Sentimen
Informasi Tambahan
Event: vaksinasi, Idul Adha 1441 Hijriah
Grup Musik: APRIL
Hewan: Sapi, Monyet
Kab/Kota: bandung, Grogol, Setiabudi, Petamburan, Jatinegara, Kembangan, Kebayoran Lama
Kasus: covid-19
Partai Terkait
Tokoh Terkait
Penyebaran Cacar Monyet, 98 Persen Pasien Terinfeksi Akibat Perilaku Seks Menyimpang
Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional
PIKIRAN RAKYAT - Penularan virus monkeypox (mpox) atau cacar monyet dari manusia ke manusia mudah terjadi saat ada kontak yang erat dan dekat dengan penderita, terlebih bersentuhan dengan cairan pada lesi atau ruam berbintil pada permukaan kulit. Potensi penularan terbesar pun bisa terjadi pada pelaku seks menyimpang dan berganti-ganti pasangan.
"Beberapa literatur medis menyebutkan memang penularan paling sering adalah melalui hubungan seksual, terutama pada hubungan sesama jenis. Penularan paling banyak karena kontak erat dengan penderita yang ada ruam atau lesi pada kulit, terutama di daerah genital," kata Yovita Hartantri, dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsulen Penyakit Tropik dan Infeksi, di Bandung pada Rabu, 25 Oktober 2023.
Yovita menuturkan, bahwa Jurnal Kesehatan The New England menunjukkan penelitian terbaru tentang karakteristik diagnosa dan kondisi klinis mpox. Para peneliti melaporkan 528 infeksi yang terdiagnosa antara 27 April 2022 - 24 Juni 2022, dari 16 negara. Secara umum, 98 persen pasien terinfeksi adalah gay atau biseksual.
Kasus cacar monyet itu memiliki beberapa cara penularan. Paling banyak adalah kontak seksual yang dekat sebanyak 95 persen. Lalu, ada penularan melalui kontak dekat nonseksual (1%), kontak dalam lingkup rumah tangga (1%), dan cara transmisi lainnya (3%).
Baca Juga: Puan Maharani Bantah Jokowi-PDIP Renggang Akibat Penolakan Presiden Tiga Periode
"Tempat-tempat ditemukan cacar monyet positif dengan pemeriksaan PCR, paling banyak pada lesi di kulit dan area anogenital, yaitu mencapai 97 persen," kata Yovita, yang berpraktik di RS Hasan Sadikin dan RS Santo Borromeus itu.
Tempat-tempat lainnya ditemukan cacar monyet positif melalui pemeriksaan PCR adalah pada swab hidung dan tenggorokan (26%), pada darah (7%), pada air kencing (3%), dan pada air mani (5%). Lokasi lesi itu pun paling banyak tampak di area anogenital, lalu tungkai, wajah, dan telapak tangan atau kaki.
Menurut Yovita, penularan utama memang dari cairan di dalam lesi, yaitu ruam dengan bintil yang tampak tegas bentuknya. Lesi itu bisa pecah sehingga saat bersentuhan dengan cairan di dalamnya langsung bisa tertular.
Ruam itu mulanya masih datar dan hanya tampak kemerahan, lalu makin lama makin membesar seperti bentuk cacar air. Cairan di dalamnya lama-lama berisi seperti nanah, kemudian dia pecah dan menjadi bentuk keropeng.
"Bukan hanya kontak langsung, tapi juga dengan benda yang terkontaminasi dengan virusnya. Misalnya pakaian yang dipakai, sprei pada tempat tidur, handuk, dan lainnya. Bila benda-benda tersebut dipakai bersama, maka bisa terjadi penularan," ucapnya.
Penularan mudah terjadi pada penderita ODHAMenurut Yovita, proses penularan bisa terjadi berbeda pada setiap orang. Infeksi umumnya tidak terjadi dalam satu kali kontak. Akan tetapi, orang dengan HIV AIDS (ODHA) lebih mudah untuk tertular.
ODHA memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga lebih besar kemungkinannya untuk tertular dan terinfeksi. Namun, apabila ODHA itu sudah rutin minum obat ARV sehingga ada perbaikan dalam sistem imunnya, maka gejala yang dia alami tidak akan terlalu berat. Namun, apabila kondisi ODHA itu juga sudah pada stadium berat maka dikhawatirkan kondisi cacar monyet yang dialami juga menjadi berat.
Baca Juga: 90.000 Dosis Vaksin Didistribusikan untuk Cegah Cacar Sapi di Jabar Jelang Idul Adha
Ditambahkannya, penularan cacar monyet memang tidak semudah Covid-19 hanya dengan droplet. Penularannya terdeteksi pada orang-orang tertentu sehingga seharusnya bisa dicegah.
