Kalau Gibran 'Unik' Seperti Jusuf Kalla, Pasangan Prabowo di Pilpres 2024 Tak Perlu Mundur dari PDIP

26 Okt 2023 : 16.32 Views 3

Ayobogor.com Ayobogor.com Jenis Media: Regional

Kalau Gibran 'Unik' Seperti Jusuf Kalla, Pasangan Prabowo di Pilpres 2024 Tak Perlu Mundur dari PDIP

AYOBOGOR.COM - Keunikan dalam kontestasi Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) mungkin bisa kembali terjadi pada Pemilu 2024.

Ini berkaitan dengan Gibran Rakabuming Raka, kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang melaju di kontestasi Pilpres 2024 tanpa restu partainya.

Langkah calon wakil presiden (cawapres) pasangan Prabowo Subianto itu mengingatkan publik terhadap sosok Jusuf Kalla.

Politikus senior Partai Golongan Karya (Golkar) tersebut tercatat memenangkan kontestasi Pilpres sebanyak dua kali tanpa dukungan partainya.

Hal berkebalikan malah terjadi ketika dirinya didukung oleh partai. JK, sapaan Jusuf Kallah, justru kalah dalam kontestasi per lima tahun tersebut.

Pengalaman JK di Pilpres bermula pada Pemilu 2004. Saat itu, konvensi Partai Golkar memilih Wiranto untuk menjadi presiden, didampingi Salahuddin Wahid.

Namun JK, tanpa keluar dari partai berlambang pohon beringin itu, memutuskan untuk menerima pinangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kala itu, Pilpres diikuti oleh lima pasangan. Di antaranya Wiranto-Salahuddin, Megawati-Hasyim, Amien-Siswono, SBY-JK, dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.

Pilpres 2004 pun berlangsung dengan dua putaran, di mana Wiranto-Salahuddin justru tidak lolos.

Putaran kedua sendiri mempertandingankan Megawati-Hasyim dan SBY-JK. Hasilnya SBY dan JK yang menang.

Berbekal pengalaman menang, Golkar kemudian mencoba peruntungan dengan mendukung JK sebagai calon presiden (capres) yang mengambil wakil Wiranto.

Sayang, Golkar yang mengusung JK justru kalah. Sementara pemenang adalah SBY yang mengambil Boediono sebagai pasangannya.

Pada Pilpres 2014 Jusuf Kalla kembali menang setelah menerima pinangan Joko Widodo (Jokowi). Sementara Golkar yang mendukung Prabowo-Hatta Rajasa justru kalah.

Karena itu, beredar mitos kalau pasangan yang didukung Golkar pasti kalah, kendati terpatahkan pada Pemilu 2019. Mitos kedua, JK punya 'keunikan' kendati tak pernah melepaskan jas kuningnya.

Gibran tidak direstui PDIP

PDIP sendiri mempunyai pasangan yang mereka usung. Pasangan itu adalah Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Namun saat pasangan itu tercetus, Gibran, kadernya, justru berpaling dari partai.

Wali Kota Solo sekaligus putra pertama Jokowi itu justru menerima pinangan dari lawan Ganjar-Mahfud, yaitu Prabowo.

Pasangan Prabu (Prabowo-Gibran Rakabuming), kemudian mendaftar ke KPU meskipun status kepartaian Gibran masih tanda tanya.

Prabowo berujar, sudah sejak lama dirinya ingin menemui Megawati untuk memperbincangkan hal ini. Namun Menteri Pertahanan itu tidak pernah diberi kesempatan.

"Sudah berusaha berkali-kali. Saya sudah meminta waktu, tapi belum dapat waktu. Saya sudah cukup lama ingin bertemu," ujar Prabowo di Jakarta, Selasa, 24 Oktober 2023 malam.

Dia pun berujar bahwa hubungannya dengan PDIP masih baik, kendati tidak bisa memastikan keanggotaan Gibran. "Belum jelas apakah beliau keluar atau tidak keluar," ujar Prabowo.

Sementara itu, juru bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Chico Hakim memberi bocoran soal status Gibran di PDIP.

Dia mengatakan sebelum Gibran mendaftarkan diri ke KPU, sepekan sebelumnya sudah meminta izin maju di kontestasi Pilpres 2024.

Hal itu disampaikan kepada Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Arsjad Rasjid.

"Mas Gibran sudah minta izin menyatakan maju sebagai cawapres ke mbak Puan dan mas Arsjad seminggu yang lalu," kata Chico, dikutip dari kanal YouTube MetroTV, Kamis, 26 Oktober 2023.

Kendati begitu, hingga hari ini Gibran belum menyerahkan kartu tanda anggota kepartaiannnya, di samping belum menyerahkan surat pengunduran diri.

"Dan juga, sampai saat ini belum menggelar rapat sikap apa yang akan diberikan," kata dia.

Mungkin Gibran mencoba peruntungan seperti Jusuf Kalla. Kendati begitu, sikap PDIP bisa saja berbeda seperti Golkar di masa lalu.

Sentimen: positif (99.2%)