Sentimen
Positif (100%)
12 Okt 2023 : 15.55
Informasi Tambahan

Kab/Kota: bandung, Cimahi, Beijing

Kasus: covid-19, bullying, kekerasan seksual

Partai Terkait
Tokoh Terkait

Hari Anak Perempuan Sedunia, Pemahaman Kesetaraan Gender Perlu Ditanamkan Orangtua Sedini Mungkin

Pikiran-Rakyat.com Pikiran-Rakyat.com Jenis Media: Nasional

12 Okt 2023 : 15.55
Hari Anak Perempuan Sedunia, Pemahaman Kesetaraan Gender Perlu Ditanamkan Orangtua Sedini Mungkin

PIKIRAN RAKYAT - Seperti juga anak laki-laki, anak perempuan juga harus menyadari hak-hak dasarnya dan memaksimalkan potensi yang dimiliki. Dukungan pengasuhan di rumah dan lingkungan masyarakat yang tidak membatasi anak perempuan, bisa memperbesar potensi anak-anak perempuan dalam perubahan dunia yang lebih baik.

Hal itu merupakan latar belakang dari peringatan Hari Anak Perempuan Internasional setiap tanggal 10 Oktober. Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan tidak berlaku hanya ketika dewasa, tapi juga saat anak-anak. Anak-anak perempuanlah yang di masa depan akan menjadi pekerja, ibu, wirausaha, pembimbing, bahkan pemimpin di dunia politik.

Kemampuan anak perempuan untuk menyadari akan potensinya harus dimulai dari rumah. Pola pengasuhan dan pola komunikasi ke anak perempuan harus mampu mendorong anak perempuan untuk aktif dan tidak lagi pasif.

Menurut psikolog Dono Baswardono, pada dasarnya, gaya parenting untuk anak lelaki dan perempuan sama saja. Namun, ada nilai-nilai yang dianut oleh orangtua yang sangat dipengaruhi oleh budaya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk mengidentifikasi apa nilai-nilai yang mereka percayai tentang anak perempuan dan lelaki.

Baca Juga: Peringatan Hari Anak Nasional 2023 di Cimahi: Mewaspadai Dampak Buruk Teknologi

"Agar anak perempuan tumbuh dan berkembang optimal, lakukan beberapa hal seperti mendorong anak perempuan untuk mengejar passion tertentu atau suatu tujuan karier. Dan, biasakan anak perempuan mengambil keputusan untuk berbagai hal dalam kehidupannya," ucapnya di Bandung, 11 Oktober 2021.

Selain itu, kata Dono, orangtua juga harus bisa mendorong anak perempuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Anak perempuan tidak perlu terlalu diproteksi atau diintervensi.

Anak perempuan juga harus didorong untuk berani mengambil risiko, khususnya risiko fisik. Dalam pengasuhannya, mereka juga harus difasilitasi untuk mudah bekerja sama dengan anak perempuan lainnya.

Tujuan parenting yang mendorong kemampuan anak itu, menurut Dono, sebaiknya sama saja antara anak lelaki dan perempuan. Meskipun bisa saja ada perbedaan pada urutan prioritasnya.

Pertama adalah pengasuhan orangtua harus bisa memenuhi kebutuhan rasa aman anak. Orangtua harus mampu membuat anak merasa dicintai, dihargai, didengar, dan dipedulikan.

"Pengasuhan orangtua harus mengajarkan berbagai keterampilan hidup seperti kecakapan mengelola perasaan, keterampilan merawat diri, dan keterampilan berhubungan. Anak perempuan pun bisa mengembangkan disiplin diri yang akan mempengaruhi rasa harga diri dan rasa percaya dirinya," ujar Dono yang merupakan pendiri lembaga Life Guide Cornerstone.

Dono mengatakan, membesarkan anak perempuan memiliki tantangannya sendiri. Tantangan yang dihadapi orangtua dalam membesarkan anak perempuan biasanya berhubungan dengan kemauan mereka yang sangat kuat.

"Mereka biasanya cerdas, bersemangat, dan terfokus. Mereka kerap memiliki pandangan sendiri yang bisa saja sangat berbeda dari pendapat orangtuanya. Perasaan mereka juga intens. Perubahan fisik dan hormonal yang mereka alami juga banyak mengubah mereka secara mental dan emosional," tuturnya.

Baca Juga: Cegah Perundungan Anak, Bupati Kuningan Terbitkan Surat Edaran

Kondisi anak perempuan dan tantangan zaman

Berdasarkan data Proyeksi Penduduk Interim 2020-2023 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak perempuan pada 2022 mencapai 38.701.446 ( 48,69 persen). Sementara, jumlah anak laki-laki mencapai 40.784.978 (51, 31 persen).

Dalam Profil Anak Indonesia 2022 yang dikeluarkan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, aspek teknologi juga diperlihatkan perbandingannya antara anak perempuan dan anak laki-laki. Akses internet yang dilakukan oleh anak-anak menjadi sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari sebagai bagian dari adanya perkembangan di masyarakat.

Hasil analisis atas persentase anak umur 7-17 tahun yang menggunakan telepon seluler tahun 2021, berdasarkan Data Susenas, menunjukkan bahwa ada 63,81 persen anak perempuan di perkotaan yang memiliki telepon seluler. Sementara, ada 52,55 persen anak perempuan di perdesaan yang telah memiliki telepon seluler.

