Muka Dua Jokowi Keliru Mega Bergeming dan AMIN Diuntungkan

Keuangan News Keuangan News Jenis Media: Nasional

23 Okt 2023 : 00.49
Muka Dua Jokowi Keliru Mega Bergeming dan AMIN Diuntungkan

Oleh : Damai Hari Lubis – Pengamat Hukum & Politik Mujahid 212

KNews.id – Muka dua Jokowi dalam bentuk dualisme merugikan dirinya, siasatnya menjadi King Maker untuk Prabowo Subianto demi memojokan Megawati dalam perang prestise ( adu gengsi ) yang Ia kobarkan kepada Mega, agar buktikan bahwa pilihannya Prabowo lebih digandrungi oleh banyak partai dibanding Ganjar sosok pilihan Mega, sehingga Jokowi melalui show force presentasikan bukti prestasi karyanya, membentuk koalisi partai Gerindra, Golkar dan PAN lalu menyusul belakangan ” partai pencuci mulut ” PSI. plus bonus, Partai Demokrat, partai yang ” memiliki historis khusus dengan Anies “.

Tahapan misi ” perang prestise ” dalam merekrut dan menghimpun partai, Jokowi nyata lebih unggul dari Mega, selain misi ” kekesalannya “, Ia ngin membuktikan, walau dirinya sering dikatakan oleh Mega sebagai ” petugas partai ” namun nyata lebih berprestasi daripada sang bos partai berlogo kepala banteng, Ia lebih piawai kumpulkan partai untuk berkoalisi, namun subtantif misi pencapaian target prestasinya yakni Mega menyerah kalah dengan wujud PS. Capres – Ganjar Cawapres, nyatanya kandas. Mega bergeming dan pantang menyerah, Mega tidak mau didikte oleh Jokowi, walau stressing kepada Mega dilakukan ” oleh Jokowi melalui Mahkamah Konstitusi/ MK “.

Pola manuver memperalat MK. yang ketua MK – nya adalah adik ipar Jokowi, Anwar Usman, semata bertujuan agar ada bayangan untuk Mega dan para pengurus PDIP, bahwa bakal cawapres dari Prabowo adalah sosok Gibran RR anak biologisnya, jika Mega menolak PS. – Ganjar, geliat penetrasi Jokowi kepada Mega, melalui MK ” diperankan oleh seorang figur individu WNI yang berdomisili di Solo “, kampung halaman Jokowi, sampai akhirnya petitum gugatan/ JR ke MK lanjut bergulir dan berhasil, ” usia dibawah 40 dikabulkan dengan catatan pernah menjadi kepala daerah “, namun keberhasilan ” Gibran lewat vonis MK pada 12 Oktober 2023 “, sebagai instrumen penetrasi, nyatanya tak dihiraukan oleh Megawati. Mega tetap kekeh, justru tancap gas, pilih Moh. Mahfud MD. sebagai Cawapres Ganjar, lalu segera mendaftar ke KPU pada Kamis, 19 Oktober 2023.

Dampak yang ada atas kegagalan Jokowi dalam perang prestise dan prestasi kepada Mega yang memang sudah kenyang asam garam politik, maka partai – partai yang diharap Jokowi berkoalisi antara pecinta Jokowi dan pengikut Mega untuk memperoleh kembali kemenangan cita – cita Jokowi bersama PDIP. dan demi mempertahankan sistim yang telah Jokowi bangun, yang jika kalah, diprediksi nasibnya akan sangat memprihatinkan, selain highrisk bagi pertanggungjawaban hukum terhadap diri – diri dan kelompok mereka.

Dibidang politik, ekonomi, dan hukum, diantaranya termasuk projek IKN, penjualan pulau – pulau, agenda P. Rempang, dan HGB dan HGU yang ratusan tahun untuk WNA/ China di IKN serta sistim hukum yang faktanya masih kritis pengakuan publik, seperti omnibuslaw, Keppres No.17/ 2022 & Inpres No. 2/ 2023 yang materinya terkait dengan peristiwa pemberontakan 30 PKI 1965. Maka diskresi politik ini, nyata kontroversial, karena malah merugikan para korban keganasan PKI. Maka misi dan visi Jokowi yang sebenarnya ” tak jelas arah menurut banyak pengamat, ” malah berat kesan ( cenderung ) ke komunis gaya baru tentunya akan porak poranda.

Tentunya gejala perkembangan politik ” muka dua Jokowi “, mendatangkan keberuntungan bagi bakal capres – cawapres lainnya, para individu dan kelompok besar yang pada kurun waktu 2014 – 2023, merasakan realitas daripada gaya kepemimpinan Jokowi via data empirik-nya yang hobi berbohong melalui obral janji politik, namun hampir seluruhnya ingkar, maka umumnya publik menilai karakter kepemimpinan dan sistim manajerial Jokowi adalah tanpa kejelasan agenda ( manajemen tradisoniil ) yang acak – acak an, maka otomatis mayoritas publik jemu, bosan dan kapok, akhirnya berlapis dan menggulung menambah gelombang arus besar kelompok pendukung AMIN ( Capres Anies – Cawapres Gus Imin ) yang bukan didukung oleh Jokowi, kelompok yang justru berharap perubahan pada banyak sistim, terkecuali sistim yang dirasa memang sudah cukup baik.

Pasangan AMIN oleh publik diprediksikan jika pemilu pilpres 2024 ini Luber dan Jurdil, bisa jadi AMIN menang satu putaran oleh sebab pecahbatunya kekuatan wong cilik dan partai pendukung rezim.

Namun fenomena apalagi yang akan membuat publik terperangah, akibat gagalnya manuver Jokowi memperjuangkan Prabowo capres – Ganjar cawapres, akibat Mega yang saklek dengan prinsip, tak mau kalah dengan petugas partai, lalu apakah Prabowo dengan kesadaran diri, akan menyatakan mundur dari kontestan capres, atau kah butuh penetrasi hukum yang absolut dari Jokowi, juga melalui hasil gugatan perkara yang ada saat ini, di gedung yudikatif tempat semenda berkarya di MK. yakni melalui putusan, ” Bahwa usia diatas 70 dilarang dan dinyatakan tidak dapat mengikuti pemilu pilpres “. Jika seperti ini ujungnya, patutkah Prabowo dikasihani, dirinya hanya sebagai bola politik bahkan untuk kali keberapa, oleh Jokowi yang lebih cerdas diatas dirinya satu digit/ satu level

Atau kah gejala – gejala yang eksis antara Jokowi dan Mega merupakan bagian dari sandiwara politik, yang dituntun oleh eksternal, setidaknya mirip gaya perang asimetris, antara kapitalis liberalis dengan dan komunis kapitalisme, salah satu dasar dugaan adalah, ” kenapa Jokowi tidak diberhentikan sebagai anggota partai oleh Mega selaku Ketum PDIP. walau sudah jelas – jelas Jokowi mengolok – olok melalui dirinya, Gibran maupun melalui Kaesang yang kini menjadi Ketum PSI ? ”  (Zs/NRS)

Sentimen: negatif (97%)