Sentimen
Informasi Tambahan
BUMN: Garuda Indonesia
Kab/Kota: Hongkong
Tiga Hari Menguat, Rupiah Tinggalkan Rp15.700/US$
Keuangan News Jenis Media: Nasional
KNews.id – Nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) sudah mulai menguat selama 3 hari terakhir dan semakin konsisten meninggalkan level Rp15.700/US$, akan tetapi secara mingguan masih harus rela ditutup melemah lagi.
Melansir data Refinitiv, mata uang Garuda pada pekan yang berakhir Jumat (13/10/2023) bertengger di Rp15.680/US$. Posisi ini melanjutkan tren penguatan rupiah dan menjadi tiga hari beruntun. Sementara secara mingguan, rupiah masih relatif melemah 0,48% terhadap dolar AS.
Penguatan rupiah secara harian sejalan dengan the Greenback yang mulai melemah, pada Jumat kemarin indeks dolar DXY di posisi 106,34 atau melemah 0,24% jika dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (12/10/2023) yang ditutup di angka 106,60.
Namun, dalam basis mingguan rupiah masih harus rela tersungkur terhadap dolar AS, pasalnya mata uang Tanah Air ini sempat menguji posisi Rp15.730/US$ pada Selasa lalu. Oleh karena itu, pelemahan pada minggu ini tetap melanjutkan tren ambruknya rupiah selama enam minggu terakhir.
Apabila dibandingkan dengan negara lain, pelemahan rupiah pekan ini menjadi yang paling kedua setelah mata uang won Korea Selatan. Sementara yang paling kuat di Asia pada pekan ini ada bath Thailand, melesat 1,84%, kemudian disusul dolar Hongkong 0,09%.
Sentimen utama yang mendorong rupiah melemah pekan ini adalah inflasi AS yang hasilnya lebih panas dari perkiraan. Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen (Consumer Price Index/CPI) tercatat 3,7% (year on year/yoy) pada September 2023, laju yang sama seperti bulan sebelumnya. Akan tetapi, angka ini lebih tinggi daripada proyeksi ekonom yang sebesar 3,6%.
Sementara secara bulanan (month to month/mtm), inflasi melambat dari 0,6% pada Agustus 2023 menjadi 0,4 % pada Agustus 2023, sebagian disebabkan oleh rendahnya tekanan dari harga energi. Namun, inflasi inti, yang tidak memperhitungkan volatilitas harga energi dan pangan, tetap stabil di angka 0,3% (mtm). Inflasi inti turun tipis dari 4,3% menjadi 4,1% pada basis tahunan (yoy).
Data inflasi tersebut membuat pasar kecewa karena mencerminkan masih panasnya ekonomi AS. Kondisi ini bisa berujung pada ketatnya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ke depan. Inflasi September masih jauh dari target sasaran The Fed yakni 2%.
Kendati demikian, walaupun rupiah melemah secara mingguan tetapi rupiah selama tiga hari terakhir sudah mulai menguat. Hal ini lantaran data ekspor dan impor China mengalami perbaikan secara tahunan.
Ekspor dari China menyusut 6,2% yoy menjadi US$299,13 miliar pada September 2023, menyusul penurunan sebesar 8,8% pada bulan sebelumnya, dan lebih baik dari perkiraan penurunan sebesar 7,6%. Sedangkan data impor ke China menyusut 6,2% yoy menjadi US$221,4 miliar pada September 2023, melambat dari penurunan 7,3% pada bulan sebelumnya. (Zs/CNBC)
Sentimen: negatif (99.9%)