Jumlah itu bahkan lebih tinggi dari anak laki-laki. Data Susenas 2021 menunjukkan ada sebanyak 61 persen anak laki-laki di perkotaan dan 50,83 persen anak laki-laki di perdesaan yang sudah memiliki telepon seluler.

Namun, bila melihat angka partisipasi anak perempuan dalam kegiatan sosial masyarakat, jumlahnya sangat sedikit. Secara keseluruhan, persentase partisipasi anak adalah kurang dari 5 persen. Dari yang sedikit itu, anak laki-laki disebutkan lebih banyak yang mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan dibandingkan dengan anak perempuan.

Baca Juga: Marak Bullying Anak, DPR: Jangan-jangan Orangtua Kasih Contoh 'Nempeleng' Istri di Rumah

Mengenai kesempatan pendidikan usia dini, angkanya memang sempat menurun karena pandemi Covid-19. Namun, angka partisipasi anak perempuan umur 3-6 tahun yang mengikuti PAUD pada tahun 2021 lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, yaitu 34,13 persen. Sementara, anak laki-laki mencapai 32,90 persen.

Akan tetapi, pada tahun 2021, masih terdapat kasus perkawinan anak yang melibatkan anak perempuan. Persentase perempuan berumur 20-24 tahun yang telah menikah saat dia belum berumur 18 tahun mencapai 9,23 persen. Provinsi Sulawesi Barat menjadi provinsi dengan persentase tertinggi yaitu 17,71 persen. Sementara, persentase terendah berada di Provinsi Sumatera Barat yaitu 3,48 persen.

Dalam hal anak pekerja, pada periode tahun 2017-2021, terjadi fluktuasi persentase anak yang bekerja. Di perkotaan, anak pekerja lebih banyak melakukan pekerjaan jasa, sementara di pedesaan pada lapangan pekerjaan pertanian. Tetapi, dari segi upah, besarnya upah yang diterima anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan.
Kondisi itu tidak jauh berbeda dengan kondisi global. Data dari situs Persatuan Bangsa Bangsa menyebutkan bahwa 1 dari 5 anak perempuan juga tidak mendapatkan kesempatan pendidikan menengah pertama. Sementara, ada 4 dari 10 anak perempuan yang tidak bisa menuntaskan pendidikan menengah atas.

Sekira 90 persen anak perempuan dan perempuan muda juga tidak bisa menggunakan internet karena hidup di negara dengan pendapatan per kapita yang rendah. Meski, sebayanya laki-laki mendapatkan kesempatan dua kali lipat untuk bisa mengakses internet.
Secara global, seluruh anak perempuan usia 5-14 menggunakan lebih dari 160 juta jam setiap harinya untuk melakukan pekerja rumah tangga yang tidak dibayar. Namun, anak laki-laki tidak mencapai total jam sebanyak itu.

Anak perempuan pun banyak yang mengalami pernikahan dini. Hampir 1 dari 4 anak perempuan yang menikah pada usia 15-19 telah mengalami kekerasan fisik dan kekerasan seksual dari pasangannya setidaknya satu kali dalam hidupnya.

Akibat pandemi, potensi pernikahan anak semakin meningkat. Sebelum pandemi, sebanyak 100 juta anak perempuan berisiko mengalami pernikahan anak. Sekarang, risiko itu bertambah bagi lebih dari 10 juta anak perempuan di seluruh dunia.

Latar belakang Hari Anak Perempuan Internasional

Pada tahun 1995, menukil keterangan dari situs PBB, beberapa negara yang menghadiri World Conference on Women di Beijing mengadopsi Beijing Declaration and Platform for Action. Itu merupakan cetak biru yang dinilai paling agresif bukan hanya hak perempuan, tapi juga hak anak perempuan. Beijing Declaration merupakan deklarasi pertama yang secara spesifik menyebutkan hak-hak anak perempuan.

Pada 19 Desember 2011, PBB mendeklarasikan bahwa 11 Oktober sebagai Hari Anak Perempuan Internasional. Itu ditujukan untuk mengemukakan hak-hak anak perempuan dan tantangan unik yang dihadapi anak-anak perempuan di seluruh dunia.

Disebutkan bahwa anak perempuan memiliki hak untuk hidup aman, berpendidikan, dan sehat. Anak perempuan juga disebut memiliki potensi dalam perubahan dunia karena anak perempuan akan menjadi perempuan berdaya di masa depan yang menjadi pekerja, ibu, wirausaha, pembimbing, dan sampai pemimpin politik. Anak perempuan di masa depan juga menjadi rekan sekerja laki-laki untuk menyelesaikan masalah perubahan iklim, konflik politik, pertumbuhan ekonomi, pencegahan penyakit, dan pembangunan berkelanjutan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pun menyatakan bahwa perempuan dan anak perempuan bisa memimpin masa depan yang lebih adil. "Mari kita menggaungkan suara anak-anak perempuan, dan berkomitmen kembali untuk bekerja sama membangun dunia yang membuat anak perempuan bisa memimpin dan berkembang," ucapnya.***

Sentimen: positif (100%)