Sentimen
Negatif (66%)
9 Okt 2023 : 06.48
Tokoh Terkait

Heboh soal Air Galon BPA, Ini Fakta Ilmiahnya

9 Okt 2023 : 13.48 Views 2

CNBCindonesia.com CNBCindonesia.com Jenis Media: News

Heboh soal Air Galon BPA, Ini Fakta Ilmiahnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Belakangan ini viral pemberitaan mengenai galon air minum kemasan yang mengandung Bisfenol A (BPA). Hal ini bermula dari unggahan video TikTok dr. Richard Lee yang menyebutkan bahwa kemasan salah satu merek air minum Indonesia masih mengandung BPA.

"Setelah ku pelajari, memang benar di Eropa itu sudah dilarang penggunaan minuman galon menggunakan polikarbonat karena ada cemaran BPA-nya," ujar dr. Richard Lee melalui unggahan di akun TikTok pribadinya (@drrichardlee), dikutip Minggu (4/10/2023).

"Dan sangat mengejutkan sekali, merek terbesar di Indonesia masih menggunakan polikarbonat yang di dalamnya masih ada cemaran BPA-nya," imbuh dr. Richard.

-

-

Apa itu BPA?

Melansir dari Mayo Clinic, BPA adalah bahan kimia industri yang digunakan untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi sejak 1950 silam. Umumnya, plastik polikarbonat dan resin epoksi digunakan sebagai wadah makanan, botol minum, botol air plastik, hingga produk kebersihan.

Sebuah studi yang dipublikasikan Cancer Research UK pada 2021 menemukan bahwa BPA terbukti tidak menyebabkan kanker. Sebab, kadar BPA yang terdapat di wadah atau kemasan plastik masih tergolong sangat rendah sehingga masih aman jika masuk ke dalam tubuh manusia.

Kendati begitu, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Aru Ariadno, mengatakan bahwa BPA tetap meningkatkan risiko masalah kesehatan serius karena bersifat beracun dan berbahaya bila masuk ke dalam tubuh.

"Yang jadi masalah, BPA ini bahan yang beracun dan bisa mencemari makanan yang dibungkus atau cairan yang ditampung dalam plastik BPA," ujar dr. Aru kepada CNBC Indonesia, Senin (2/10/2023).

"Jika kita terpapar oleh plastik BPA, ada sejumlah masalah kesehatan bisa muncul, seperti gangguan berat badan pada bayi, gangguan hormonal, kanker, sindrom ovarium polikistik, sampai kelahiran prematur," jelas dr. Aru.

Terkait hasil penelitian yang berbeda soal dampak BPA terhadap tubuh, dr. Aru menyarankan masyarakat untuk menghindari penggunaan bahan-bahan plastik, terutama yang mengandung BPA. Terlebih, sejumlah negara, seperti Prancis; Amerika Serikat; Denmark; Malaysia; dan Australia telah melarang penggunaan BPA karena berdampak buruk bagi kesehatan.

"Sebaiknya hindari penggunaan BPA. Sepanjang masih ada pendapat-pendapat yang saling bertentangan, kita ambil yang aman saja," tegas dr. Aru.

"Dan untuk itu dibutuhkan campur tangan pemerintah untuk menegakkan apakah [penggunaan BPA] boleh atau tidak berdasarkan keilmuan yang ada," lanjutnya.


[-]

(pgr/pgr)

Sentimen: negatif (66.7%)