Dolar Perkasa ke Rp 15.600, Siap-siap Snack Menciut
CNBCindonesia.com Jenis Media: News
Jakarta, CNBC Indonesia - Penguatan kurs dolar AS terhadap rupiah saat ini sudah tembus di atas Rp 15.600 membuat pelaku usaha siap-siap mengencangkan ikat pinggang, terutama untuk sektor makanan dan minuman.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengungkapkan tidak sedikit produsen di industri makanan-minuman yang mengandalkan bahan baku impor. Alhasil ketika kurs dolar AS naik, maka harga bahan baku pun ikutan naik.
"Memang ini pasti akan berpengaruh terhadap bahan baku impor, baik bahan baku maupun barang modal seperti mesin-mesin dalam proses pemasangan baru. Yang agak mengkhawatirkan ada kenaikan harga pokok karena bahan baku kita banyak impor," kata Adhi kepada CNBC Indonesia, Jumat (6/10/2023).
Lebih lanjut, kenaikan kurs $US juga berdampak pada biaya logistik, sewa kapal hingga kontainer. Dalam $US itu akan menjadi tambahan beban, sementara kondisi dalam negeri tidak memungkinkan naik harga karena daya beli sedang minim.
Mau tidak mau perusahaan mengorbankan margin agar tidak terlalu berpengaruh berat terhadap penjualan. Selain itu, mengurangi berat atau resizing juga menjadi opsi bagi industri makanan dan minuman.
"Opsi kesana selalu ada (resizing), kita berupaya gimana supaya nggak rugi, tentunya efisiensi, pencarian alternatif bahan baku dan resizing ukuran menjadi alternatif juga. Ya (resizing) seperti Chiki dan sebagainya," sebut Adhi.
Apakah dunia usaha siap jika kurs kurs dolar tembus Rp 16.000/$US?
"Kita belum hitung tapi yang pasti kenaikan ini cukup berpengaruh. Memang harus dihitung total tapi masing-masing perusahaan profilnya beda-beda," katanya.
"Misal yang portofolionya bagus 50 ekspor-50 lokal pasti ga begitu berat. Kalau bahan baku sebagian besar impor ya makin berat. Sulit dihitung rata-rata karena komposisi penjualan berbeda," pungkas Adhi.
[-]
-
Impor April 2023 Anjlok 22,32%, Apa Yang Harus Diwaspadai?(dce)
Sentimen: positif (91.4%)