Pencegahan itu utamanya adalah tidak melakukan kontak erat dengan pengidap mpox, apalagi bersentuhan dengan lesi pada kulitnya. Pencegahan juga dilakukan dengan tidak menggunakan barang-barang yang sama dengan penderita cacar monyet karena kemungkinan sudah ada lekatan cairan lesi di permukaannya.
"Orang yang sakit mpox juga seharusnya mengisolasi diri. Bila dirawat di rumah, seharusnya tidak pergi ke mana-mana. Saat sudah merasakan gejala, harus isolasi sampai 4 minggu supaya lesi itu tidak menularkan lagi," tuturnya.
Gejala yang disebutkannya mulai dari demam dengan nyeri otot dan sendi, lalu terjadi perbesaran kelenjar, dan kemudian terbentuk ruam. Ruam itulah yang kemudian menjadi lesi dengan cairan di dalamnya.
Virus itu pun umumnya akan sembuh sendiri apabila daya tahan tubuh baik. Pasien hanya perlu isitrahat dan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit. Apabila ada kondisi lain yang memberatkan, misalnya muncul juga infeksi karena bakteri, barulah pasien melakukan perawatan dan isolasi di rumah sakit.
Orang yang menjaga penderita cacar monyet pun harus menjaga dirinya supaya tidak kontak dengan pasien. Misalnya dengan menggunakan masker, sarung tangan medis, dan tidak berbagi penggunaan barang. Di RS pun, petugas medis biasanya menggunakan alat pelindung diri yang lengkap seperti gaunnya, masker, sarung tangan, dan google penutup area mata.
Baca Juga: Temukan Kasus Cacar Monyet di Jakarta, Kemenkes Pastikan dari Transmisi Lokal
Pertambahan kasus mpox di JakartaRilis Kementerian Kesehatan pada 23 Oktober 2023 menyebutkan bahwa kasus konfirmasi cacar monyet bertambah menjadi 7 kasus sejak pertama kali dilaporkan pada 13 Oktober 2023. Totalnya ada 8 kasus dihitung sejak pertama kali terkonfirmasi di pertengahan 2022. Seluruh kasus ditemukan di wilayah DKI Jakarta.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu, rincian kasus itu adalah 1 kasus dari Jatinegara, Mampang 1 kasus, Kebayoran Lama 1 kasus, Setiabudi 2 kasus, Grogol Petamburan 1 kasus, dan Kembangan 1 kasus. Seluruh pasien sedang menjalani perawatan intensif di ruang isolasi di sejumlah RS di Jakarta. Perawatan akan dilakukan hingga luka mengering dengan sempurna.
Ia menyampakan data bahwa seluruh pasien terkonfirmasi mpox adalah laki-laki usia produktif. Sekitar 71% adalah laki-laki berusia 25-29 tahun, sementara 29% di antaranya adalah laki-laki berusia 30-39 tahun. Terdapat 6 pasien mpox merupakan Orang Dengan HIV (ODHIV) dan memiliki orientasi Biseksual.
“Untuk kondisinya, semua baik dan stabil. Kita pantau secara ketat dan terus menerus. Saat ini kita juga sedang memonitor pihak-pihak yang melakukan kontak erat dengan pasien,” ucap Maxi.
Karena penambahan kasus ini, Maxi mengatakan bahwa Kemenkes melakukan upaya penanggulangan. Setidaknya ada 3 upaya yang dilakukan di antaranya upaya surveilans, terapeutik, dan vaksinasi.
Upaya surveilans dilakukan dengan penyelidikan epidemiologi dan penyiapan laboratorium pemeriksa. Terapeutik dengan memberikan terapi simtomatis, pemenuhan logistik antivirus khusus cacar monyet, serta pemantauan kondisi pasien.
Kemenkes juga akan melakukan vaksinasi cacar monyet terutama pada populasi yang paling berisiko. Kriteria penerima vaksin cacar monyet adalah laki-laki yang dalam 2 minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan sesama jenis dengan atau tanpa status ODHIV.
Vaksinasi cacar monyet rencananya akan dilaksanakan mulai tanggal 24 Oktober 2023 dengan jumlah sasaran sekitar 447 orang. Vaksinasi akan diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta yakni klinik Carlo serta Puskesmas yang berada di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, dan Jakarta Barat.
Vaksin produksi Bavarian Nordic itu diberikan dalam 2 dosis dengan interval 4 minggu. Vaksin itu telah memiliki Sertifikat Pelulusan Vaksin (Certificate of Release) dari Badan POM yang terbit pada 17 Maret 2023.
“Stok vaksin Monkeypox kita aman. Saat ini, sebanyak 991 vial vaksin Monkeypox sudah didistribusikan ke Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk memenuhi kebutuhan program vaksinasi Monkeypox yang akan mulai diberikan Oktober ini,” tuturnya.***
Sentimen: negatif (98.5%)