Sentimen
Positif (79%)
9 Okt 2023 : 01.20
Informasi Tambahan

Institusi: Universitas Hasanuddin

Syahrul Mundur, Pakar Sebut Andi Amran Sulaiman Calon Kuat Menteri Pertanian

9 Okt 2023 : 08.20 Views 2

Fajar.co.id Fajar.co.id Jenis Media: Nasional

Syahrul Mundur, Pakar Sebut Andi Amran Sulaiman Calon Kuat Menteri Pertanian

FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menerima keinginan mundur Syahrul Yasin Limpo (SYL) dari posisi Menteri Pertanian (Mentan) RI.

Surat resmi pengunduran diri sebagai Mentan itu telah diterima langsung Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno pada Kamis (5/10/2023) kemarin.

"Sudah saya terima dan pagi tadi sudah ditindaklanjuti sudah saya tanda tangani juga," kata Presiden Jokowi di Istana, Jakarta, Jumat (6/10/2023).

Jokowi kemudian menugaskan Kepala Badan Pangan Arief Prasetyo sebagai Pelaksana Tugas Mentan.

"Penggantinya masih Plt, Plt-nya Pak Arief Prasetyo, Kepala Badan Pangan," ungkapnya.

Siapa sosok ideal Menteri Pertanian pengganti SYL di satu tahun terakhir masa jabatan Jokowi?

Pakar politik Universitas Hasanuddin, Prof Sukri Tamma menyebut figur yang dianggap paling tepat menggantikan adalah Andi Amran Sulaiman (AAS).

Prof Sukri Tamma menilai, ada banyak faktor yang bisa menopang hal itu. Mulai dari unsur pemerataan keterwakilan figur di kementerian sampai pada pengalaman dan jejaring.

”Kalau misalnya nanti yang gantikan Pak SYL orang Sulsel, calon tunggalnya ya Amran Sulaiman. Selama ini kan cuma dia yang punya kapasitas seperti itu. Pak Amran punya kemampuan, kepiawaian, serta jaringan yang diperlukan,” ujarnya kepada FAJAR, kemarin.

Lebih lanjut dia mengatakan, meskipun posisi Amran sebelumnya hanya menjabat satu periode, tetapi hal itu tidak menjadi masalah.

Sebab, konteks saat ini juga dekat dengan momentum Pemilu, khususnya Pilpres.

”Mungkin setelah dibiarkan menjadi pengusaha beberapa tahun, Pak Amran akan dipanggil lagi. Kita akan lihat tarik-menariknya, meski PDIP sudah kirim nama dan Amran Sulaiman sudah tidak di PDIP, dia di Gerindra, tetapi Gerindra kan punya power. Bisa jadi itu akan membantu AAS juga,” lanjutnya.

Terlebih lagi, Amran sudah lima kali dipanggil menghadap Presiden. Terakhir kali terjadi bulan lalu.

Meski Amran mengaku hanya membahas soal perekonomian nasional, tetapi peluang kembali ke kabinet tetap ada.

”Kan bulan lalu Pak Amran sudah dipanggil Pak Jokowi. Banyak yang sudah menduga, Pak Amran lagi yang akan dipanggil (jadi menteri). Agenda politik juga semakin dekat, sehingga dibutuhkan orang-orang yang punya pengaruh besar untuk mengendalikan itu,” bebernya.

Pengaruh AAS di Sulsel juga dianggap cukup ideal untuk menggantikan peran SYL. Hanya saja, dalam hal ini SYL sudah tersandung kasus dan pengaruhnya dinilai bisa memudar di Sulsel.

Dengan begitu, Amran bisa menjadi kolega pengganti untuk berkerja bersama tim.

”Dalam konteks ini kan Pak Syahrul sudah tidak lagi. Pulangnya ini kemungkinan besar akan ditahan, dan dia sudah kehilangan kapasitas politiknya. Makanya perlu orang-orang yang bisa mendukung kinerja tim,” tegasnya.

Sementara itu Pengamat politik Ujang Komarudin meyakini apabila terjadi reshuffle, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai pemegang hak prerogatif akan menunjuk orang kepercayaannya untuk menggantikan SYL.

"Saya melihat penggantinya bukan dari Partai NasDem lagi. Mungkin orang kepercayaannya Jokowi lagi. Sama halnya ketika Johnny G. Plate tertangkap penggantinya adalah orangnya Jokowi," kata dosen Universitas Al-Azhar ini.

Diketahui, pada pertengahan September lalu Andi Amran Sulaiman memenuhi panggilan ke Istana.

Menteri Pertanian di era Jokowi-JK itu mengaku tidak membicarakan posisi menteri apalagi membahas mengenai reshuffle. Namun diakuinya telah bertemu dengan Presiden Jokowi lebih dari satu kali usai dirinya tidak menjabat sebagai Mentan.

"Tidak, tidak (ada tawaran menteri). Jadi memang bukan satu kali saja, kalau tidak salah selama saya tidak menjabat sudah lima kali. Dulu diskusi masalah tebu pabrik gula yang sudah operasi di Bombana dan itu pabrik gula modern. Nah itu dulu dibahas, kemudian biofuel, kemudian dulu pernah masalah nikel. Dan diskusi tentang ekonomi bagaimana kondisi riil di bawah. Jadi kalau tidak salah sudah lima kali diskusi tentang usaha," katanya. (Wid/Pram/fajar)

Sentimen: positif (79.5%)