Percayakan Kepada MKMK

"Jika ketiga hal ini tidak nampak, para pemutus dalam hal ini para Hakim MK patut dipertanyakan kredibilitas dan kapabilitasnya," imbuh dia.

Selain itu dan yang paling penting, lanjut Bendahara Megawati Institute ini, idealnya tiap putusan harus berdasarkan pada idee des recht.

"Kalau mengutip apa yang dikatakan Gustav Radbruch idealnya setiap putusan harus didasarkan pada tiga prinsip utama yaitu keadilan (gerechtigkeit), kepastian (rechtsicherheit) dan kemanfaatan (zwechmassigkeit)" papar pria bergelar Assc Prof Dr ini.

MK, tegas anggota DPR RI dari Fraksi PDIP ini, bukanlah panggung teater yang mempertunjukkan kedunguan intelektual.

"MK tempatnya para begawan hukum yang sudah paripurna dari segala kepentingan bersifat pragmatis. Para hakim MK sekarang terlihat seperti para pemain teater yang hanya bekerja atas naskah/script yang dibuat sutradara dari luar," sindirnya.

Padahal, jelas dia, jika merujuk pada bunyi pasal 1 UU no 4 Tahun 2004 bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka dalam menyelenggarakan peradilan berdasarkan pada Pancasila.

"Harusnya mereka bekerja atas dasar hukum bukan atas dasar pesanan oligarki," tegasnya.

Kondisi semacam ini, kata dia, mengingatkannya pada sebuah cerita dongeng karya Hans Christian Andersen (The Emperor's New Clothes).

"Dalam dongeng ini diceritakan ada seorang raja memamerkan baju kebesarannya dengan berjalan-jalan ke tempat publik, di tengah kerumunan sekumpulan anak-anak kecil mencela bahwa raja tersebut sebenarnya sedang telanjang. Tentu ini metafor.

Artinya, raja atau simbol kekuasaan sebenarnya sedang mempertontonkan kebodohannya dengan segala kemegahannya di hadapan rakyat," kata Darmadi.

"Para hakim MK dengan jubah hukum kebesarannya pun persis seperti cerita dongeng itu tadi yaitu mempertontonkan kebodohannya secara telanjang di hadapan rakyat," tukasnya.

Pencabutan Baliho dan Bendera PDIP di Bali, TB Hasanuddin: Kami Tersinggung

Sentimen: positif (87.7%)